Chereads / Taboo Resurrection / Chapter 1 - Chapter I - Death

Taboo Resurrection

🇮🇩Narwhalle
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 1.8k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter I - Death

Api berkobar sangat besar, melahap banyak sekali rumah penduduk yang menjadi bahan bakarnya. Malam yang seharusnya sunyi kini berubah menjadi ramai, karena terdengar jelas derakan api membakar semua yang menghalanginya, serta suara para penduduk yang berteriak di semua tempat, entah berteriak kesakitan atau meminta tolong.

Ditengah kobaran api tersebut, berjalan seseorang mengenakan jubah putih, dan memegang tongkat yang diujungnya terdapat kristal yang didalamnya terdapat sebuah api kecil. Ia menyeringai melihat sekelilingnya sudah dipenuhi oleh kekacauan yang disebabkan dirinya seorang. Kemudian ia memegang kepalanya seraya tekekeh dan berkata,

"Ini terlalu mudah, ia tidak ada disini-"

Ia menghela napas sebelum melanjutkan perkataannya

"Yah, setidaknya ada hal yang berharga baginya disini."

Orang itu terus berjalan sambil menginjak mayat para penduduk dan juga ksatria yang ia bunuh atau bahkan memang terbakar api dari rumahnya. Ia terus berjalan sampai dirinya berhenti di suatu bangunan yang cukup besar. Ia memperhatikan bangunan tersebut sebelum dirinya menghancurkan gerbang dari bangunan tersebut. Untuk orang sepertinya yang sudah membakar satu desa, tidaklah sulit untuk menghancurkan sebuah gerbang bangunan.

Setelah ia menghancurkan gerbangnya, terlihat seorang wanita muda berdiri tegak seperti menunggu kehadirannya. Sesaat setelah ia melihat wanita tersebut, ia tersenyum lebar, bagaikan hewan buas yang mendapatkan mangsa utamanya.

"Apakah kau sudah siap dengan kematianmu?"

Wanita tersebut tidak bergeming dengan ancaman halus yang diberikan oleh orang tersebut, ia tersenyum dan berkata,

"Apakah kau siap menghadapi murkanya?" jawabnya seperti menantang orang tersebut.

Mendengar hal tersebut, senyum lebar yang diberikan orang itu mulai pudar dan berganti dengan senyum licik, sambil terkekeh ia berkata.

"Tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku sudah menyiapkan rencana yang bagus setelah aku membunuhmu."

Wanita itu tersenyum kembali langsung membalas perkataannya,

"Biar aku tebak, apakah rencana yang kau maksud adalah kabur? Karena aku tahu pasti kau tidak akan bisa menghadapinya, Mortis."

Mendengar itu, Mortis mengeritkan giginya dan terlihat kesal.

"Heh- Aku tahu aku tidak bisa menghadapinya, tapi aku bisa menghadapimu dan mengguncangkan mentalnya!" Mortis menaikan nada bicaranya.

Wanita itu pun tertawa mendengar perkataan Mortis.

"Lihatlah dirimu, kau sangat terobsesi dengannya sampai menggunakan cara selicik ini. Sungguh menyedihkan," Wanita itu memancing emosi dari Mortis.

"Luna Wymark!! Hentikan omong kosong mu dan diamlah. Aku akan membunuhmu sekarang."

Mortis naik pitam, ia sudah sangat kesal dengan omong kosong yang terus dilontarkan oleh Luna. Ia pun berjalan kearah Luna sambil mengumpulkan api hitam di tongkatnya tersebut.

Kemudian ia mengangkat tongkatnya, bersiap untuk melancarkan serangan kepada Luna. Ia tersenyum dan berkata,

"Sampai jumpa di neraka, Luna"

Saat mendengar perkataan itu, Luna menjadi sedikit gentar karena ia tahu dirinya tidak akan mampu menahan serangan yang diberikan oleh Mortis. Walaupun dia merasa gentar, tetapi ia tetap dalam posisinya berdiri tegak layaknya seorang wanita terhormat yang tidak takut akan kematian.

