Zephyr dan Lucien berhadapan dengan sang raja dan raja menanyakan Zephyr tentang dirinya yang telah menyelamatkan puterinya. "Anda nyelametaken anakku, ya?" tanya sang raja pada Zephyr. Lagi dan lagi Zephyr tidak tahu dengan bahasa yang digunakan oleh raja itu. "Heii, kau itu ditanya oleh baginda jawab bodoh." Lucien berbisik pada Zephyr.
"Bagaimana aku bisa menjawabnya sialan, sedangkan aku tidak tahu apa yang ia katakan." Zephyr menjawab Lucien dengan berbisik. "oiya aku lupa soal itu." bisik Lucien pada Zephyr.
"Nuwun sewu baginda raja, panjenenganipun ponakan kula sowan mriki sowan kula lan mboten ngertos basa ingkang kula gunakaken pak, sepisan malih nyuwun pangapunten." Lucien menceritakan perkara hal Zephyr tidak bisa bahasanya.
Sang Raja itu tersenyum lalu memanggil putrinya, sang putri datang menemui mereka semua. dheweke sing nylametake sampeyan, ta? Lan putri pengin dheweke dadi pengawal putri, ta?" Putri itu, yang dikenal dengan sebutan Milady, tampak salah tingkah. Matanya melirik Zephyr, yang berdiri dengan sikap yang gagah, mengenakan pakaian yang telah direkomendasikan oleh Milady kemarin. Pria itu memang terlihat keren, dan Milady tidak bisa menyangkalnya.
Putri Milady menganguk yang berarti ia setuju bahwa pria tampan itu menjadi pengawalnya ke desa majamanis disana sang putri akan menjalani hubungan diplomasi dengan mereka Lucien juga menyetujui bahwa Zephyr yang ia sebutkan sebagai keponakan dia padahal hanya anak dari temannya yang merupakan anak raja.
Setelah pertemuan di ruangan itu selesai, mereka berdua keluar bersama-sama. Zephyr, yang masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi, akhirnya tidak tahan dan bertanya, "Apa yang kalian bicarakan tadi di dalam? Aku sama sekali tidak mengerti bahasa kalian yang terdengar asing."
Lucien tersenyum dan menjawab dengan tenang, "Mereka meminta kamu menjadi pengawal pribadi sang putri ke desa majamanis yang terletak di dekat lembah. Sebaiknya kau jaga dia dengan baik-baik."
Zephyr tercengang. "Hei tunggu dulu, pak tua! Ini tidak seperti apa yang kau katakan, ini tidak sesuai dengan perjanjian kita!" teriaknya, mencoba menolak tugas yang baru saja diberikan padanya.
Namun, Lucien hanya melambaikan tangannya dengan santai dan melanjutkan langkahnya. "Selamat datang di dunia baru, Zephyr. Selamat menjadi pengawal pribadi sang putri. Aku yakin kamu akan melakukannya dengan baik.", "Pak tua sialan." ucap Zephyr.
Putri Milady, yang mengetahui bahwa Zephyr mungkin akan kesulitan berbicara dengan pengawal lain jika dia tidak mengenakan pakaian resmi, memutuskan untuk mendekatinya dengan ramah. Dengan langkahnya yang anggun, dia mendekati Zephyr dan berbicara dengan lembut, "Halo, kenapa kamu tidak mau mengenakan baju jirahmu itu?" suaranya lembut seperti embun pagi.
Zephyr menoleh dan melihat Putri Milady yang tampak begitu cantik dengan gaunnya yang anggun. Namun, ekspresi wajahnya tetap teguh. "Itu terlihat kuno dan nggak keren. Aku lebih baik mengenakan pakaian ini dibanding harus mengenakan pakaian berat itu," jawab Zephyr dengan mantap.
Putri Milady mengangguk, mencoba memahami pandangan Zephyr. "Tapi baju ini akan melindungimu jika suatu saat ada seseorang yang akan menyerangmu," ucapnya dengan penuh perhatian.
Zephyr menghela nafas. "Haa? Apa aku nggak salah denger? Aku bahkan nggak ingin menjadi pengawal pribadimu, jadi biarkan aku mengenakan apa yang aku mau. Lagi pula, ini baju yang cukup keren." Dia melihat ke bawah, mengatur potongan pakaian yang dia kenakan.
Putri Milady yang mendengar kalau baju yang dia beli kemarin keren menjadi salah tingkah. Dia adalah seorang putri yang prihatin dengan kesejahteraan pengawal-pengawalnya, dan dia benar-benar berpikir bahwa baju jirah itu akan melindungi Zephyr dengan baik.
