Chereads / Perjalanan hidup para ksatria elemen / Chapter 2 - Bab 2 : Dendam yang tak tertahankan (part 1)

Chapter 2 - Bab 2 : Dendam yang tak tertahankan (part 1)

Hanya ada 3 hal yang penting bagiku di dunia ini dan jika ke-3 hal itu diurutkan dari yang paling berharga bagiku akan menjadi : Pengetahuan, Sahabatku, dan Keluargaku. Sejujurnya aku tidak begitu menyukai Keluargaku yang terasa sangat jauh dariku tapi hanya mereka yang paling mengenalku. Jika kalian bertanya bagaimana dengan orang yang kamu cintai? Jawabannya adalah Cinta selalu menjadi mimpi terburukku hingga sampai di hari aku bertemu dengannya, gadis yang menyebalkan itu. Ia dengan mudah merubah segalanya dalam hidupku hanya dengan keberadaannya dalam hidupku. Dan selamat datang diceritaku...  cerita mengenai seorang pangeran pendendam dan keras kepala yang jatuh cinta pada seorang gadis yang ia anggap sebagai rivalnya.

"Riko, makanannya.. sudah jadi?" Teriakku dari ruang tengah. aku meminum tehku dengan tenang hingga Rian datang dengan membawa pedang Kenryu kesayangannya dan bertanya kepadaku "Kemarin kau bilang kalau kita akan berangkat setelah sarapan, memangnya kita akan pergi kemana?" Aku menaruh cangkir tehku dan menatap matanya dengan sebuah keseriusan. "Rencanaku sih... mau pergi ke kebun milik mendiang ayahku, tapi menurutmu rute mana yang paling cepat dan paling aman?"

"Memangnya dimana kebun milik ayahmu?" aku dapat melihat sebuah keraguan pada matanya, aku kembali meminum tehku sembari berkata "Di perbatasan kota Depth dan kota Hark di sebuah desa yang bernama Torimura." Wajahnya yang terlihat bingung dan kaget membuatku merasa bahwa aku baru saja mengatakan hal aneh padanya. Aku menaruh kembali cangkirku dan menunggu reaksinya. "Hah!! kau bercanda ? jarak kita dengan kebun itu sangat jauh, bahkan butuh berminggu minggu untuk sampai kesana. Itupun dengan menggunakan kuda tercepat di kerajaan ini." Aku menggaruk tengkuk leherku dan tersenyum kearahnya sembari berkata "Aku tau hal itu jadi aku bertanya padamu, rute mana yang tercepat menuju kota Depth. Jadi, apa kau sudah menyiapkan barang barangmu?"

Begitu mendengar pertanyaanku, Rian dengan segera pergi ke kamarnya dan menyiapkan barang barangnya. Beberapa menit kemudian, Riko datang dengan membawa makanan dari arah dapur lalu berkata "Apa kamu sudah sangat kelaparan karena menunggu terlalu lama?"

"Enggak kok, santai saja... Jadi, menu sarapan kita hari ini apa ?" Tanyaku dengan senyum tulus yang terukir di wajahku. "Ikan hasil tangkapan kemarin dan jamur dari hutan, tapi tenang saja jamur yang aku ambil bukan jenis jamur beracun kok." Aku tertawa kecil ketika mendengar ucapannya. "Kalau kamu memasak jamur yang beracun, itu sama saja kamu melanggar janjimu pada guru dan raja Akemi bukan? Dan bukankah itu juga bisa dihitung sebagai bunuh diri? Karena kita makan masakan yang sama." Setelah mengatakan hal itu, aku berdiri dari tempat dudukku dan berjalan menuju dapur untuk mencuci tanganku.

"Riko! apa kau tau dimana kompas dan petaku?" Teriak Rian dari arah kamarnya, dia sepertinya lupa menaruh barangnya dimana. Ada ada saja... "Memangnya kau taruh dimana? Coba cek di mejamu." Jawab Riko dengan tenang, ia menyiapkan makanan kami dengan hati hati dan cukup telaten. 'Pantas saja dari dulu dia selalu diincar banyak gadis, dia memang orang yang perhatian dan hangat.' Pikirku, aku mengakui dia memang idaman para gadis... disaat yang sama aku juga mengakui bahwa aku memang tidak bisa menyainginya... dan aku tau hal itu...

