"Di–mana aku?" Gumam Arthur yang baru saja bangun dari pingsannya.
"Ah, kamu sudah bangung ya. Ini dipenginapan, aku tadi mencarinya untuk dijadikan tempat tinggal. Apakah kamu baik-baik saja?" Gumam Auren sembari bertanya kondisi Arthur.
"Iya, aku baik-baik saja. Tadi itu pertarungan yang seru, oh ya dimana dia?" Ucap Arthur sambil bertanya dimana Satou.
"Dia sudah pergi, dia berkata kalau kamu temannya dan menjadi rivalnya. Setelah itu pergi." Jawab Auren.
'Rival? Dia menganggapku begitu setelah pertarungan itu?' Gumam Arthur yang kaget dalam hatinya. "Kondisiku baik-baik saja, aku mau berjalan-jalan sebentar." Ucap Arthur.
"Apakah kamu yakin begitu? Biar aku bantu." Gumam Auren.
"Terimakasih, sudah membawaku kesini." Ucap Arthur yang tersenyum kepada Auren.
"S–sama-sama." Jawab Auren dengan wajahnya yang memerah karena senyum Arthur.
Arthur keluar dari kamar itu, dan pergi jalan-jalan ditemani oleh Auren. Mereka berkeliling kota sambil menikmati apa yang ada disana. Ini terlihat seperti kencan.
"Oh ya, Auren. Kamu tadi ngapain aja?" Tanya Arthur kepada Auren.
"Aku tadi mencari penginapan dan melawan beberapa orang yang ingin mencelakai seorang pedagang, aku bertarung dengan mereka dan tidak sengaja menghancurkan gunung disitu dengan pukulaku. Hehe." Jawab Auren yang malu-malu.
"Begitu ya, syukurlah kamu baik-baik saja." Gumam Arthur.
Mendengar ucapan Arthur, wajah Auren memerah. Dan itu membuat suasana mereka menjadi canggung, dan hanya diam sepanjang perjalanan.
Ditengah kota itu, perut Auren bersuara. Yang menandakan kalau dia lapar.
Arthur langsung merespon kondisi itu, dan mengajak Auren untuk pergi makan bersama. Hal ini membuat Auren jadi sedikit malu. Sampai pada akhirnya, mereka tiba didepan toko makanan dan duduk ditempat duduk yang sudah disediakan.
"Kamu mau makan apa? Pesan aja." Ucap Arthur kepada Auren.
"Ah baiklah. Arthur, kamu apakah kamu lapar, Mau makan bersama?" Tanya Auren Kepada Arthur.
"Y–ya, aku juga sedikit lapar. Ayo kita makan." Gumam Arthur.
Arthur memanggil pelayan disana, dan menyuruh Auren untuk memesan makanannya. "Kamu mau makan apa?" Tanya Auren.
"Makanan yang sama denganmu." Jawab Arthur.
"Ma–makanan yang sama? Satu piring untuk berduaan?" Tanya Auren dengan wajahnya yang memerah.
"Bukan, aku ingin memesan makanan yang sama denganmu. Aku ingin tau makanan favoritmu." Jawab Arthur.
"Oh, be–begitu. Baiklah, aku ingin memesan ini." Ucap Auren.
"Kamu, suka yang asin-asin ya?" Tanya Arthur.
"Iya, makanan asin itu sangat enak." Jawab Auren.
"Baiklah kalau begitu, aku pesan ini juga." Ucap Arthur.
Setelah menunggu, makanan mereka pun datang. Dan mereka menikmati makanan mereka, dengan suasana yang sedikit canggung karena tidak ada yang memulai topik pembicaraan, sampai pada saat makanan mereka habis.
Arthur pergi kekasir untuk membayar makanannya, dan mereka pun pergi lagi.
Sampai malam pun tiba, Auren menggunakan teleportasinya untuk pergi dengan Arthur kembali ke penginapan. Mereka berdua pun duduk dikasur.
"A–arthur, ada yang ingin kukatakan." Ucap Auren.
"Apa itu? Katakan saja." Tanya Arthur.
