Di dalam kedai Fallen Orions, terdapat Army dan Shiro yang sedang menunggu kedatangan seseorang. Fori, sang asisten guild mengantarkan minuman ke meja mereka, dan mereka berdua segera menyicipi minuman tersebut.
Setelah menyicipi minumannya, Shiro membuka pembicaraan mereka. "Haha, kau tidak memberi ampun pada adikmu saat latihan tadi," ucap Shiro sambil tertawa.
Army menjawab, "Justru dia tidak akan suka kalau aku menahan diri."
"Tapi tetap saja, sepertinya agak tidak adil jika menggunakan seluruh kemampuan kegelapanmu."
Army meminum minumannya, dan kembali menjawab, "Aku berharap ia juga bisa menguasainya nanti, jadi memperlihatkan potensi maksimal kekuatan kegelapan padanya adalah hal yang baik."
Shiro menopang kepalanya dengan tangan kirinya. "Kurasa kau benar. Ia juga malah lebih bersemangat melihat kekuatan kegelapan yang kau gunakan."
Tiba-tiba, pintu kedai terbuka, dan seseorang masuk kedalam. Seorang gadis dengan pakaian serba hitam dengan rambut putih panjang dan menggunakan topi militer berjalan mendekati Army dan Shiro.
"Senior! Mohon bantuannya untuk pekerjaan kali ini!" Gadis tersebut memberi hormat kepada Army dan Shiro.
Shiro tertawa melihat hal yang dilakukan gadis tersebut. "Hahaha, Kau tidak perlu terlalu formal kepada kami Saki."
"Turunkan tanganmu Saki. Kau boleh duduk disini," ucap Army sambil menepuk kursi di sebelahnya.
Saki menurunkan tanganya. "Baik, terimakasih senior!"Ia segera duduk di kursi sebelah Army.
"Baiklah, sepertinya semua sudah siap," ucap Shiro.
"Sekarang hanya tinggal menunggu Rikka," balas Army.
Saat mereka sedang berbincang, Rikka datang menghampiri, dan mengabarkan kalau alat teleportasi sudah siap. Army, Shiro, dan Saki memeriksa kembali seluruh barang bawaan mereka sebelum pergi. Mereka berempat kemudian berteleportasi menuju tempat tujuan dengan alat yang diberikan oleh Rikka.
Memakai alat teleportasi, mereka berpindah tempat ke sebuah kota yang berada di dekat sebuah hutan magis misterius. Pemimpin kota tersebut segera menyambut mereka di rumahnya. Mereka duduk di meja makan yang berukuran besar dan membicarakan soal perburuan monster yang akan mereka lakukan.
"Apakah kalian yakin akan sanggup melawan monster ini?" tanya si pemimpin kota.
Shiro menjawab, "Tentu saja."
"Tergantung dengan monsternya, tapi aku yakin kalau kami berempat bisa melawannya," tambah Army.
"Apakah ada informasi lain mengenai monster itu?" tanya Rikka.
Sang pemimpin kota berdiri dari tempat duduknya. "Ya! Kami punya. Tunggu sebentar."
Ia pergi keluar dan memanggil salah satu pelayan rumahnya.
"Ini Grey, ia mengaku kalau ia melihat monster tersebut saat mencari tanaman di hutan." Sang pemimpin memperkenalkan salah satu pelayannya kepada mereka.
Grey kemudian menceritakan bagaimana rupa monster yang ia lihat di hutan. Akan tetapi, karena langsung lari setelah bertemu, ia tidak bisa memberikan gambaran yang lebih jelas tentang monster itu selain ia memiliki 4 kaki dan berukuran sangt besar.
"Informasinya tidak terlalu kuat, apakah ada informasi lainnya?" tanya Saki.
"Maaf, hanya itu yang kulihat," ucap Grey.
"Bagaimana kalau kita ke kedai saja? Mungkin disana ada banyak petualang yang melihatnya," ucap Rikka.