Sesaat sebelum serangan Mortis dilancarkan, seseorang tiba-tiba muncul dibelakangnya dan memukul pinggangnya hingga ia terpental kesamping dengan sangat keras, bahkan getarannya sedikit mengguncang bangunan ini. Setelah memukul Mortis, orang tersebut pun dengan cepat menghampiri Luna dan memegang bahunya dengan sangat lembut.

"Apakah kau baik-baik saja?" Tanya orang tersebut.

Luna yang melihat orang tersebut pun langsung bernapas lega dan secara tiba-tiba ia merasa lututnya sangat lemas seperti sudah melepas beban yang sangat berat. Ia pun hampir terjatuh, tetapi ditahan oleh orang tersebut dan menuntun Luna dalam posisi duduk dengan ekspresi khawatir.

"Ya, aku baik-baik saja, Frey," jawab Luna tersenyum sambil memegang lengan Frey.

***

Mortis mencoba bangun dengan menopang dirinya menggunakan kedua lengannya, dalam posisi berlutut dia mengeluarkan darah dari mulutnya efek dari pukulan Frey dan benturan keras yang disebabkan olehnya. Ia mengelap mulutnya sebelum berkata,

"Sialan! aku terlalu membuang banyak waktu sampai dia bisa datang kesini," ujarnya sambil meludahkan darah yang ada di mulutnya.

Akhirnya, Mortis bisa berdiri dengan dibantu oleh tongkatnya tersebut. Ia pun mengatur napasnya agar bisa mempersiapkan dirinya sebelum harus menghadapi Frey. Setelah mengatur napasnya dan pulih kembali berkat sihir pemulihan yang dimilikinya, Mortis berjalan dengan santai sampai ia berhadapan kembali dengan Luna dan Frey.

Frey yang melihat Mortis sudah berada di hadapan mereka pun melihatnya dengan tatapan yang sangat dingin. Bagaimana tidak, Mortis sudah menghancurkan desa tempat tinggalnya dan hampir saja membunuh istrinya, beruntung bagi Frey bisa datang tepat waktu.

"Berlindunglah dibalik pilar itu, Luna. Akan ku selesaikan ini," perintah Frey kepada Luna sambil menunjuk pilar besar yang menjadi pondasi bangunan besar ini.

"Aku tahu kau kuat, tapi hati-hati Frey ia sangat licik," ujar Luna kepada Frey sebelum akhirnya ia berlindung dibalik pilar yang dimaksud oleh Frey, dan tentu saja sambil sedikit mengintip agar ia dapat tahu apa yang terjadi.

Sekarang hanya tersisa Frey dan Mortis berdua. Atmosfer disekitar mereka sangatlah menegangkan, orang manapun pasti langsung bisa sadar bahwa mereka saling membenci satu sama lain dan bahkan ingin membunuh satu sama lainnya.

"Frey Wymark, seorang Guardians yang memiliki hidup sempurna. Lahir dari keluarga bangsawan utama di kekaisaran ini, memiliki bakat serta kekuatan yang hampir tidak tertandingi selain oleh para Guardians dan sang Kaisar sendiri, memiliki istri yang sangat cantik, serta dicintai oleh rakyat."

Mendengar ocehan Mortis yang seperti sangat tahu bagaimana kehidupannya, Frey sama sekali tidak membalasnya dan hanya melihat dengan tatapan dingin ke arah Mortis.

"Kehidupan yang sangat sempurna. Sangat amat sempurna, sampai-sampai aku ingin merebutnya," Lanjut Mortis sambil menyeringai memperlihatkan senyumnya yang mengerikan.

"Apakah ocehan mu sudah selesai?" Tanya Frey yang akhirnya membuka suara.

"Ya, tuan. Hamba sudah selesai berbicara, mari kita melanjutkan urusan kita," Jawab Mortis dengan nada bicara mengejek.