"Bagaimana makanannya? Apakah cocok dengan seleramu ?" Aku perlahan memakan masakannya satu suap terlebih dahulu, wajah Riko terlihat sangat tegang ketika aku mencoba masakannya dan aku yang terkejut akan rasa masakannya hanya bisa tersenyum kecil kearahnya dan bertanya padanya. "Sejak kapan bisa memasak?" Wajah tegangnya seketika berubah menjadi wajah senang ketika mendengar ucapanku.

"Rahasia." Ucapnya dengan senyum manisnya. suasananya menjadi senyap selama beberapa menit hingga Rian datang dengan membawa tas yang penuh akan barang barang dan berkata "Lagi ngomongin apa nih? Lagi ngomongin masakan ya? Ngomongin masakan jadi inget kalau Taka gak pernah masak buat kita kan. Jadi kapan kamu mau memasak sarapan buat kami, Taka?" Ia melirikku dengan wajah sombongnya dan aku merasa sangat kesal saat mendengar kalimat yang ia ucapkan. Mataku sedikit sedikit melebar karena kesal akan mereka yang menggodaku dengan cara tidak aku sukai. Aku menutup mataku sebentar dan membuka mataku, mataku yang awalnya berwarna ungu gelap berubah menjadi hijau emerlad. Aku menatap mereka dengan tatapan yang dingin tapi di sisi lain juga menatap mereka dengan tatapan tenang.

"Tentu, aku akan memasak untuk kalian tapi jika kalian ingin dapur kita terbakar dan kalian keracunan setelah memakan makananku." Wajah mereka seketika memucat dan dengan cepat mereka minta maaf padaku. Wajah mereka benar benar ketakutan, padahal mereka belum begitu mengenalku... mereka masih tidak tau seperti apa aku yang sebenarnya. Singkat cerita, aku memaafkan mereka yang menjahiliku dan mengajak mereka sarapan bersama. Dan sekarang waktunya kami berangkat menuju desa Torimura.

"Megami, kau sudah siap untuk berangkat?"Aku mengelus kuda putih kesayanganku. Megumi adalah nama kuda putih kesayanganku. Dia juga yang menemani perjalananku selama ini, dia juga merupakan salah satu hal yang berharga bagiku. Aku mulai menaikkan barang barangku ke gerobak kudaku. "Kalian naik lah." Ucapku sembari menaiki kudaku, kami pun berangkat dari Airo menuju kota Depth.

Baru juga berjalan beberapa menit, aku melihat beberapa prajurit kerajaan Shobu sedang mencariku di kota ini. Aku dengan segera memutar balikkan kudaku dan mengubah rute perjalanan yang awalnya akan pergi ke Kota Hoseki jadi pergi ke Kota Rustling. Aku mempercepat laju kudaku, aku tak mau rencana balas dendamku hancur disini. Aku sudah mempertaruhkan semuanya demi rencana ini, aku tidak mau hal ini hancur begitu saja. "Ini gak jadi pergi? kalau jadi, kenapa kau mengubah rutenya?" Tanya Riko dengan wajah bingungnya melihatku. Rian yang mendengar pertanyaan Riko pun mengomeliku panjang kali lebar karena aku tiba tiba mengubah rute perjalanan dan aku hanya bisa tersenyum kikuk mendengar omelan Rian yang terlalu panjang.