"Apakah kamu akan marah kalau aku mengatakannya?" Gumam Auren.
"Kenapa aku harus marah, katakan saja." Jawab Arthur.
"Ini terkait kepergian mu kedunia Chromium saat itu." Ucap Auren.
"Ya?" Tanya Arthur.
"Sebenarnya aku sengaja menyuruhmu kesitu agar menghancurkan dunia itu, karena ayahku telah dibunuh oleh dewa itu 800 tahun yang lalu. Aku percaya kepadamu, makanya aku menyarankanmu untuk pergi kesana, maaf kalau aku memanfaatkan kekuatanmu untuk hal itu." Ucap Auren yang merasa bersalah.
"Ti–tidak perlu khawatir, karenamu aku bisa jauh lebih kuat." Gumam Arthur.
"Tapi tetap saja." Ucap Auren. "800 tahun lalu, dunia Chromium adalah dunia waktu yang dijaga oleh ayahku. Dia sangat dikagumi oleh banyak orang, karena ketangguhan dan ketangkasannya, tetapi dia harus tewas ditangan dewa waktu dan penjaganya. Pada akhirnya dunia itu di invasi oleh dewa waktu itu." Ucap Auren yang bersedih. "Te-terimakasih Arthur, kamu sudah memusnahkannya." Gumam Auren.
Arthur yang melihat Auren bersedih langsung memeluk Auren untuk menenangkannya. "Tidak perlu berterima kasih, aku juga senang telah membunuh orang yang menghancurkan hidupmu. Auren." Ucap Arthur yang memeluk Auren. "Bisakah kamu ceritakan masa lalumu? Aku ingin mendengarnya." Gumam Arthur kepada Auren.
"Baiklah." Jawab Auren.
800 tahun lalu, setelah kematian ayahnya dan kehancuran dunia Chromium. Auren terus berkelana untuk menjadi lebih kuat dan lebih kuat. Dia berlatih keras untuk membuatnya semakin kuat.
Sampai pada suatu hari, dia tiba didunia yang terlihat sepi. Dan tidak ada satupun mahluk hidup didalamnya.
"Dunia apa ini, semuanya penuh dengan gunung, hutan, pulau. Tetapi tidak ada penghuninya." Gumam Auren yang bingung.
Gelak tawa pun terdengar, dan ada suara tepuk tangan meriah disekitar situ. Hal ini membuat Auren menjadi sangat waspada. "Munculah, chronos!" Ucap Auren yang memanggil tombaknya.
Orang itupun muncul, dengan senyum mengerikannya. Dia memancarkan energy luar biasa, Auren menganggapi hal itu dengan tenang. Dia juga mengeluarkan auranya dan langsung memenuhi dunia itu.
'Sudah lama aku tidak melepaskan auraku, karena terlalu banyak latihan. Auraku menumpuk begitu banyak, tidak ada orang-orang disini, jadi aku bisa mengeluarkan dampak auraku. Menahan aura cukup sulit, harus ditahan dan dinetralisir dampaknya.' Gumam Auren dalam hatinya. "Siapa kau?" Tanya Auren.
"Aku? Aku dewa, dewa disini. Semua mahluk hidup disini sudah kumusnahkan, dan kau?" Gumam dewa tersebut sambil bertanya kepada Auren.
"Aku hanya gadis yang kebetulan lewat, kau dewa apa? Ada banyak jenis dewa di semesta ini." Tanya Auren balik.
"Aku dewa yang sempurna, aku adalah ada sekaligus tidak ada. Kau melihatku ada, padahal aku tidak ada, kau melihat ku berbicara seolah-olah aku memiliki pikiran dan berbeda dengan dewa lainnya. Padahal tidak, aku memang tidak memiliki pikiran, itulah mengapa aku menyebut diriku ada sekaligus tidak ada." Ucap dewa itu.
"Benar-benar sulit dipahami, lalu apa tujuanmu?" Tanya Auren.
"Tujuanku? Apalagi kalau bukan membunuhmu!" Ucap dewa itu.
dan dia bergerak dengan cepat kearah Auren. Saat dia menyerang Auren, Auren dilindungi oleh pelindung yang tiba-tiba muncul. Lalu, mata Auren yang tiba-tiba berubah menjadi merah.