Tanpa berpikir panjang, Frey mengeluarkan pedangnya, sebuah pedang panjang dengan bilah tipis yang membuat pedangnya menjadi ringan tetapi cukup tajam dan mematikan, serta pegangannya yang tidak memiliki kerah tidak seperti pedang pada umumnya. Ia bersiap dalam posisi bertarung dengan kuda kuda selebar bahu dan memegang pedangnya dengan kedua tangan diatas kepala. Sebenarnya Frey merupakan pengguna dua pedang, tetapi pada pertarungan kali ini ia merasa tidak perlu mengeluarkan seluruh kemampuannya.

"Majulah."

Mendengar nada bicara Frey yang sangat dingin, Mortis cukup gentar. Tetapi, disisi lain ia sangat bersemangat dalam pertarungan kali ini, karena ia sangat ingin menghabisi Frey yang sangat dibencinya.

"Ini untuk keluargaku, matilah dalam penyesalan, Frey Wymark!!"

Kemudian ia mengangkat kedua tangannya, dan merapalkan sebuah mantra yang mengeluarkan lingkaran sihir dibawah Frey. Menyadari hal itu Frey segera melompat kesamping untuk menghindari serangan dari Mortis. Tepat saat Frey menghindar, kobaran api besar keluar dari lingkaran sihir tersebut, dan Frey dapat melihat bahwa api itu tidak biasa, karena api yang dikeluarkan oleh Mortis berwarna hitam bercampur dengan ungu.

Segera Frey melesat ke arah Mortis dengan bersiap untuk menebasnya. Saat Frey bersiap menebasnya, Mortis sekali lagi mengeluarkan sihir yang sama di depannya, tepat saat Frey hendak menebasnya. Frey sekali lagi berhasil menghindar dengan melompat keatas dan melewati Mortis, menempatkan dirinya sekarang berada di belakang Mortis. Mortis segera berbalik dan pandangannya kembali tertuju kepada Frey.

"Kekuatan itu. Kau melakukan kontrak terlarang?"

Mendengar pertanyaan dari Frey, Mortis tersenyum lebar sebelum menjawab pertanyaannya,

"Tentu saja! Aku mempersiapkan semua ini hanya untuk melawan mu, Frey. Kekuatan ini ku dedikasikan untukmu!"

Frey yang mendengar itu cukup kesal,

"Apa bayarannya?"

Senyum Mortis semakin lebar tatkala Frey menanyakan hal itu, seperti pertanyaan itulah yang ditunggu olehnya sedari tadi. Kemudian ia melepaskan jubah dan bajunya, dan bisa langsung terlihat bahwa bagian dada sebelah kirinya terdapat segel yang mengelilingi bagian jantungnya. Setelah memperlihatkan segel di dadanya, senyumnya semakin lebar dan mengerikan, sebelum ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan tertawa.

"Semuanya adalah bayarannya!"

Frey yang mendengar itu kemudian terkejut bukan main, ia sangat takut jika apa yang diperkirakannya dari melihat gerak gerik Mortis akan benar benar terjadi. Kemudian Mortis mencengkram dada sebelah kirinya dan seperti memutar segel yang ada di dadanya tersebut.

 Kekhawatiran Frey benar adanya. Sesaat setelah Mortis melakukan itu, lingkaran sihir yang sangat besar terbentuk, mengisolasi seluruh desa ini, sekarang tidak akan ada yang bisa masuk ataupun keluar.

"Kau benar benar gila, dasar brengsek!"

Sekarang Frey benar benar marah dengan apa yang dilakukan Mortis, ia tau bahwa sekarang Mortis sedang mengikat perjanjian dengan entitas yang tidak seharusnya berhubungan dengan dunia ini, yaitu Concier.

