Cahaya matahari menembus jendela dilorong, itu bukan lorong modern, melainkan lorong yang dibuat dengan rumit seperti ala kerajaan Eropa.
Dibalik jendela itu adalah taman hijau dengan banyak murid-murid berlalu lalang dengan seragam putih hitam dan Bros lambang lavender di seragam mereka.
Kalau Rael melihat lapangan sekolah modern, pasti itu akan menjadi lapangan olahraga, tapi lapangan academy sihir hanya berisi tanaman.
Mata nila nya menangkap sekelompok murid yang sedang mengobrol, itu dia tokoh utama dalam novel bersama rekannya, meski terlihat sangat biasa, mereka adalah anak-anak yang sedang menyelamatkan dunia diam-diam.
"David," Rael menggumamkan nama tokoh utama.
Lalu kemudian manganalisis kelompok tokoh utama. Disamping David ada Danian, lalu ada salah satu love interest David. Terakhir ada adik tiri Rael, siapa lagi nama mereka?
Suara langkah kaki terdengar di lorong sepi, Rael mengalihkan pandangannya pada seorang pria yang berjalan kearahnya.
"Apa yang kamu lakukan disini?" Surai abu-abu panjang yang diikat, dan kacamata bangsawan memasuki penglihatan Rael. Itu pasti Alvis, salah satu guru yang menjadi rekan tokoh utama juga.
"Saya hanya sedang melihat pemandangan," tidak ada ekspresi dari Rael.
"Hmm..." Alvis berdehem, lalu melihat keluar, tidak ada yang menarik selain kelompok tokoh utama.
"Memang pemandangan yang menarik," Alvis tersenyum, Rael melihat keluar lagi tanpa ekspresi.
"Sebenarnya ada yang ingin kutanyakan, Rael. Kenapa akhir-akhir ini kamu kurang ceria?"
Karena aku bukan Rael, dan Rael asli memangnya pernah ceria?
Rael memikirkan jawaban selain jawaban sebenarnya, lalu tersenyum cerah, "tidak, saya memang selalu begini kok,"
"Benarkah?" Alvis memasang ekspresi berpikir sambil memperhatikan Rael dari bawah sampai atas.
"Ya, terimakasih atas perhatiannya, pak." senyum Rael tidak luntur.
Ada alasan kenapa Rael dulu maupun sekarang tidak pernah ceria, dan itu karena dia penyakitan!
Pluk!
Rael langsung menjatuhkan tubuhnya ke kasur empuk saat dia sampai di kediaman Cielle.
"Energi ku habis..."
Rael Cielle adalah tokoh antagonis tambahan yang dulunya adalah anak buah dari biang kerok Danian. Tapi David sang tokoh utama, yang kembali dari masa depan memutuskan untuk membuat Danian menjadi rekannya kali ini. Kemudian Rael dibuangnya begitu saja.
Aku serius nama Rael dinovel muncul bahkan gak sampe dua digit jumlahnya
Terlepas dari peran nya dalam novel, Rael sebenarnya adalah saudara tiri dari salah satu rekan tokoh utama.
"Feivel kan namanya...?"
Saudara tiri yang berbeda usia hanya beberapa hari pastinya akan menjadi rival besar, agak disayangkan kenapa Rael tidak dibuat menjadi saudara tiri yang kejam dan meyebalkan.
Tapi kalo dipikir-pikir itu jadi keuntungan bagi ku karena aku jadi Rael sekarang. kalo Rael bener-bener saudara tiri yang kejam dan menyebalkan bagi rekan tokoh utama aku akan mati dua kali
Berdasarkan ingatan Rael, ayah Feivel yang merupakan seorang Duke menikah lagi setelah dua tahun kematian Duchess.
Dan wanita yang diam-diam adalah penyihir hitam membawa anaknya, Rael kedalam keluarga Cielle. Benar, penyihir hitam.
Plot yang sayang sekali bukan? Rael berpeluang menjadi salah satu villain besar, tapi dia malah berhenti saat perundung yang dia ikuti menjadi baik.
"Tuan muda, sudah saatnya makan malam," suara seorang butler terdengar dari luar pintu.