"Kenapa aku tidak merasakan apa-apa setelah terkena aura gadis itu, dia tadi sudah melepaskannya kan?" Tanya dewa itu yang bingung. Lalu dia juga melepaskan auranya, yang membuat pohon-pohon, tumbuhan, disekitarnya layu begitu saja. "Ini auraku, aura pembunuh. Siapapun yang terkena aura ini jiwanya akan hancur dan mati. Hahahahahah!" Gumam dewa tersebut yang tertawa.
"Tu–tunggu, kenapa jiwanya tidak hancur dan dia tidak mati. Apaan ini?" Tanya dewa itu yang kaget.
"Kenapa tidak terjadi apa-apa? Karena aku tidak mengeluarkan dampaknya, hanya auranya saja. Makanya tidak terjadi apa-apa padamu. Dan kenapa tidak berpengaruh? Karena aku tidak memiliki jiwa, dan aku melampaui kematian itu. Wajar saja." Jawab Auren dengan santainya.
Dengan ekspresi terkejut dewa itu, Auren melancarkan serangannya dan menghancurkan gunung dibelakang dewa itu. "Sudah sekuat itu ya, sampai bisa menghancurkan gunung." Ucap Auren yang senang.
"Apa? Serangan apa itu? Aku bahkan belum mengedipkan mataku, dan serangan itu tiba-tiba muncul. Apa itu cepat Sekali!" Tanya dewa itu yang kebingungan.
"Ini kemampuan tombakku, tombak yang langsung melancarkan akibat. Tidak ada sebab, kemampuan untuk menghapus sebab dan menghasilkan akibat. Dan ini mutlak, tadi aku menargetkan gunung dibelakangmu sebagai percobaan saja." Jawab Auren.
Dewa itu kembali melancarkan serangannya lagi, dia bergerak cepat dan mengarahkan tangannya. Sebuah cahaya muncul, dan membuat Auren lenyap begitu saja.
"Hahahaha, kena juga. Inilah teknik pamungkasku, kemampuan untuk memusnahkan lawanku dari dunia. Bukan hanya itu, ini melenyapkan jiwa, pikiran, target. Lihat! Pada akhirnya kau akan tetap mati." Ucap dewa itu yang tertawa.
"Apa kau yakin?" Gumam Auren yang muncul dari belakang dewa itu. "Kemampuanmu masih belum cukup, aku bisa beregenerasi walaupun sudah terkena kemampuan itu."
"Mu–mustahil! Dia beregenerasi setelah terkena kemampuanku?" Ucap dewa tersebut yang kaget.
"Kau, terlalu lemah!" Gumam Auren yang meledek dewa itu.
Dewa itu meraung seperti binatang, lalu dia mengarahkan jarinya kearah Auren. "Aku akan menghilangkan kekuatanmu, pasti inilah kelemahanmu!" Ucap dewa tersebut.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Auren yang tidak merasakan apa-apa.
"Apaan ini, masih tidak berfungsi? Ini adalah kemampuan untuk menghilangkan kekuatan sihir, tidak bukan hanya sihir. Meniadakan kekuatan core, yang menjadi fondasi bisa digunakan atau tidaknya sihir! Ini jelas lebih kuat dari biasanya, tapi kenapa tidak bekerja!" Ucap dewa tersebut yang mulai panik.
"Sebaiknya akhiri semua ini!" Gumam Auren.
Dewa itu ingin melarikan diri, tetapi auren mulai melepaskan dampak dari auranya, tekanan aura itu membuat dewa tersebut tidak bisa bergerak. Dia ketakutan, dewa yang tidak memiliki pikiran dan emosi merasakan takut. Dan, tubuhnya perlahan-lahan berubah menjadi batu.
Auren langsung menyerang dewa itu yang sudah menjadi batu, tombaknya menyalin kekuatan dewa tersebut untuk melenyapkan keberadaan. Dan Auren menggunakan cara yang sama kedewa itu, dewa itupun musnah.