***

Concier merupakan mahluk tergelap dari dunia ini, mereka merupakan mahluk yang terwujud dari sisi gelap para dewa. Mereka lebih mengerikan dan lebih kejam dari para iblis dan setan. Mereka merupakan perwujudan sejati dari kehancuran. Concier bisa dipanggil dan mengikat kontrak dengan manusia melalui pengorbanan yang diberikan kepada mereka, semakin banyak pengorbanan yang dilakukan, maka semakin besar pula kekuatan yang diberikan Concier kepada manusia yang memanggilnya.

***

"Ini lah akibatnya jika kau membunuh keluarga seseorang, Frey Wymark-" ujar Mortis dengan penuh kemarahan.

"Dengan ini, aku akan membalaskan dendam ku berkali-kali lipat."

Frey yang mendengar itu cukup panik, tetapi ia masih mengatur dirinya agar tetap tenang sambil memikirkan bagaimana caranya mengatasi situasi ini.

"Aku tidak membunuh mereka, mereka sendiri yang memanggil kematian. Aku hanya melaksanakan tugasku."

"Ya, memang itu tugas kalian para Guardians, kalian adalah para pembunuh," ujar Mortis yang masih diselimuti kemarahan.

 Kemudian, Mortis bersiap dengan kuda kudanya dan melebarkan tangannya sebelum menepukan kedua tangannya, dan meneriakan sebuah kata,

"Kheos"

Setelah meneriakan kata tersebut, perlahan lahan tanah yang berada di dalam lingkaran sihir bergetar hebat, sebelum akhirnya terjadi keretakan besar diseluruh area. Melihat ini Frey pun cukup panik dan langsung melesat kearah Luna untuk mengamankannya terlebih dahulu. Terlihat bahwa Luna pun cukup panik dengan keadaan ini,

 "Frey! apa yang terjadi?" Tanya Luna cukup kebingungan dengan apa yang terjadi.

"Orang gila itu melakukan kontrak terlarang. Ayo kita menjauh darinya," ajak Frey kepada Luna.

"Tunggu sebentar, para banyak warga yang masih berada di lumbung pinggir desa, aku menyuruh mereka untuk berlindung disana. Aku tahu Mortis pasti akan mengincarku, jadi aku menyuruh mereka untuk menyelamatkan diri kensana, karena arahnya berlawanan dari tempat ini," Ujar Luna menjelaskan.

"Baiklah, kita akan segera kesana, aku akan melindungi kalian semua."

Selanjutnya, Frey menangkat Luna dan menggendongnya, ia pun melesat dengan cepat menuju kearah lumbung padi berada. Frey melaju dengan sangat cepat, tidak butuh waktu lama baginya untuk sampai ke lumbung tersebut. Setelah ia sampai, ia langsung menurunkan Luna dan membuka pintu Lumbung tersebut, terlihat bahwa cukup banyak orang disana, mulai dari orang tua sampai anak-anak yang berlindung disana.

Saat pintu dibuka, mereka semua sudah terlihat panik karena getaran hebat yang terjadi, tetapi semua kekhawatiran itu mereda setelah mereka melihat Frey yang muncul bersama Luna.

"Tuan Frey! Nona Luna! Syukurlah kalian berada disini, tolong kami, kami tidak ingin mati disini," Seorang wanita paruh baya memohon kepada Frey dan Luna.

Luna yang melihat itupun langsung menghampiri wantia tersebut dan mencoba menenangkannya, "Tenang saja, kalian akan selamat, sang Guardian akan menyelamatkan kita semua."

Setelah melihat bahwa Luna dapat menenangkan para penduduk, Frey kembali keluar dan menancapkan pedangnya di tanah, kemudian ia melayang untuk melihat situasi dari atas. Ia dapat melihat bahwa kerusakan yang ditimbulkan oleh Mortis sudah menjalar dan sebentar lagi akan menuju pinggir desa.