"Jadi jelaskan kembali rute perjalanan yang akan kita tempuh untuk pergi ke desa Torimura."Ucap Riko menengahi kami. Rian hanya bisa mendengus kesal, dan aku hanya bisa menangis dalam diam karena bagiku, omelan panjang kali lebarnya Rian adalah hukuman paling menyiksa ke dua setelah diamnya Riko. "Jalur yang aku pilih adalah jalan ke Kota Rustling." Jelasku dengan tenang, aku masih mengawasi sekitarku takut jika salah satu prajurit dari kerajaan Shobu mencariku."A! Kota yang terkenal akan Sungai Rustless itu, kudengar makanan disana enak enak." Potong Rian, Wajahnya yang awalnya kesal sekarang terlihat sangat bersemangat, Riko pun tersenyum mendengar ucapan Rian. "Setelah melewati kota Rustling kita akan sampai ke kota Hark jika memungkinkan. jika tidak, kita akan sampai ke kota Hoshi." Lanjutku sembari mengecek kembali peta yang kami bawa. "Kau yakin kita akan pergi ke kota Hark? Bukankah hal itu bisa membahayakanmu?" Tanya Riko khawatir. Aku tersenyum tipis dan mempercepat laju kudaku. "Tenang saja, aku bukan orang yang lemah dan kalian tau sendiri aku itu phobia dengan laut dan ketinggian jadi tidak mungkin untuk kita pergi ke Depth lewat jalur laut ataupun menggunakan pegasus." Aku berusaha menenangkan Riko yang khawatir. Tapi dalam hati aku berkata 'Untuk sekarang... tapi aku tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya. Dan jika aku yang dulu mungkin tidak akan bisa menang melawan mereka, tapi sekarang kemampuanku sudah lumayan berkembang.' Aku menoleh ke arah mereka sembari mengecek keadaan mereka dan ternyata mereka malah tertidur pulas ketika mendengarkan penjelasanku. "Malah tidur. Tapi ya sudah lah.... sedikit yang mereka tau itu lebih baik." Ketika aku mengatakan itu, tanpa kusadari kami telah berjalan setengah hari dan kami pun sampai di Kota Rustling.

"Kita akan mencari penginapan atau kita pergi makan siang dulu?" Riko terbangun beberapa menit yang lalu karena mendengar suara keramaian. "Kurasa kita pergi mencari penginapan dulu. Lagipula si Rian juga  belum bangun dari tidurnya." Aku hanya tersenyum dan kembali mepercepat jalan kereta kudaku. Kami bergegas mencari penginapan. Sesampainya kami di sebuah penginapan, kami memesan penginapan untuk beberapa hari kedepan dan aku sama sekali tidak menyangka bahwa pemilik penginapan ini adalah bibiku, Kawaguchi Kaede. Marganya bukan lagi Akutsu tapi Kawaguchi, itu semua karena ia telah menikah dengan Kawaguchi Kazuya, seorang pedagang yang hebat. Akhirnya kami sampai di kamar yang aku pesan, aku menata barang barangku dan ketika selesai menatap barang barangku, aku memakai jasku dan membuka pintu sebelum Riko bertanya padaku. "Mau kemana?" Aku sedikit kaget karena ia tiba tiba bertanya dengan nada yang mengintrogasi. "Aku mau mencari udara segar sekalian mau ke toko buat beli barang barang yang kubutuhkan. Kenapa? mau ikut denganku?" Aku menoleh ke arahnya. "Aku ikut!!" Ucap Riko bersemangat, saking bersemangatnya ia suaranya sampai membangunkan Rian yang tertidur pulas.

"Rian, kau ikut pergi apa tidak ?" Rian yang masih mengumpulkan nyawanya hanya menyetujuinya dan aku yakin dia tidak memikirkan pilihannya. Kami pun pergi ke pasar bersama, langkahku terhenti di sebuah toko baju yang bernama Kusaka no mise. "Permisi..."Ucapku dengan sopan sembari melangkahkan kakiku memasuki toko baju tersebut, kami pun disambut hangat oleh pemilik toko baju tersebut.