Army menatap sang pemimpin kota dan bertanya, "Bagaimana tuan? Apakah kami diperbolehkan untuk mencari informasi disana terlebih dahulu?"
Ia menyetujui permintaan Army untuk mencaritahu informasi lebih banyak di kedai kota. Ia kemudian meminta Grey untuk mengantarkan mereka menuju kedai.
Disana, mereka mengumpulkan informasi dari seluruh orang yang bertemu atau tidak sengaja melawan monster tersebut. Para pengunjung bar dengan cepat berkumpul di sekeliling mereka setelah mengetahui bahwa mereka akan memburu monster yang sudah membuat penduduk cemas. Karena seluruh orang sangat kooperatif dalam memberikan informasi, maka proses ini berjalan dengan cukup cepat dan memberikan informasi yang sangat banyak.
Merasa informasi yang di dapat sudah cukup, mereka melakukan pengaturan terhadap seluruh perlengkapan mereka agar sesuai dengan tipe monster, berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan. Setelah semuanya siap, mereka berjalan menuju lokasi monster tersebut, yang diyakini berada cukup jauh di dalam hutan. Orang-orang yang berada di kedai mengucapkan kalimat penyemangat kepada mereka sebelum berangkat menuju hutan.
"Kalian harus kembali dengan selamat!" ucap seseorang di kedai.
Seorang pengunjung yang terlihat kaya juga berkata, "Jika kalian selamat, maka kalian harus datang kembali kesini, karena aku akan mentraktir semuanya setelah monster itu mati."
Mereka keluar dari kota dan berjalan ke hutan, menuju arah dimana monster tersebut terakhir dilihat. Hutan magis memang selalu diselimuti dengan aura yang misterius, tapi saat berjalan di dalam hutan, mereka merasakan hal aneh lain yang menyelimutinya. Mereka tidak bertemu satu ekor hewan apapun yang menjadi kejanggalan pertama.
Suasana yang terlalu sunyi membuat perjalanan mereka semakin mencekam. Tidak bertemu monster liar di jalan memang hal yang bagus, karena waktu tidak akan jadi terbuang percuma untuk menghadapinya. Akan tetapi, hal itu juga menandakan kalau sesuatu yang berada di dalam sana jauh lebih kuat daripada gerombolan monster liar penduduk hutan ini.
"Sunyi sekali," ucap Shiro yang berusaha menghidupkan suasana.
Rikka menjawab, "Kemungkinan besar arah kita sudah benar, karena hewan-hewan biasanya akan menghindar dari monster berbahaya."
Army kemudian bertanya kepada Saki, "Bagaimana menurutmu Saki? Apakah kau punya perkiraan lain?"
Saki berpikir sebentar, dan menjawab, "Tidak ada, perkiraannku sama seperti senior Rikka."
"Kalau begitu, kita semua harus bersiap-siap!" ucap Army sambil meraih tombak dari punggungnya.
Shiro yang melihat Army bersiaga segera mengambil tombaknya, memasuki mode bertarungnya. Saki juga segera mengikuti dengan memegang pedangnya, dan Rikka telah terlihat mempersiapkan perisai serta senapan miliknya untuk berjaga-jaga dari kemungkinan serangan dadakan.
Setelah berjalan lebih jauh, mereka melihat monster yang di maksud sedang tertidur. Mereka bersembunyi di balik pepohonan sambil memperhatikan monster tersebut. Wujudnya seperti kura-kura raksasa, tapi tempurungnya memiliki duri yang membuatnya sedikit mirip landak. Terdapat banyak kristal hitam di sekeliling tubuh monster tersebut, menandakan kalau monster itu menjadi agresif karena pikirannya sudah dirusak oleh kristal hitam yang menempel.
Sambil mengendap-endap, mereka bergerak mendekati monster tersebut, berusaha tidak membangunkannya.
"Menyebar ke posisi masing-masing," ucap Army
Ia memerintahkan yang lainnya untuk pindah menuju 4 penjuru yang berbeda sebelum menyerang, untuk memberikan serangan kejutan yang akan menguntungkan mereka.
