Setelah mendengar kata-kata Jorge, ekspresi Connor sangat putus asa.
Ia tidak pernah berpikir bahwa dia harus berlutut di depan Jorge untuk menjadi muridnya. Selain itu, Connor melihat sikap Jorge sangat tegas. Tidak ada ruang untuk negosiasi sama sekali.
Connor merasa bahwa sejak ia sudah melakukan begitu banyak hal, jika dia tidak mengakui seorang guru hanya karena hal kecil ini, maka ia akan membuang semua usaha dan waktu itu.
Oleh karena itu, Connor ragu-ragu untuk waktu yang lama dan akhirnya memilih untuk berkompromi.
"Haruskah aku hanya berlutut?"
Connor bertanya kepada Jorge dengan putus asa.
"Berlututlah, tuangkan teh untukku, dan akui aku sebagai gurumu!"
Jorge mengatakan dengan tenang.
"Kenapa kamu begitu menuntut?" Mata Connor berkilauan dengan sedikit putus asa sebelum dia pergi ke meja dan meraih cangkir teh. Dia kemudian berjalan di depan Jorge dan berteriak padanya dengan ekspresi serius, "Guru, mohon terima hormatku!"