"Apakah ada 3 jubah yang kira kira pas dengan kami bertiga?" Tanyaku dengan sopan. Sementara Riko dan Rian melihat lihat barang yang ada di etalase. Jujur saja aku sedikit khawatir dengan sikap mereka... tapi disisi lain aku senang, mengingat kapan terakhir kali aku pergi dengan teman temanku ya? Kurasa itu sudah sangat lama... tanpa aku sadari senyum mulai terbentuk di wajahku tapi itu hanyalah sebuah senyum tipis... "Tentu saja ada, kalian tinggal memilih saja." Senyumannya benar benar terlihat palsu, aku merasakan ada sesuatu yang janggal di sini. Cincin yang ia pakai benar benar aneh, aura di sekitarnya juga  sangat aneh dan sepertinya aku pernah melihat cincin yang sama dengan yang orang ini gunakan. "Nak, Kemarilah!" Seru pemilik toko pada salah satu gadis yang sedang melayani pelangan yang lain. "Dia akan menunjukan tempatnya. Tolong antar mereka ke tempat jubah ya, Dita." Gadis berambut hitam pendek yang terlihat cukup rapi, mata coklat tua yang tajam, mau dilihat dari manapun dia dan pemilik toko benar benar mirip. Gadis itu membawa kami ke sebuah ruangan yang cukup besar dan isinya kebanyakan jubah. Setelah mengantar kami, ia pergi meninggalkan kami bertiga untuk mengurus pelanggan yang lain.

"kalian mau yang mana?" Tanyaku sembari melihat jubah-jubah di ruangan itu, hingga mataku tertuju pada jubah yang berwarna biru tua yang dipajang di dekat rak rak yang ada di dekatku. Tanpa sadar tubuhku mulai berjalan mendekati jubah itu, tanganku mulai bergerak menyentuh jubah itu tapi disisi lain aku juga merasakan ada sebuah tangan yang menyentuh tanganku. Aku mengedipkan mataku dan menoleh kearah kananku lalu terdiam selama beberapa detik. Mataku bertemu dengan mata merah terang gadis berambut hitam yang berantakan tapi juga terlihat sangat indah bagiku, aku terpesona dengan wajahnya. Ketika tersadar, aku langsung menarik tanganku dan memalingkan wajahku karena secara tidak sengaja menyentuh tangannya... aku merasa bahwa aku telah memperlakukannya tidak sopan sehingga aku hanya melirik harga jubah itu dan berjalan pergi meninggalkan gadis dan jubah biru tua itu. Harganya terlalu tinggi... 25 keping koin emas itu terlalu tinggi untuk harga jubah dan malah lebih baik membeli rumah yang harganya sama dari pada harus beli satu jubah saja.

"Taka! wajahmu sangat merah... apa kamu lagi sakit?" Aku yang dari tadi tenggelam dalam pikiranku terkejut mendengar ucapan Riko yang sangat tiba tiba. "A... gak ada apa apa, hanya..." Riko menjadi semakin penasaran setelah mendengar ucapanku. Dan lagi lagi mataku tak sengaja menangkap wajah gadis itu, aku merasa semakin malu karenanya... tapi ketika aku mengedipkan mataku lagi yang aku dapati hanyalah Riko yang sedang menatap wajahku.

"Wajahmu semakin memerah... tapi tunggu..." Tangannya mengengam bahuku dengan erat, di matanya terlihat sebuah ketidak percayaannya terhadap apa yang barusan ia pikirkan tentangku. "Jangan bilang kalau kamu sedang jatuh cinta?" Aku hanya bisa terdiam sembari memikirkan jawaban yang akan aku berikan padanya dan aku tau... kalau tidak ada yang bisa mengalihkan pembicaraan ini selain Rian, Riko itu tipe orang yang akan mengulik sesuatu sampai sangat dalam hingga ia mendapatkan jawaban yang membuatnya percaya dan ia akan terus bertanya tentang hal ini, untung saja Rian berhasil mengalihkan pembicaraan dengan berkata "Udah, Udah. Kalian udah ketemu jubah yang kalian suka?" Akhirnya aku bisa bernafas lega... Sementara Riko menunjuk jubah berwarna coklat tua yang ada di rak dekatnya. Sejujurnya... aku sendiri tidak terlalu yakin dengan jawabanku untuk pertanyaan Riko, karena aku juga tidak paham tentang diriku sendiri baik dulu maupun sekarang... Setelah cukup lama berbelanja, kami memutuskan untuk pergi mencari makan, dan kembali ke penginapan.  