Setelah melihat situasi, ia pun turun kembali. Kemudian ia berlutut dan menempelkan kedua telapak tangannya di tanah, ia mengambil napas panjang, menutup matanya, sebelum membukanya kembali dan meneriakan sebuah kata,

 "Gravimera"

Tepat sesaat sebelum kehancuran yang dikeluarkan oleh Mortis mencapai area lumbung yang berisi penduduk, tekanan gravitasi di seluruh lingkaran sihir yang menjadi target yang akan dihancurkan Mortis meningkat dratis, menyebabkan getaran dan retakan yang ada terhenti karena tekanan gravitasi yang sangat kuat, bahkan menyebabkan keseluruhkan desa benar benar hancur dan rata dengan tanah, kecuali lumbung yang berisi penduduk, karena Frey sudah menancapkan pedangnya yang mana hal itu berfungsi untuk menahan kekuatan yang akan ia keluarkan. Walaupun tidak hancur, lumbung yang berisi penduduk tetap bergetar karena tekanan gravitasi yang dihasilkan.

Setelah berhasil menghentikan getaran hebat yang terjadi, situasi sudah kembali normal dan lingkaran sihir yang sebelumnya dibuat oleh Mortis pun akhirnya hilang. Frey menghela napas panjang, dirinya cukup terbebani dengan sihir yang ia keluarkan, karena ia baru saja mengeluarkan sihir yang sangat besar. Belum selesai Frey menstabilkan dirinya, ia langsung menarik satu lagi pedangnya dan menangkis Mortis yang tiba-tiba melesat ke arahnya dan hendak menebasnya dengan tongkat yang sudah dilapisi api hitam pekat.

Sekarang, ekspresi Mortis lebih serius dibandingkan dengan sebelumnya. Ia terlihat sangat kesal karena Frey telah menggagalkan semua usahanya. Sekarang Frey dan Mortis beradu serangan satu sama lain. Setelah cukup lama beradu serangan, yang tentu saja diungguli oleh Frey, Mortis berlutut sambil menahan sakit dari serangan yang diterimanya.

"Apa kau sudah puas, Mortis?"

"Tidak! Aku tidak akan pernah puas sebelum kau mati ditanganku Frey Wymark!"

Mortis sangat kesal karena ia tahu bahwa dirinya tidak akan bisa apa-apa lagi, kemampuannya sangat jauh jika dibandingkan Frey. Kemudian, Luna dan para penduduk keluar, mereka melihat Mortis yang berlutut dan menyimpulkan bahwa Frey sudah meraih kemenangan dan mereka sudah aman sekarang.

Melihat para penduduk keluar, Mortis hanya bisa terdiam, ia tahu bahwa dirinya sudah kalah, dan tidak bisa berbuat apapun lagi.

"Baiklah, aku mengaku kalah. Terserah kau mau apakan aku sekarang!" Ujar Mortis.

Frey kembali menaruh pedangnya dan sudah tidak dalam posisi bertarung, kemudian ia berkata,

"Kau akan menghadap sang Kaisar dan hukuman berat akan menantimu, Orang gila."

"Yah, aku memang orang gila. Orang gila yang licik!"

 Mortis mengatakan itu sambil tertawa, Frey sangat bingung kenapa ia tertawa padahal dirinya sudah kalah. Frey menyadari sesuatu tidak beres, kemudian berbalik badan untuk melihat pada penduduk dan Luna. Benar saja, saat Frey membalikan badannya, seseorang menusuk Luna dari belakang tepat di jantungnya.

Luna tidak bisa memproses apa yang sedang terjadi, ia hanya terdiam dan melihat dadanya sudah penuh dengan darah, peristiwa itu begitu cepat terjadi. Tidak cukup menusuk, kemudian orang itu memutarkan pisaunya pada saat masih menancap di jantungnya Luna. Akibat dari hal itu, Luna pun mengeluarkan darah dari mulutnya, dan langsung tersungkur di tanah. Sementara orang yang menusuknya langsung dibakar oleh Mortis sendiri, untuk menghilangkan tersangka, agar hanya dia yang mengetahui siapa orang itu.