Setelah semua sudah di posisi, Army memberi kode kepada Rikka untuk menginisiasi serangan. Dengan cepat, Rikka berlari menuju monster tersebut dan menghantamnya dengan perisai. Mendapatkan hantaman yang sangat keras, monster itu pingsan selama beberapa saat. Hal ini dimanfaatkan oleh Army, Shiro, dan Saki untuk meletakan decoy mereka dan menyiapkan segala persiapan sebelum menyerang. Army mengaktifkan Brave Aura, Shiro mengaktifkan Infinite Nightmare, dan Saki meneriakan War Cry sekaligus memasuki mode Rampagenya.
Setelah tersadar, monster itu langsung bersiap mengeluarkan serangan area miliknya. Tetapi, Rikka dengan cepat menghantamnya kembali dan membuatnya terjatuh, menggagalkan serangan aoe yang akan dilepaskan. Selagi Rikka menahan dan menggagalkan serangan monster itu, yang lainnya melancarkan serangan terus menerus sambil berusaha menghindar dari serangan yang tidak bisa digagalkan oleh Rikka.
"Army!" Shiro berteriak kepada Army saat serangan area monster itu tidak berhasil digagalkan.
"Tenang saja." Army melompat dengan Dive Impact, membuatnya kebal dari serangan monster itu.
"Hebat sekali senior!" ucap Saki.
Army tertawa, "Haha, kau juga hebat menggunakan Meteor Saki!"
Saki melompat menggunakan Meteor Breaker miliknya, dan menghindari serangan area kedua dari monster tersebut.
Mereka yang menyerang merasakan sesuatu yang unik dari monster ini. Luka dari serangan yang mereka berikan menurun drastis, bahkan setelah diberi armor break, atau serangan yang mengabaikan defense. Meski begitu, mereka tetap terus menyerangnya. Bahkan soul Hunter yang dilakukan oleh ketiganya tidak cukup efektif meski stacknya sudah mencapai maksimal. Mereka juga beberapa kali meletakan kembali decoy yang telah habis durasinya, karena monster tersebut tak kunjung mati.
Monster itu sangat kuat, ia dapat tetap berdiri kokoh setelah mendapatkan serangan bertubi-tubi. Tetapi, setelah cukup lama diserang terus-menerus, ia mulai terlihat kelelahan. Mengetahui bahwa monster itu sudah sekarat, Army dan Saki segera melakukan serangan beruntun menggunakan Dragon Tooth dan Lunar Slash hingga mana mereka habis.
Sambil melakukan Perfect Defense, Rikka berkata, "Cepat! sedikit lagi!"
"Maaf senior, mana ku telah habis," ucap Saki yang baru mendarat setelah menggunakan Lunar Slash terakhirnya.
"Shiro, habisi!" Army berteriak kepada Shiro.
"Serahkan padaku!"
Shiro mengambil kuda-kuda seperti orang yang akan berlari, dan menurunkan tubuh bagian depannya. Terlihat aura di sekeliling tubuhnya yang membentuk kepala naga. Setelah menunggu kekuatan penuhnya terkumpul, Shiro langsung menerjang monster itu secepat kilat dan memberikan serangan penutup.
Monster itu akhirnya tumbang setelah Dragonic Charge Shiro mengenainya. Monster itu terjatuh, dan seluruh kristal hitam yang ada di badannya mulai ikut berjatuhan. Tidak hanya kristal hitam, beberapa bagian tubuh monster tersebut juga ikut hancur karena sudah mengandung banyak kristal hitam di dalamnya.
"Kerja bagus semuanya!" Army melakukan tos kepada Shiro, Saki, dan Rikka.
Melihat pemandangan yang cukup mengerikan, Saki bertanya. "Senior, Apakah ini adalah hal yang biasa?"
"Ya, monster yang dimasuki oleh kristal hitam akan mati dengan kondisi yang mengerikan seperti ini," jawab Army.
