" Hahahahhaha "
Suara canda tawa bergema diseluruh Hall Raja, Lalu pengumuman kedatangan yang merusak suasana dibunyikan.
" Putra Mahkota, Pangeran Arthur Castellar telah datang. "
Keheningan tiba - tiba menjalar diseluruh area ruangan ini, diikuti hawa dingin yang mulai menusuk ke kulit.
Arthur berjalan pelan mendekati singasana Raja dan berdiri tepat di sampingku.
Sekali lagi aku melihat dari dekat wajah AI* ini benar - benar sangat tampan.
Bamm !!
Raja menepuk bahu kursi singgasananya.
" Arthur !!! Beraninya kau datang terlambat dan tidak mengawal Tunanganmu dengan Benar ! dan jangan keluarkan sihir es mu disembarang tempat ! "
Raja Castellar tiba - tiba geram dan memaki Arthur yang baru saja datang.
" Salam kepada Ayahanda dan Ibunda .. " arthur dengan polosnya menyapa Raja dan Ratu Castellar
Kulkas berjalan ini sama sekali tidak memperdulikan keberadaanku, benar - benar anak nakal.
Dan apa yang barusan Raja katakan ? Sihir es ? Jadi memang hawa dingin ini dari sihir es kah ?
Cocok sekali wajahnya dengan sihirnya. Kalau dia hidup di negara Tropis dia bisa kaya dari lahir hanya dengan menjual Es.
" Heh … " Oops Tanpa sadar aku terkikik sendiri.
Apkah mereka menganggapku tidak sopan ?
" Ah, maafkan aku Raja dan Ratu … aku hanya senang sekali bisa bertemu Pangeran Arthur disini .. heheh "
Aku berbohong sambil tersenyum manis, semoga mereka tidak curiga.
" Hahah … Mimosa benar - benar sesuatu … kamu berani sekali bersikap agresif, kami bahagia jika Mimosa sebegitu menyukai Arthur. " jawaban Ratu seperti bantuan kepadaku.
Raja Castellar tersentak mendengarnya …
" Ah … begitukah ? … Anak - anak zaman sekarang susah dimengerti. "
Komentar Raja Castellar
Ratu Castellar mengetuk pundak Raja Castellar dengan lembut dan berkata
" Bukankah bagus jika anak - anak damai dan harmonis ? kita sebagai orang tua harus mendukung mereka… "
" Apa kau dengar itu Arthur ? Mimosa sangat senang melihatmu.. bagaimana kamu dengan bodohnya tidak mengantarnya kesini ?! Kemana saja kau ? " Nada yang digunakan Raja Castelar sangat mengintimidasi.
" Dengan Rasa Hormat Arthur menjawab kepada Ayahanda, saya baru saja datang dari batas kota dikarenakan tadi malam terjadi serangan monster di dinding kota bagian barat daya. "
Arthur menjawab dengan datar dan dingin.
" Humph … Kalau kau laki - laki, bahkan jika hanya ada lenganmu yang tersisa ... kau harusnya datang menjemput tunanganmu ! "
Raja sekali lagi menemooh Arthur
Wahhhh… aku terenyuh dengan perkataan Raja .. dia benar - benar Real Gentle Man di dunia nyata.
" Maafkan anakmu yang tidak berguna ini, Ayahanda. " Arthur menunduk dan meminta maaf dengan nada datar.
Arthur menoleh kearahku, dan melihatku dengan tatapan dingin. Dia menjulang tinggi yang membuatku sakit leher saatt memandangnya.
" Putri Mahkota ku Mimosa, Maafkan Aku yang tidak sempat menjemputmu pagi ini …. aku akan memberikan kopensasi atas kejadian ini. " Arthur berbicara kepada ku dengan sangat lembut dan tersenyum santai.
Namun ….
Aku tidak melihat senyuman di mata Indahnya. Hanya dingin dan sepi yang terpancar.
