Chereads / Warwolf Termoil. A Saga of Rescue and Peace / Chapter 10 - A Mysterious Figure Guarding the Dungeon

Chapter 10 - A Mysterious Figure Guarding the Dungeon

Juan tak hanya terlihat tegas, namun dia juga marah dan cemburu. Sejak awal dia memang tak menyukai Sir Cedric. Bahkan, usulan raja Edward yang ingin mencari keberadaan Sir Cedric juga sempat di halang-halangi olehnya. 

Tanpa menanyakan apa yang terjadi, Juan memerintahkan pasukan untuk menangkap Sir Cedric, dan segera memenjarakannya. "Prajurit! Tangkap bedebah itu, dan masukkan kedalam penjara bawah tanah! "

Saat beberapa pasukan maju, Lady Elara menghalangi. "Tunggu dulu! Ada apa ini, petinggi Juan? Kami hanya sedang berlatih ilmu sihir. "

Juan tak menjawab pertanyaan tuan putri. Tatapannya terlalu nyalang dan tajam hingga rasanya dia ingin memecahkan kepala Sir Cedric saat itu juga.

Prajurit binggung. Ia berkali-kali menoleh kearah Juan juga Lady Elara. "Seharusnya tuan putri sudah tau peraturan di Kerajaan ayah handa ini, bukan? " Kata Juan, tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Sir Cedric. 

Gadis itu tersenyum miring. "Anda tau, justru gara-gara semua peraturan di Kerajaan ini lah yang membuat para panglima perang dan beberpa petinggi lainnya mati! "

"Maaf, tuan putri. Anda tidak sepatutnya bicara seperti itu. Sementara itu adalah peraturan dari ayah handa tuan putri sendiri. " Juan meninggikan ucapannya. 

Lady Elara terdiam. Dia tau, membatahpun percuma, karena pada kenyataannya raja Edward juga orang yang tegas dan tak ingin di bantah. Selain itu, Lady Elara hawatir jika Juan telah melihat apa yang baru saja terjadi. 

🤑

"Pasukan! " Juan memberi kode kepada pasukan yang dia bawa untuk menangkap Sir Cedric. 

Sir Cedric sendiri juga merasa bersalah, namun ia tidak tau apakah salah satu petinggi raja Edward itu benar-benar melihat apa yang baru saja terjadi antara dia dan Lady Elara, atau tidak?

"Sial," gumam Sir Cedric dengan rasa sesal. Tiba-tiba, rasa cemas dan penyesalan menghampirinya saat kesadaran akan janji yang dia buat kepada Aria terungkap dalam benaknya. Dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, merasakan kekosongan karena begitu banyak masalah yang terjadi baru-baru ini. Belum lagi masalah Aria yang tiba-tiba menghilang tanpa pesan atau penjelasan, kini ia juga mencemaskan apa yang sudah ia perbuat dengan Lady Elara. 

Sir Cedric dikejutkan dengan lemparan sebuah kerikil kecil kearahnya. Dia sangat yakin jika kerikil itu berasa dari penghuni yang berada didalam penjara di sebelahnya. 

"Sssttt... Sssttt... " Kode itu terdengar seperti desisan ular. Namun ia sangat yakin jika itu adalah manusia. 

"Apa yang kau inginkan? " Tegur Sir Cedric, malas untuk beranjak dari tempat duduk nya. 

"A... Apa benar anda tuan Cedric? " Tanya orang itu terbata-bata. Dari suaranya, itu adalah seorang lelaki tua. 

Sir Cedric terkejut tatkala namanya di sebut. Dengan cepat Sir Cedric merangkak mendekati jeruji besi. Sayang sekali ia tak dapat melihat wajah orang itu. Hanya sebuah tangan keriput yang melambai-lambai sebagai tanda bahwa "dia ada disana".

"Siapa kau? Dari mana kau tau namaku? " Tanya Sir Cedric, menekankan suaranya. 

Sosok tua itu menarik tangannya kedalam, lalu hening tak ada suara. Sir Cedric merasa binggung. Sesaat kemudian, tawa mengema di segala penjuru ruangan tanpa jendela. 

"Kenapa anda tertawa? "

Entah apa yang lucu, namun sosok laki-laki tua itu cukup lama tertawa, sehingga membuat Sir Cedric kesal. 

Tiba-tiba suasana hening begitu saja. Suara tawa yang mengema hilang tak bersisa. Hanya gaung yang masih terdengar ditelinga. 

"Jangan percaya dia! Dia penipu! Dia penipu! " Kata sosok lelaki tua secara tiba-tiba. Kini suara itu terdengar berbisik dan prustasi. Tapi, lambat laun terdengar seperti sebuah pekikan yang menusuk gendang telinga. 