Frey yang melihat itu, segera berlari kearah Luna yang sudah tersungkur di tanah, dan dia mengangkat kepala Luna.

"Tidak, aku mohon jangan mati Luna," Ujar Frey dengan pilu.

"Luna, kumuhon jangan tinggalkan aku, kumohon"

Ia kemudian mengusap rambut Luna, "Luna, bangunlah. Kumohon jangan mati."

"Luna?"

Terlihat bahwa Luna sudah pucat, tatapan matanya sudah kosong, tidak ada tanda tanda kehidupan dari seorang Luna Wymark. Frey yang menyadari bahwa Luna sudah mati, kemudian ia memeluknya, dan mulai meneteskan air matanya. Dalam hidupnya, Frey tidak pernah merasakan rasa sakit yang begitu dalam, ia baru kali ini merasakan rasa sakit yang begitu pedih, bahkan ia tidak bisa mendeskripsikan bagaimana rasa sakit yang dirasakannya. Para penduduk yang melihat itu pun sangat terkejut karena hal itu terjadi sangat cepat, mereka tidak bisa melakukan apa-apa.

Disisi lain, Mortis tertawa kegirangan melihat Frey yang begitu rapuh memeluk mayat Luna. Ia sangat senang akhirnya Frey bisa merasakan penderitaan yang begitu pedih, ia sangat puas dengan apa yang dilihatnya sekarang.

"Bagaimana rasanya? Bukankah Menyenangkan?" Ujar Mortis sambil melanjutkan tawanya.

"Ah- Ini sangat menyenangkan, melihat seorang Guardian menangis meratapi kematian orang yang disayangnya"

"Bukankah tuan Guardian sudah biasa melihat kematian seseorang? Kenapa kau harus sedih?"

Mortis tertawa terus menerus sambil meledek Frey yang sedang meratapi kematian Luna. Setelah puas, ia pun akhirnya mencoba berdiri dengan dibantu tongkatnya. Ia menarik napas sangat lega, terlihat di wajahnya bahwa ia sangat senang.

Mendengar Mortis yang terus terusan tertawa dan meledeknya, Frey menjadi sangat kesal, amarahnya tidak terbendung, ia sudah tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Kemudian ia berdiri dengan tatapan kosong, melihat keatas, dan melepaskan aura membunuh yang sangat kuat.

Melepaskan aura membunuh sekuat itu membuat semua orang yang ada disitu merasa seperti tercekik, mereka semua tidak bisa bernapas. Para penduduk biasa satu persatu mulai tersungkur ke tanah, mereka menggeliat seperti ikan yang diangkat dari air, tak terkecuali dengan Mortis. Ia baru pertama kali merasakan aura membunuh sekuat ini, ia tidak menyangka sama sekali bahwa Frey bisa melepaskan aura seperti ini, ia berlutut di tanah, menggaruk-garuk lehernya mencari udara, sekarang dirinya sangat amat ketakutan.

Frey terus melihat ke langit dengan tatapan kosong dan tetap mengeluarkan aura membunuhnya, sebelum ia melihat bahwa dari langit ada seseorang yang datang. Orang itu datang dari langit dan turun menghantam permukaan. Ia langsung menghampiri Frey dan menepuk pundaknya,

"Frey, hentikan."

Setelah orang itu berbicara, barulah Frey sadar dan melepaskan auranya. Sekarang semua orang bisa bernapas kembali, dan mulai memulihkan diri mereka dengan menarik udara sebanyak banyaknya.

"Luna mati, Arthur. Aku gagal," ujar Frey dengan dingin.

Arthur melihat mayat Luna, dan kemudian mengalihkan pandangannya.

"Aku turut berduka, Frey."

Setelahnya hujan turun deras membasahi tanah. Frey kembali mengangkat kepalanya, melihat ke langit, tapi kali ini ia menangis dengan sangat memilukan. Ia hanya berdiri disana, menangis.