" Itu benar sekali, Jadi Mimosa, Arthur harus memberimu hadiah minta maaf. Mintalah apapun yang kamu mau …. "
Raja mendorongku untuk meminta sesuatu pada Arthur. Suara nya sudah sedikit lembut kali ini.
" Terimakasih Baginda Raja, Kalau begitu dengan senang hati saya menerima tawaran itu … Pangeran Arthur .. bisakah Anda mengatar saya ke perpustakaan Kerajaan ? Karena saya belum begitu familiar dengan istana kerajaan. "
Aku tersenyum manis untuk Pangeran Iblis.
" Eh ? hanya itu saja kah ? " Ratu Castellar terkejut dengan jawabanku.
Tidak hanya Ratu Casstellar, Tapi Raja Castellar juga binggung dengan jawabanku hingga dia mengerutkan kening. sedangkan Arthur, mari kita lihat.
Sudah kuduga dia akan berekspresi seperti ini, lihatlah matanya … dia seperti benci dan ingin melumatku hidup hidup hingga seluruh inci tubuhku tidak terbentuk lagi.
Hei … tidak ada pilihan lain bukan ?
Satu - satunya yang ingin aku minta dari Arthur hanyalah nyawanya, tapi aku kan tidak bisa memintanya langsung … jadi aku tidak berfikir apapun hingga aku menjawabnya. Setidaknya aku sangat ingin membuatnya menagis sehingga dia tidak begitu angkuh untuk terus berekspresi seperti itu terhadapku.
" Tentu saja Ratu ku, itu sudah cukup jika saya dapat diantar oleh Pangeran Arthur walau hanya sebentar. "
Aku sengaja memancarkan aura positif dan menyenangkan saat mengatakan hal ini. tidak akan ada yang curiga dengan perasaanku sebenarnya, karena aku sangat sempurna dalam menyembunyikannya.
Siapa juga yang mau jalan bersamanya menyusuri istana untuk ke perpustakaan, melihatnya sedetik saja aku sudah ingin menuangkan segudang garam untuk mencegah kesialan.
hah .. yang benar sajalah !
Aku masih tersenyum kepada Arthur dan menunggu jawabannya.
" Kalau Tunanganku senang dengan hal itu, maka aku tidak akan menolaknya bahkan jika Surga menahanku … "
Lagi nih, Dia lagi - lagi tersenyum dengan mulutnya tanpa menggunakan matanya.
Apakah dia bodoh ?
Semua orang bisa tahu bahwa dia berbohong dengan payah.
" Baiklah, kalau hal itu sudah dikonfirmasi maka kami tidak akan menahan kalian lagi .. semoga hari kalian menyenangkan. " Ratu Castellar menyuruh kami undur diri.
" Terimakasih Banyak, Salam Kepada Ayahanda dan Ibunda ….Putra Kalian Arthur dan Tunanganku Putri Mimosa undur diri. Semoga hari kalian menyenangkan "
Aku dan Arthur memberikan penghormatan dan salam pamit.
" Ya … Pergilah " Raja Castellar dengan tenang mengizinkan kami pergi.
Tidak Lama kemudian kami sampai di Lorong Istana yang lain, ada sebuah kebun kecil dihadapan kami. Hal yang membuatku frustasi kali ini adalah …
Sampai Kapan aku harus memang lengan Pangeran jahanam ini ?
arrgghhh aku ingin segera lari dan mencuri tanganku.
" Kuku mu akan menembus baju ku jika kau mengenggam terlalu erat seperti itu. "
Arthur mengkritikku dengan nada datar seperti biasanya.
" Ah ~ Maaf Pangeranku … aku terlalu senang bisa menyentuhmu jadi tidak sengaja .. hahah "
Aku sengaja menggodanya sedikit.
Kenyataannya aku sangat ingin melepasnya hingga tanpa sadar aku mengenggam kedua tanganku terlalu erat.
Arthur tidak merespon dan hanya terus berjalan, aku pun mengikuti langkah kakinya.