Namun, dia juga mengerti bahwa Zephyr memiliki kepribadian yang keras kepala dan tidak akan mengganti pikirannya dengan mudah. Dia harus menemukan cara untuk meyakinkannya. Dengan lembut, dia berbicara lagi, "Zephyr, aku tahu kamu adalah seorang yang tangguh, tapi bahaya bisa datang kapan saja. Aku khawatir tentang keselamatanmu. Apakah kamu bisa memikirkannya lagi?"
Zephyr lalu pergi begitu saja dari hadapan sang putri "Kalau itu mau mu sebaiknya cari saja pengawal yang menurutmu ingin memakai pakaian kuno itu." ucapnya dengan dingin.
Setelah itu Zephyr kembali kerumah Lucien untuk mengambil peralatan pedangnya, dan sejumlah pisau lempar di sakunya. "Perempuan sangat merepotkan sekali, mengingatkanku pada seseorang yang jauh disana, apakabar dengannya ya?" Zephyr yang teringat dengan Seseorang.
Di hari berikutnya, Zephyr bersama para pengawal putri kerajaan memulai perjalanan menuju desa Majamanis. Zephyr tampil gagah dengan mengenakan pakaian khasnya, sebuah jubah hitam yang melambai anggun, dan sebilah pedang terpampang gagah di pinggangnya. Langit biru menyambut mereka, cerah dan penuh harapan, tetapi suasana di dalam kereta kencana itu terasa tegang.
Putri Milady, yang telah beberapa kali bertemu dengan Zephyr, masih belum mengetahui siapa sebenarnya pria tampan ini. Dalam kereta kencana yang mewah, putri mengajak Zephyr untuk duduk di sisinya. "Hei, kemarilah. Aku ingin berbicara denganmu, ada beberapa hal yang ingin kusampaikan," kata putri dengan ramah.
Namun, Zephyr menolaknya dengan tegas, wajahnya terlihat dingin. "Peduli apa kau dengan diriku? Sebaiknya, urus saja dirimu yang lemah itu dan pertanyaanmu tinggalkan untuk dirimu sendiri," jawabnya dengan nada yang lebih dingin dari suhu pagi itu.
Situasi segera mencekam. Para pengawal putri mengarahkan senjata mereka ke arah Zephyr, siap untuk bertindak sesuai perintah sang putri. "Ehh, apa maksud kalian, budak?" ejek Zephyr tanpa rasa takut. "Aku bisa menghancurkan kalian dengan mudah. Bahkan, jika aku mau, aku bisa menghancurkan kerajaan ini tanpa ampun."
Salah satu pengawal berbicara dengan tegas, "Sampeyan wis ora sopan karo putri kita, njaluk ngapura utawa sampeyan bakal getun tumindak bodho sampeyan."
Zephyr mengejek dengan sombong, "Hei, kacung, apa yang kau bicarakan itu padaku, ha?"
Putri Milady segera mengambil tindakan. Dia tidak ingin situasi semakin memanas. "Lanjutkan perjalanan," perintahnya dengan suara tegas kepada pengawalnya, dan mereka pun melanjutkan perjalanan menuju desa Majamanis. Putri memerintahkan Zephyr untuk naik ke kencana bersamanya.
Di dalam kencana yang mewah, suasana tetap terasa canggung. Sang putri, cantik nan jelita, akhirnya menanyakan nama Zephyr. "Kita sudah beberapa kali bertemu, namun hingga kini aku belum tahu siapa namamu," ujarnya dengan lembut.
Zephyr melirik ke arah Putri Milady, tatapannya masih dingin. "Kau itu apa sih? Aku hanya seorang pengunjung di sini, dan kau seenak jidatmu menyuruhku menjadi pengawalmu," timpal Zephyr dengan nada tajam. "Kutekankan sekali lagi, jika kau ingin tahu namaku, carilah sendiri. Wanita jalang."
Putri Milady merasakan kebingungan dalam hatinya. Zephyr, pria misterius ini, selalu menunjukkan sikap dingin dan arogan. Namun, di balik semua itu, ada sesuatu yang menariknya pada pria itu. Ia merasa ada lebih banyak yang perlu diungkap tentang Zephyr.
Dalam perjalanan yang berlangsung cukup lama, Zephyr dan Putri Milady duduk bersebelahan di dalam kencana. Mereka merasa seperti dua kutub yang bertabrakan. Udara terasa begitu kental, seolah-olah setiap kata yang terucap akan memicu ledakan. Namun, di bawah permukaan, ada ketertarikan yang tidak bisa mereka hindari.
Saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat, cahaya senja memancar memperindah wajah putri. Keindahan alam dan kecantikan Putri Milady seolah bagaikan bunga yang ingin kuncup disore hari.
Putri Milady tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia ingin mengenal Zephyr lebih baik. "Apa yang membawamu ke kerajaanku?" tanyanya dengan suara lembut.
Zephyr merenung sejenak sebelum menjawab, "apa urusanmu dengan itu? aku punya urusan di sini, itulah sebabnya aku datang."
Putri Milady tidak puas dengan jawaban itu. Dia ingin tahu lebih banyak. "Urusan apa yang begitu penting dan kau berani mengancam kerajaanku? memangnya seberapa kuat dirimu itu"
Zephyr tersenyum sinis, "Aku tidak mengancam kerajaanmu. Tapi jika kerajaan ini menggangguku urusanku, aku tidak akan segan untuk menghabisi kalian semua."
Saat matahari merunduk dan sinar rembulan mulai menerangi malam, Zephyr merasa perlu untuk mencari tempat berendam dan membersihkan dirinya. Dengan langkah hati-hati, ia memutuskan untuk pergi ke sungai terdekat. Tak seorang pun tahu bahwa Putri Milady, yang diam-diam terpesona olehnya, memutuskan untuk mengikutinya dari belakang.
Dalam ketenangan malam yang hanya dipecahkan oleh suara gemericik air sungai, Zephyr perlahan-lahan melepaskan bajunya. Bulan purnama memantulkan sinarnya ke dalam air, menciptakan kilauan magis di permukaan sungai. Putri Milady, yang bersembunyi di balik pepohonan, tidak bisa melepaskan pandangannya dari pemandangan yang dia saksikan.
Dia terpesona oleh bentuk tubuh Zephyr yang mulus dan kekar. Setiap gerakan tubuhnya yang lentur saat Zephyr merendam diri dalam sungai membuat hati Putri Milady berdebar-debar. Namun, dia sadar bahwa dia tidak boleh terlalu dekat.
Namun, malam itu, takdir berkata lain. Dalam kegelapan malam yang penuh misteri, sekelompok perampok yang dua hari lalu telah dibantai oleh Zephyr tiba-tiba muncul. Mereka telah mengintai sejak tadi malam, menunggu kesempatan untuk membalas dendam atas kematian rekan-rekan mereka.
Ketika Zephyr masih merendam diri dalam sungai, mereka dengan cepat mendekati Putri Milady . Dengan gerakan halus, mereka berhasil menculik putri tanpa menarik perhatian para pengawal yang tidur. Putri Milady, yang masih terpikat oleh Zephyr, tidak menyadari ancaman yang mendekat.
Dengan cepat, mereka menyelinap mendekatinya, menutupi mulut Putri Milady dengan sehelai kain yang meresapkan obat tidur. Putri Milady meronta sebentar sebelum akhirnya lemas dan tak sadarkan diri. Perampok-perampok itu menggendongnya menyusul rekan-rekan mereka yang menunggu di kegelapan.
Zephyr, yang masih basah karena mandi di sungai, terkejut dengan sikap para pengawal. Dia sadar bahwa mereka mencurigainya atas hilangnya putri. Dengan cepat, dia mencoba menjelaskan situasi.
"Dengarkan aku," ucap Zephyr dengan suara tegas, meskipun perasaannya bercampur aduk. "Saya tidak menculik Putri Milady. Saya pergi mandi ke sungai dan tidak tahu apa-apa tentang keberadaannya."
Para pengawal ragu, tetapi ketika mereka melihat Zephyr yang tampil tanpa baju dan basah, kecurigaan mereka mulai berkurang. Mereka tahu bahwa di dekat sini ada sungai, dan tidak mungkin seorang penculik akan membawa kembali putri ke tempat berkemah begitu saja.
Zephyr merasakan sesuatu yang tidak beres saat ia tiba di tepi sungai yang mengalir deras. Hati kecilnya berkata bahwa sang putri pasti berada di dekat sini. Air sungai menggurgling dengan gemerlapan yang aneh, seolah-olah alam sedang merasa gelisah. Ia segera bergerak menuju sungai, mencari jejak apapun yang dapat membawanya kepada putri.
Kaki Zephyr melangkah dengan gesit, dan matanya tajam memerhatikan setiap batang rumput yang terinjaknya. Tak lama kemudian, ia menemukan sesuatu yang mengejutkan: sebuah jepit rambut yang familiar terapung di atas permukaan air. "Jepit rambut ini? Sepertinya sama dengan yang digunakan oleh dia," gumam Zephyr, sambil meraihnya dari air.