Suara pekikan itu kini berganti dengan derit pintu besi yang berkarat. Sosok dua orang pria berpakaian zirah menghampiri penjara Sir Cedric. Tanpa banyak bicara, mereka membukakan pintu penjara tersebut. "Anda dibebaskan! Dan tuan Edward meminta anda untuk menemuinya segera."

Saat Sir Cedric berjalan lebih dulu, ia menyempatkan untuk melihat kearah penjara dimana terdapat sosok tua tadi berada. 

"Apa yang anda lihat, tuan? Tuan Edward tidak suka menunggu lama. " Kata salah satu penjaga. 

Sir Cedric masih tetap saja tak mengindahkan ucapan para penjaga tersebut. "Boleh saya kesana sebentar? " Tanya Sir Cedric, sambil menunju kearah penjara yang terdapat sosok lelaki tua tadi. 

🤑

Bukannya mendapat jawaban pasti, kedua penjaga penjara malah saling pandang. Wajah mereka tampak kebingungan. 

"Maaf tuan. Mau apa anda kesana? "

"Ya. Tempat itu telah lama kosong. "

Deg! 

Deg! 

Perasaan Sir Cedric jadi kacau. 'Tak mungkin yang dia lihat tadi adalah tangan hantu? Tidak mungkin juga tadi dia hanya berhalusinasi. Sebab suara pekikan tajam itu masih terasa menusuk-nusuk di telinganya. 

"Baik. Jika anda tak percaya, saya akan sedikit menerangi ruangan itu! " Meskipun merasa sedikit takut, namun salah satu penjaga penjara bawah tanah itu mendekat kearah jeruji besi, lalu mendekatkan obor kearah ruangan gelap nan pengap tersebut. 

Sir Cedric terkejut setengah mati. Ruangan itu memang benar-benar kosong. Berarti dia tadi berbicara dengan siapa? 

"Apa anda sudah puas, tuan? "

Melihat Sir Cedric masih tak bergeming, kedua penjaga sedikit menarik tangan Cedric, untuk keluar dari sana. 

Diperjalan menuju ruang pertemuan kerajaan Serindah, Sir Cedric benar-benar merasa linglung. Ia samasekali tak bisa menghilangkan suara sosok lelaki tua tadi. Bulu kuduk seketika meremang tatkala menyadari bahwa dia hanya seorang diri. 

Dia terus saja teringat apa yang diucapkan sosok misterius tadi. 

"Siapa yang dia sebut sebagai penipu? " Gumam Sir Cedric, dengan suara pelan.

Sir Cedric disambut hangat oleh Raja Edward. Diantara para petinggi kerajaan, ia samasekali tak dapat melihat keberadaan Juan. 

"Cedric, maafkan atas perilaku petinggi Juan. Dia tidak bermaksud kasar padamu. "

Sir Cedric tak tau harus berkata apa. Sejujurnya ia benar-benar merasa bersalah, hanya saja dia tak tau harus bagaimana. Sejenak ia melirik pada Lady Elara. Dia hawatir jika tuan putri malah melaporkan kelakuan buruk nya pada raja. 

Sementara raja Edward menangkap gelagat aneh dari Sir Cedric, "masalah itu. Anda tidak perlu takut, karena Elara sudah menjelaskan semuanya padaku, bahwa kalian sebenarnya sedang berlatih ilmu sihir. Juan juga sudah mengakui kesalahanya."

Lega rasanya. Mendengar penjelasan raja Edward. Sir Cedric baru bisa bernapas lega. 

Pembahasan mereka kali ini tentang strategi penyerangan Warwolf yang akan dilakukan esok pagi. 

Pikiran Cedric melayang, tatkala mereka membahas tentang hutan rawa dimana tempat pertama kali pertemuannya dengan Aria. Ia baru menyadari, betapa ia sangat merindukan gadis itu, sampai-sampai ia tak menyadari, Lady Elara memperhatikan perubahan pada raut wajahnya. 

Malam semakin larut. Sir Cedric belum bisa memejamkan mata. Ia berdiri di balkon kamarnya, menghadap kamar Aria. Seketika ia merasa sangat merindukan gadis itu. Entah kenapa, bayangan gadis itu selalu datang sehingga membuat Sir Cedric merasa sangat bersalah atas perlakuannya kepada Lady Elara. 

Rasanya ia sangat malu jika suatu saat bertemu kembali dengannya. 

Lamunan Sir Cedric terusik dengan adanya siluet seseorang yang tengah berlari keluar, dari kastil para wanita. Dia menajamkan pengluhatannya. Sayangnya suasana begitu remang-remang, selain itu sosok bayangan itu mengenakan jubah dan pakaian serba hitam panjang, hingg menutupi bagian kepalanya. "Siapa itu?" Gumam Sir Cedric. 

Dengan terburu-buru, ia melompat dari balkon kamarnya, mengejar siluet yang kini berlari mend kati gerbang bagian belakang kastil. 

