Chereads / Uzi / Chapter 8 - vaksin

Chapter 8 - vaksin

Amel duduk di pintu masuk kelas menyambut dan mencatat siswa yang harus vaksin hari ini. Pena yang ia pegang menjadi temannya selama berjam jam untuk menghadapi orang orang yang terpaksa ingin sehat

""Aaaaaa gamau bu bu plis gamau"

Terdengar beberapa orang berteriak menolak untuk di vaksin

" ayo cepet ini udah ngantri"

Terdengar panitia yang mulai kewalahan dengan ratusan murid yang menangis , berteriak bahkan kabur

"Gak sakit kan bu?"

Bu guru juga meyakinkan mereka dengan berbagai pernyataan

"Cobain dulu baru nanti tau sakit apa enggak"

Sepanjang waktu Amel mendengar berbagai teriakan dan berantakan. Banyak orang disana tapi dia sendiri melamun dan menanti entah akan ada orang yang datang lagi atau tidak. Menunggu pun bukan dia yang didatangi tapi buku itu kertas itu dan pena itu. Amel menggenggam erat penanya, tangannya mulai basah dengan keringat dan dia mulai bosan.

Hari mulai siang dan Amel masih setia duduk menunggu. Melihat sekeliling yang seketika kadang hening kadang gaduh. Anggota osis berjalan kesana kemari memastikan acara berjalan sebagaimana mestinya, Orang orang yang merasakan efek setelah di vaksin, guru guru yang sibuk memberi arahan dan beberapa orang mondar mandir tanpa tujuan

"Mel" Panggilan seseorang memecahkan fokus amep

"Eh kak Uzi?"

"Panggil aja Uzi" ucap Uzi sambil meletakkan kedua telapak tangannya di meja tempat Amel duduk sehingga Uzi berdiri tepat di depan wajah Amel

"Oh iya Uzi"

"Uzi boleh duduk disini?"

Uji menunjuk bangku sebelah Amel yang kosong

"Oh boleh"

"Lagi sibuk ya?"

"Enggak kok ini udah mau beres"

"Udah dzhur kamu udah solat?"

"Belum kak"

"Yaudah solat dulu aja, ini sama Uzi dulu aja"

"Emang gapapa kak?"

"Gapapa, kalem dan sekali lagi Panggil aku Uzi aja ya"

"Oh iya kalo gitu aku pergi dulu maksih ya Uzi"

Akhirnya, Amel bisa pergi dari tempat itu, tempat yang ramai tapi tidak terasa kehangatan nya banyak yang datang tapi bukan ia yang didatangi. Cara orang terlalu berisik semua mungkin tau mereka sedang ketakutan tapi tak semua orang mengerti dengan cara mereka menyampaikan.

Setelah selsai menjalankan kewajibannya Amel kembali dan melihat Uzi sedang mencatat dan mengumpulkan data

"Permisi, maaf ya ngerepotin"

Amel mengambil kertas yang lain dan kembali pada tugasnya yang dibantu Uzi

"Kalem aja" Jawab Uzi sambil mencatat

"eh iya dari tadi gak liat Razman dia kemana ya hari ini?" Tanya Amel

"Oh si Razman sakit kemaren dia bantuin Uzi ngerjain tugas osis sambil gadang jadi dia sakit, kalo kamu? Tumben sendiri biasanya berdua"

"Oh Nazma juga lagi sakit "

"Wah kok bisa samaan ya jangan jangan mereka jodoh, soalnya jodoh kan gak kemana"

Amel membalasnya dengan tertawa.

Uzi akhirnya membantu Amel sampai Amel selsai menyelesaikan tugasnya. Kehadiran Uzi sedikit mengusir keheningan yang Amel rasa beberapa jam lalu. Beberapa kali mereka mengobrol dan bercerita

"udah beres, Uzi pergi dulu ya"

"iya, aku juga mau pulang"

Kembali ke tempat masing masing yang mereka sebut Rumah. Sialnya Amel lupa berterima kasih pada Uzi yang sudah membantunya meringankan banyak tugas.

Amel menelpon Razman

"Man?"

"apa tumben nelpon?" tanya Razman bingung

"kamu sakit?"

"Iya demam tadi malem gadang paling Cuma kurang tidur"

"Oh Yaudah nanti aku masakin sayur sama aku titipin obat ya jangan lupa diminum"

"iya makasih"

"eh sama aku juga mau minta tolong boleh gak?"

"Minta tolong apa?"

"minta no Uzi dong"

"Cie cie ada apa nih"

"tadi Uzi bantuin aku, tapi lupa bilang terimakasih"

"cie cie mulai tumbuh rasa cinta nih kayaknya"

"Razman apaan sih ah cepetan"

"Yuadah ia nanti aku kirim"

"Yaudah makasih aku tutup dulu ya telponnya"

Amel pun segera menghubungi Uzi dan menyampaikan terimakasih karna telah membantunya seharian ini. Uzi pun senang bisa membantu Amel.

Hari itu adalah hari pertama Amel menghubungi Uzi, dan Uzi punya banyak kesempatan untuk mendekati Amel

Sosok Amel yang ramah membuat siapa saja yang didekatnya merasa nyaman dan diperhatikan sama seperti yang dirasakan Uzi. Uzi mulai tertarik dengan Amel dan saat Amel menghubungi Uzi itu adalah kesempatan yang bagus untuk memulai mendapatkan hati Amel.

Banyak yang membicarakan Amel karna kecantikan dan jiwa perhatian yang dimiliki Amel sehingga bukan hanya Uzi yang berusaha mendapatkan Amel tapi hampir stengah dari penghuni sekolah. Tapi itu yang membuat Uzi semakin tertantang, Uzi juga tak kalah ganteng banyak yang suka Uzi jadi Uzi semakin semangat berusaha mendapatkan Amel