Air mengalir dengan tenang, tetapi ada cipratan-cipratan air yang menempel pada dedaunan di tepi sungai. Zephyr mengartikan bahwa ada seseorang yang baru saja melewati sini dengan tergesa-gesa. Hatinya semakin yakin bahwa sang putri berada dalam bahaya.
Dengan cermat, Zephyr mengikuti jejak-jejak itu. Ia bergerak dengan cepat, melintasi hutan dan memanjat bukit-bukit curam. Setiap jejak menjadi petunjuk yang membawanya lebih dekat kepada sang putri. Ia merasa bahwa waktu adalah musuh terbesarnya.
Akhirnya, setelah waktu yang sangat lama berlalu, Zephyr tiba di sebuah kota desa kecil yang terletak jauh dari peradaban yang ia kenal. Bangunan-bangunan sederhana terbuat dari kayu dan bambu menjulang di sekitarnya. Ia memutuskan untuk bertanya kepada penduduk setempat apakah mereka tahu tentang keberadaan sang putri.
Zephyr segera turun ke bawah bukit menuju desa tersebut. Namun, sebelum ia berhasil mencapai dataran rendah, hujan panah tiba-tiba meluncur dari atas. Ia refleks menoleh ke atas dan melihat sekelompok orang bersenjata yang berada di atas bukit. Mereka adalah penjaga desa yang berusaha mencegahnya masuk.
Tapi kecepatan anak panah mereka bukanlah apa-apa bagi Zephyr. Dengan keahliannya yang luar biasa, ia meliuk-liuk menghindari anak panah yang melesat ke arahnya dengan begitu mudah. Tubuhnya seolah menjadi bayangan yang tak terjangkau oleh mata manusia biasa.
Zephyr lalu meraih sebilah batang kayu tajam yang tersedia di sekitarnya. Dengan gerakan yang cepat, ia melemparkannya ke arah salah satu penjaga yang memanahnya. Batang kayu itu mendarat dengan presisi yang menakutkan, menancap di dada perampok tersebut.
Namun, pertarungan belum berakhir. Setelah sampai di Desa Lembah, Zephyr harus berhadapan dengan lebih dari seribu orang perampok yang telah menahan sang putri. Jumlah mereka yang begitu besar membuat Zephyr kaget.
"Hei, anak muda!" ucap seorang pria berpenampilan kasar, yang sepertinya adalah ketua perampok itu. "Sebaiknya menyerahlah. Apa yang kau lakukan pada teman kami, kami tak akan membiarkanmu hidup lebih lama lagi."
Zephyr dengan tenang dan tatapan dingin berkata. "Cih...kau? ingin membuatku hidup ku takan lama lagi?". "SAMPAH seperti kalian memangnya bisa apa?" , "kau serahkan putri itu maka akau akan membiarkan kalian tetap hidup."
Zephyr menjawab dengan tenang, tatapan matanya begitu dingin, "Cih... kalian ingin membuat hidupku takkan lama lagi?" Ia tersenyum sinis, "Sampah seperti kalian memangnya bisa apa?"
Para perampok itu tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan seorang bocah yang tampaknya ingin menghadapi mereka semua. Salah satu di antara mereka melangkah maju, menghentikan tawanya, "Apa aku tidak salah dengar nih, bocah idiot?" ucapnya dengan nada merendahkan.
Zephyr hanya tersenyum lebih lebar, "Kupikir kalian tidak tuli. Serahkan putri itu, maka aku akan membiarkan kalian semua tetap hidup."
Tak satu pun dari perampok itu merespons permintaannya. Mereka hanya saling pandang, lalu ketua mereka mengangkat alisnya, "Kau berani sekali, bocah." Mereka semua serentak menyerang Zephyr bersamaan.
Srrraaaaakkk
Sssssinggggg
Dentingan suara pedang Zephyr beradu dengan para perampok, dan di antara sorakan-sorakan mereka, terdengar suara peluit angin malam yang menusuk. Para perampok, meskipun berjumlah banyak, tak mampu menandingi kecepatan dan kekuatan Zephyr. Ia meluncur di antara mereka seperti bayangan gelap yang tak terlihat, dan dengan pedangnya yang berkilauan dalam cahaya bulan, ia menghabisi mereka satu per satu lebih cepat daripada mata bisa berkedip.
Kepala para perampok, seorang pria berwajah buruk rupa dan bermulut kotor, mengamati Zephyr dari kejauhan. "Sial bocah ini... sangat kuat," gumamnya dengan nada gusar. "Sebaiknya kuhentikan dia sekarang."