Rikka kemudian menyahut, "Maaf kau harus melihat pemandangan tidak enak seperti ini di hari pertamamu Saki."
"Yah, lebih cepat terbiasa lebih baik," ucap Shiro.
"Apa yang akan kita lakukan dengan tubuhnya?" tanya Saki kembali.
Rikka menjawab, "Biarkan saja, tubuh mereka akan menguap sempurna setelah beberapa jam karena kristal itu."
Sambil meregangkan badannya, Shiro berkata, "Hahhh ... Baiklah semua, saatnya kita kembali dan beristirahat."
"Haha, kau benar. Monster ini jauh lebih tangguh daripada perkiraanku," jawab Army.
Saat Army, Shiro, dan Rikka berjalan kembali menuju kota, Saki masih penasaran dengan tubuh dari monster tersebut yang semakin hancur.
Menyadari kalau Saki mendekati tubuh monster itu, Army menghampirinya.
"Ada apa Saki?" tanya Army.
Saki menunjuk ke sesuatu yang berada di dalam perut tubuh monster itu. "Senior, itu ... "
Army kemudian memanggil Shiro dan Rikka untuk bersama-sama melihat sesuatu yang berada di dalam perut monster itu.
"Shiro, Rikka, menurut kalian, itu apa?" Army bertanya sambil memperhatikan benda bercahaya itu.
"Kristal hitam? Tidak tidak, mereka tidak ada yang berbentuk bulat sempurna ataupun bercahaya seterang ini," ucap Shiro.
"Ya, sepertinya ini adalah bentuk baru kristal itu," tambah Rikka.
Selagi mereka bertiga mendiskusikan tentang benda itu, Saki memperhatikan cahaya yang keluar dari benda tersebut.
"Senior!" Saki berteriak.
"Ada a ... " Sebelum selesai berbicara, Army menengok dan melihat kalau cahaya dari benda tersebut bersinar semakin terang.
"Semuanya! mundur!" Rikka segera berlari mundur dan mempersiapkan perisainya kembali.
Army, Shiro, dan Saki segera berlari menuju belakang Rikka untuk berlindung jika terjadi sebuah ledakan. Rikka kemudian mengaktifkan Segala jenis sihir pertahanan yang ia punya, dan menduplikasi perisainya untuk melakukan guard pada apapun yang akan datang.
Diluar dugaan mereka, bola kristal tersebut ternyata tidak menyerang secara langsung, tapi memunculkan sesuatu yang lebih buruk. Bola itu hancur, dan serpihannya membentuk sebuah portal besar. Setelahnya, terlihat tangan dari monster lain yang keluar dari portal tersebut, diikuti dengan monster-monster lain yang berterbangan ikut keluar dari portal tersebut.
"Sepertinya kita akan Overtime disini," ucap Army."
Shiro kemudian menjawab, "Dan kita harus meminta gaji lebih."
"Kau tidak bisa meminta lebih jika kau mati," balas Rikka.
Army memegang kembali tombaknya. "Bersiaplah Saki, karena ini akan menjadi debut anggota baru yang paling sulit."
Saki mengangguk dan mengambil kembali pedangnya, bersiap untuk mengaktifkan mode rampagenya kapan saja.Fallen Orion Tale Reboot
Chapter 1 - Inspeksi
Di dalam kedai Fallen Orions, terdapat Army dan Shiro yang sedang menunggu kedatangan seseorang. Fori, sang asisten guild mengantarkan minuman ke meja mereka, dan mereka berdua segera menyicipi minuman tersebut.
Setelah menyicipi minuman, Shiro membuka pembicaraan mereka. "Haha, kau tidak memberi ampun pada adikmu saat latihan tadi," ucap Shiro sambil tertawa.
Army menjawab, "Justru dia tidak akan suka kalau aku menahan diri."
"Tapi tetap saja, sepertinya agak tidak adil jika menggunakan seluruh kemampuan kegelapanmu."