Deru nafas bergemuruh dengan adrenalin, menciptakan suasana tegang yang mendebarkan. Sir Cedric berusaha sedekat mungkin pada sosok tersebut, berharap dapat melihat dan menangkap basah. 

🤑

Namun sungguh sangat di sayang kan, Tiba-tiba sosok tersebut menghilang didekat lumbung penyimpanan bahan makanan. 

Sir Cedric hanya mampu melayangkan tinju pada sebuah gentong berisi air. "Aku sangat yakin, jika sosok itu lari kesini. " 

Tempat itu tidak memiliki pintu keluar. Jadi, tidak mungkin sosok bayangan tadi bisa keluar dari tempat ini. Atau, Jangan-jangan ada pintu rahasia disini? 

Sir Cedric mencoba menajamkan penglihatannya pada suasana gelap. 

Dugaannya terbukti mendapatkan sobekan kain hitam yang tertancap pada sebuah besi pengait yang tidak dirapikan. Dari sobekan kain itu ada aroma darah segar yang masih basah. Sepertinya lengan orang ini tak sengaja tersangkut. Sepertinya sosok itu masuk kedalam lumbung penyimpanan bahan makanan yang cukup luas. 

Saat ia mencoba mencari kedalam lumbung penyimpanan persediaan pangan, dari kejauhan sebuah cahaya senter berhasil mengejutkannya. Ia tidak mau ada yang salah paham atas tindakannya kali ini. Akhirnya, dia menyudahi pencarian, mencari jalan memutar, mengendap-endap, dan kembali ke kamarnya. 

"Sepertinya tempat ini begitu banyak misteri. " Gumam Sir Cedric, sambil mengintip dari balik tirai kamarnya, menatap di keheningan malam. 

Keesokan paginya. 

Dengan semangat yang membara, Sir Cedric memimpin pasukannya ke tepi jurang yang tersembunyi di antara hutan rawa, tempat yang terpencil dan strategis untuk menyiapkan pertahanan terhadap Alpa Warwolf yang semakin dekat. Suasana tegang melingkupi pasukan yang terdiri dari ksatria-ksatria terbaik, penyihir-penyihir handal, serta pemanah-pemanah ulung.

Mereka mendirikan tenda disana, agar pasukan tak kelelahan. 

Sementara malam mulai turun, langit dipenuhi dengan gemuruh petir yang menyala-nyala di kejauhan. Sir Cedric berdiri di tepi jurang, memandang ke hutan yang gelap, menantikan kedatangan Alpa Warwolf yang menjadi ancaman bagi kerajaan mereka.

Saat angin malam mulai menderu, bayangan besar yang menyeramkan muncul dari balik pepohonan. Alpa Warwolf, sosok setengah manusia setengah serigala dengan mata yang menyala bak bara, melangkah dengan langkah yang kuat di atas rerumputan.

"Sir Cedric, kau berani menantangku!" suaranya bergema di antara gemuruh angin dan petir.

However, it was truly regrettable; suddenly, the figure disappeared near the food storage barn.

Sir Cedric could only throw a punch at a water jug. "I'm very sure that the figure ran here."

The place had no exit doors, so it was impossible for the shadowy figure to leave. Or perhaps, could there be a secret door here? Sir Cedric tried to sharpen his vision in the dark atmosphere.

His suspicion proved correct as he found a torn piece of black fabric stuck to an untidy iron hook. From the torn fabric, there was a scent of fresh and wet blood. It seemed like this person's arm accidentally got caught. Perhaps the figure entered the spacious food storage barn.

As he tried to venture into the food storage barn, a flashlight suddenly startled him from a distance. He didn't want anyone to misinterpret his actions this time. Eventually, he concluded the search, found a detour, sneaked around, and returned to his room.

"It seems like this place has many mysteries," Sir Cedric mumbled while peeking from behind the curtains of his room, gazing into the silence of the night.

The next morning, with fiery enthusiasm, Sir Cedric led his troops to the edge of the hidden cliff amidst the swamp forest, a secluded and strategic location to prepare for the approaching Alpa Warwolf. Tension surrounded the forces, consisting of the best knights, skillful wizards, and adept archers.

They set up tents there to ensure the troops wouldn't tire.

As the night fell, the sky was filled with the flickering glow of distant thunderstorms. Sir Cedric stood at the edge of the cliff, looking into the dark forest, awaiting the arrival of the Alpa Warwolf that posed a threat to their kingdom.

As the night wind began to roar, a looming and intimidating shadow emerged from behind the trees. Alpa Warwolf, a figure half-human, half-wolf with eyes blazing like embers, stepped powerfully on the grass.

"Sir Cedric, you dare to challenge me!" his voice echoed amidst the howling wind and thunder.