Dengan tiba-tiba, ketua perampok itu mengeluarkan seluruh kekuatannya. Tubuhnya berubah, mengalami metamorfosis menjadi manusia setengah serigala, dan ia tumbuh lebih besar dari sebelumnya. Matanya memancarkan aura kegelapan yang mematikan.
Zephyr, sambil tetap bertarung dengan para perampok, tak henti-hentinya memperhatikan perubahan ini. "Cih... orang bodoh itu apa yang akan dia lakukan?" gumamnya.
Ketua perampok yang telah berubah wujud itu tiba-tiba meluncur dengan kecepatan luar biasa menuju Zephyr. Namun, sayangnya, Zephyr bukan tandingan bagi mereka semua. Dengan gerakan yang begitu cepat seperti kilat, ia melompat ke atas, menghindari serangan mematikan yang ditujukan ke arahnya. Dalam sekejap mata, Zephyr menghujamkan pedangnya ke arah ketua perampok dengan kekuatan dan kecepatan yang mengesankan.
Kilatan petir yang membara menyelimuti tempat itu. Para perampok yang berada di sekitarnya harus tewas terkena efek serangan dahsyat Zephyr. Namun, yang paling mengesankan adalah nasib ketua perampok itu sendiri. Ketua perampok itu pun tewas mengenaskan, tubuhnya terbelah menjadi dua bagian, darah dan isi perutnya bercucuran ke tanah kering.
Zephyr berdiri di tengah reruntuhan pertempuran, napasnya terengah-engah. Dia mengamati sisa-sisa perampok yang tersisa, yang sekarang pada umumnya telah kehilangan semangat pertarungan. Mereka melarikan diri seiring dengan ketakutan yang memenuhi hati mereka.
"Kalian takan kubiarkan satu pun dari kalian lolos," kata Zephyr dengan suara yang dingin. Dalam sekejap, dia melesat ke depan, menangkap satu perampok yang berusaha kabur dengan mantap, dan dengan lemparan tangan yang kuat, perampok itu terhempas ke tanah, tak berdaya.
Sementara itu, perampok-perampok lainnya juga tidak bisa melarikan diri. Mereka terkepung oleh Zephyr yang tak terkalahkan. Dengan setiap gerakan pedangnya, sejumlah perampok kehilangan nyawa mereka. Darah bercucuran di tanah dan teriakan kesakitan memenuhi udara.
Ketika pertempuran akhirnya berakhir, hanya ada sedikit perampok yang selamat. Mereka terluka parah dan tidak lagi memiliki semangat untuk melawan. Zephyr menghampiri mereka dengan langkah mantap, menatap mereka dengan tatapan tajam.
"Kalian telah melawan orang yang salah, beritahu aku dimana dia?," ucapnya, suaranya seperti angin sejuk yang mematikan. Perampok yang sudah tak berdaya itu memberi tahu Zephyr dimana lokasi Putri itu disembunyikan, namun Zephyr tak membiarkan mereka Hidup. "Tidak untuk kali ini, payah."
Dalam sekejap, Zephyr mengakhiri hidup perampok-perampok itu dengan pedangnya. Tubuh mereka terkulai lemah di tanah, dan keheningan kembali menguasai tempat itu. Zephyr lalu bergegas ketempat yang dimaksud oleh perampok tadi, Kurungan bambu dibawah tanah.
Saat dia sampai ditempat Putri disekap, Zephyr lalu memotong semua yang menghalangi sang Putri, Putri Milady tak menyangka bahwa yang datang menyelamatkan dia adalah Zephyr. Setelah ia mengeluarkan sang putri, ia meninggalkan putri begitu saja. Dengan sangat cepat dia berteleportasi ketempat kemah para pengawal.
"Kalian sebaiknya pergi kedaerah desa pinggir lembah yang kalian ingin kunjungi, putri ada disana dengan keadaan baik-baik saja." Zephyr memberitahu mereka lalu pergi begitu saja. "hei tunggu" Ucap salah satu pengawal.
Para pengawal dengan cepat mengendarai kudanya menuju tempat yang dimaksud, Putri yang berada dibawah tanah segera keatas untuk menyusul Zephyr, namun sesampainya diatas ia tak menemukan Zephyr melainkan lautan manusia yang sudah mati secara mengenaskan. Begitu pula para pengawal putri yang sudah sampai ditempatnya menyaksikan itu dengan kepala mereka sendiri.
Mereka semua terkagum-kagum dengan apa yang sudah Zephyr perbuat.