" Sudah sampai. " Arthur berbicara setelah beberapa saat kita berjalan beriringan.
" huh ? "
aku menelusuri arah mata Arthur memandang, dan menyaksikan pintu perpustakaan yang dibuka. Ruangan ini menjulang tinggi hingga aku tidak dapat melihat atapnya. buku dan anak tangga tersusun rapi berbentuk spiral di ruangan yang menyerupai sebuah menara ini. Ruangan Ini setinggi gedung pencakar langit di dunia modern, namun aku tidak melihat satupun tiang yang menyangga bangunan ini.
" Pangeran Arthur, apakah Arsitek dari gedung ini sangat jenius hingga otaknya diawetkan dan di teliti ? "
Pertanyaan absurd itu dengan tidak sengaja terlempar dari mulutku karena aku sangat terpesona dengan keindahan bangunan ajaib ini.
Arthur memandangku sebentar dengan tatapan dinginnya, dan aku melihat balik kearahnya.
" Aku tidak tahu dengan Arsitek yang kau maksud, tapi menara ini tidak dibuat oleh manusia. Tempat ini adalah labirin sihir yang terbentuk murni dari alam dan sumber sihir, yang telah berusia ribuan tahun. "
" Jadi maksudmu menara ini adalah Dungeon ? Apakah ada Last Boss yang menjaganya ? Buku - buku disini apakah juga berasal dari alam ? Wahh … hebat sekalin. "
Mataku berbinar - binar dan aku tidak berhenti mengoceh didepan mahkluk yang menjadi musuh utamaku.
" Lass Bouss ? … " Arthur mengerutkan kening dan bertanya padaku.
Aku mendengar apa yang Arthur tanyakan, namun aku tidak meghiraukanya.
" Ayo Masuk, aku ingin melihat keindahan ini dari dekat. " Aku berjalan cepat meninggalkan Arthur dibelakang.
Aku melihat dari dekat buku - buku disini, semuanya menggunakan sampul buku yang tebal dan terlihat mahal. Aku mengambil satu buku yang menarik bagiku, sampul buku nya berwarna lilac dan dikelilingi kristal dengan warna mata senada. Ada buku lain yang membuatku tertarik, namun agak tinggi untuk menggapainya. Aku melompat dan hampir menjatuhkan buku - buku tepat diatas kepalaku. Seketika aku melindungi kepalaku.
" Hey, Apa kau gila ! " Arthur menyentakku.
Aku melihat tangan besar, ramping, dan putih pucat menahan buku yang akan jatuh menimpaku. Secara reflek aku menoleh keatas dan melihat wajah Arthur yang dekat dengan wajahku. Jujur aku terpana dengan wajahnya bahkan saat melihatnya dari jauh, bagaimana aku tidak terpana dengan wajahnya saat dilihat sedekat ini.
Ah ~ aku bisa melihat pancaran wajahku dari mata lilacnya yang berbinar - binar dan sedang menatap mataku sangat dalam ….
" Ahem … Suaramu terlalu keras ! apa kau tidak tahu bahwa batas suara di perpustakaan adalah 30 Desibel ? "
Aku memalingkan badan untuk menghindari pandangannya dan menegurnya yaitu orang yang telah membantuku.
" Huh ? "
Apa - apaan ini, bagaimana bisa dia memberiku mata seperti itu ?
.
.
.
Mata binatang buas yang kapan saja dapat menerkam mangsanya.
.
.
Dia benar - benar membenci ku dan aku juga sangat amat membencinya. sudah kuduga bahwa aku tidak dapat bertahan lama bersamanya.
**********************
*AI = Artificial Intelligence ( simulasi dari kecerdasan manusia yang di proses oleh komputer / Kecerdasan buatan )
************ BERSAMBUNG ***********
Selanjutnya
Chapter 05 - Tuan Putri Kerajaan Batu Sihir Yang Indah dan Tidak Berguna Selayaknya Bunga