"Ya," Rael bangkit dari kasurnya.
Daripada disebut makan malam keluarga Cielle, itu lebih seperti Rael dan ibunya makan malam. Karena Duke sangat sibuk dan Feivel tidak mungkin mau makan malam bersama mereka.
Rael melihat dirinya sendiri dicermin, setelah dua minggu disini, dia sudah familiar dengan wajah Rael. Sebenarnya Rael tidak jelek, tapi design nya agak membosankan, kulit putih rambut hitam pendek, satu-satunya yang unik hanyalah matanya yang berwarna nila.
Tapi kalau kita menurunkan pakaian lengan panjangnya sedikit, banyak luka bisa dilihat, ini salah stau alasan kenapa Rael penyakitan. Tidak, satu-satunya alasan kenapa dia penyakitan adalah ibunya, Invidia.
"Anakku terlihat tampan hari ini juga," wanita berambut hitam tersenyum di kursi meja makan. Rael mendekati lalu memeluk sang wanita, Invidia memeluk kembali putranya dengan senyuman.
"Apa ada yang menarik hari ini?" Tanya Invidia sambil mengelus lembut surai Rael.
"Hari ini ada guru yang mengajak ku berbicara," satu-satunya yang Rael pikir menarik adalah kedatangan Alvis dilorong tadi.
"Yaampun, kamu tidak membuat masalah kan?" Pada pertanyaan Invidia, Rael menggeleng.
"Kalau begitu dia hanya menyapa?" Kali ini Rael menggangguk.
"Anak baik," Invidia tersenyum hangat.
Invidia adalah penyihir hitam yang menjadi Duchess setelah memanipulasi kerajaan dari dalam. Sebenarnya, dia menjadi penyihir hitam karena sebuah penyakit yang juga diturunkan kepada anaknya, Rael.
Dengan alasan mencari obat untuk penyakit mereka, Invidia menggunakan Rael sebagai tikus percobaan, membuat anak itu rusak dari dalam dan luar sejak lahir.
Tapi, cinta yang diberikan invida kepada Rael itu nyata. Saat tidak putus asa dan depresi karena rasa sakit dari penyakitnya, Invidia bisa menjadi ibu yang baik. Atau itulah yang Rael selama ini katakan pada dirinya sendiri, jujur saja, dia tidak tau, kalau dia tidak mendapat ingatan Rael, mungkin dia akan menganggap wanita ini toxic dan menipulatif.
Tapi, pelukan dan tatapan Invidia sangat hangat, hangat seperti cinta, cinta sungguhan. Seolah selama dia menjadi anak baik, Ibu nya akan terus memberinya perhatian dan cinta, kasih sayang manis yang bisa membuat Rael bahagia.
"..." tidak, dia tidak tau, karena dia tidak tau bagaimana rasanya keluarga dikehidupannya dulu, dia tidak punya.
"...Ibunda, boleh kah saya menanyakan sesuatu?" Rael menatap makanannya dipiring, tidak menyentuhnya sama sekali, begitupun dengan Invidia. Selalu seperti itu, mereka hanya akan mengobrol satu sama lain alih-alih makan saat makan malam, makanannya agak disayangkan, tapi Rael menjadi tenang sejak dia mengetahui makanan sisa akan diberikan pada pekerja.
"Tentu saja, apa itu, sayang?"
"...apa Ibunda menyayangiku?"
Beberapa pekerja yang diam didapur agak membeku mendengarnya, mereka selalu melihat hubungan ibu anak ini sangat baik, kenapa laki-laki berusia 15 tahun itu bertanya tentang hal yang sudah jelas?
"...Tentu saja ibu menyayangimu," Invidia tersenyum cerah, membawa Rael kedalam pelukannya lagi, "kenapa kamu menanyakan itu? Apa terjadi sesuatu padamu?" Suaranya lembut dan tenang, namun penuh perhatian.
Merasakan kehangatan itu lagi, Rael merasa aman dan nyaman, namun matanya menjadi kosong, "tidak," dia membenamkan wajahnya pada pelukan itu, "tidak terjadi apapun pada saya."