"Kue kue disana enak enak ya... tau gitu aku beli banyak..." Seru Rian senang karena dari dulu dia adalah pecinta kue - kue manis jadi dia sangat bersemangat kalau aku ajak ke toko yang menjual kue manis. Sementara Riko, dia benar benar pecinta teh... saking sukanya Riko dengan teh, setiap kali pulang latihan dia pasti minta dibuatkan teh. Dan sekarang mereka sibuk mengobrol tentang toko kue yang tadi kami kunjungi dan karena aku terlalu menikmati saat ini membuatku mengabaikan suara lonceng yang padahal suara itu terdengar dengan jelas di dekat kami... hingga aku tersadar ketika mendengar Riko berkata "Kalian merasa seperti sedang diawasi tidak?" Aku mulai merasakan apa yang Riko katakan dan aku mulai berpikir mengenai alasan kenapa kota ini terlalu sepi ? padahal matahari baru saja tenggelam... ini sangat aneh... aku pikir kota ini akan tambah ramai di jam segini mengingat keindahan kotanya pada malam hari, dan seharusnya sekarang masyarakat sedang sibuk mengurus keperluan Festival musim panas yang biasanya digelar besar besaran di pusat kota minggu depan. Jalanan yang awalnya sangat ramai perlahan demi perlahan menjadi sepi beberapa menit ketika suara lonceng itu terdengar dan aku dapat merasakan aura aneh di sekitarku... mulai banyak toko yang menutup tokonya setelahnya. Mataku tanpa sengaja melihat sebuah bayangan yang sedang berkeliaran di sekitarku. Dalam hati aku berkata "Suara lonceng, bayangan yang berkeliaran, aura aneh, dan kota seketika menjadi sepi setelah terdengar suara lonceng itu... jika dilihat dari polanya, aku rasa... aku tau apa yang terjadi di kota ini." Aku mulai menghentikan langkahku.

"タイム... アウト... " Gumamku sebelum aku benar benar berjalan tanpa suara untuk mengejar bayangan itu. Dalam hati aku berdoa "Semoga mereka tidak marah, aku tinggal sebentar untuk mengejar bayangan ini." Aku membuat semua orang bergerak cukup lambat dan efek samping dari mantra yang aku pakai adalah tubuhku memberat dan tidak bisa bergerak dengan sangat cepat jadi aku tidak bisa dengan leluasa bergerak... selain itu mantra ini hanya bisa bertahan kira kira 35 detik dan akan kembali setelah 35 detik itu. Ia mengiringku menuju sebuah gang kecil yang gelap... 'Ketemu kau.' ia terus berlari  dan menghilang tepat di ujung gang itu. Aku terhenti di sebuah bangunan kuno, bentuk bangunan itu terlihat seperti menara yang menjulang sangat tinggi ke atas, satu satunya jalan menuju ke atas menara itu hanya menaiki tangga yang mengelilinginya. "Apa yang dilakukan bocah laki laki sepertimu di tempat ini." Terdengar suara dari arah kiriku yang diiringi dengan suara lonceng, aku yang sadar akan sesuatu dengan segera menghindari serangannya.

"Wah-wah... kau lumayan hebat ya." Meski gelap, aku bisa melihat wajahnya walau samar samar. Wajahnya tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Wajah tak berperasaannya, senyum mengerikannya, mata merahnya, rambut putihnya yang terlihat rapi, wajahnya yang sangat kukenal dengan jelas. "Apa yang kau mau dari kota ini? Atau kamu masih belum puas setelah menghancurkan kerajaan Akizuki?" Ucapku penuh amarah, rasanya segala rasa dendamku yang awalnya aku tujukan pada raja kerajaan Shobu mulai mengarah padanya... tanganku mengepal dan mataku yang awalnya berwarna ungu berubah menjadi merah darah. Orang yang sekarang berada di depanku adalah orang yang telah menghancurkan kerajaan Akizuki dimasa lalu dan membunuh ayahku bersama Katsumi. Namanya Gian Darkwood, pembunuh bayaran yang sudah diburu oleh banyak negara di dunia. Dia seorang psikopat yang mengerikan, itu yang aku dengar dari Rai. Orang yang memiliki marga Darkwood benar benar sangat berbahaya...