Army meminum minumannya, dan kembali menjawab, "Aku berharap ia juga bisa menguasainya nanti, jadi memperlihatkan potensi maksimal kekuatan kegelapan padanya adalah hal yang baik."
Shiro menopang kepalanya dengan tangan kirinya. "Kurasa kau benar. Ia juga malah lebih bersemangat melihat kekuatan kegelapan yang kau gunakan."
Tiba-tiba, pintu kedai terbuka, dan seseorang masuk kedalam. Seorang gadis dengan pakaian serba hitam dengan rambut putih panjang dan menggunakan topi militer berjalan mendekati Army dan Shiro.
"Senior! Mohon bantuannya untuk pekerjaan kali ini!" Gadis tersebut memberi hormat kepada Army dan Shiro.
Shiro tertawa melihat hal yang dilakukan gadis tersebut. "Hahaha, Kau tidak perlu terlalu formal kepada kami Saki."
"Turunkan tanganmu Saki. Kau boleh duduk disini," ucap Army sambil menepuk kursi di sebelahnya.
Saki menurunkan tanganya. "Baik, terimakasih senior!"Ia segera duduk di kursi sebelah Army.
"Baiklah, sepertinya semua sudah siap," ucap Shiro.
"Sekarang hanya tinggal menunggu Rikka," balas Army.
Saat mereka sedang berbincang, Rikka datang menghampiri, dan mengabarkan kalau alat teleportasi sudah siap. Army, Shiro, dan Saki memeriksa kembali seluruh barang bawaan mereka sebelum pergi. Mereka berempat kemudian berteleportasi menuju tempat tujuan dengan alat yang diberikan oleh Rikka.
Memakai alat teleportasi, mereka berpindah tempat ke sebuah kota yang berada di dekat sebuah hutan magis misterius. Pemimpin kota tersebut segera menyambut mereka di rumahnya. Mereka duduk di meja makan yang berukuran besar dan membicarakan soal perburuan monster yang akan mereka lakukan.
"Apakah kalian yakin akan sanggup melawan monster ini?" tanya si pemimpin kota.
Shiro menjawab, "Tentu saja."
"Tergantung dengan monsternya, tapi aku yakin kalau kami berempat bisa melawannya," tambah Army.
"Apakah ada informasi lain mengenai monster itu?" tanya Rikka.
Sang pemimpin kota berdiri dari tempat duduknya. "Ya! Kami punya. Tunggu sebentar."
Ia pergi keluar dan memanggil salah satu pelayan rumahnya.
"Ini Grey, ia mengaku kalau ia melihat monster tersebut saat mencari tanaman di hutan." Sang pemimpin memperkenalkan salah satu pelayannya kepada mereka.
Grey kemudian menceritakan bagaimana rupa monster yang ia lihat di hutan. Akan tetapi, karena langsung lari setelah bertemu, ia tidak bisa memberikan gambaran yang lebih jelas tentang monster itu selain ia memiliki 4 kaki dan berukuran sangt besar.
"Informasinya tidak terlalu kuat, apakah ada informasi lainnya?" tanya Saki.
"Maaf, hanya itu yang kulihat," ucap Grey.
"Bagaimana kalau kita ke kedai saja? Mungkin disana ada banyak petualang yang melihatnya," ucap Rikka.
Army menatap sang pemimpin kota dan bertanya, "Bagaimana tuan? Apakah kami diperbolehkan untuk mencari informasi disana terlebih dahulu?"
Ia menyetujui permintaan Army untuk mencaritahu informasi lebih banyak di kedai kota. Ia kemudian meminta Grey untuk mengantarkan mereka menuju kedai.
Disana, mereka mengumpulkan informasi dari seluruh orang yang bertemu atau tidak sengaja melawan monster tersebut. Para pengunjung bar dengan cepat berkumpul di sekeliling mereka setelah mengetahui bahwa mereka akan memburu monster yang sudah membuat penduduk cemas. Karena seluruh orang sangat kooperatif dalam memberikan informasi, maka proses ini berjalan dengan cukup cepat dan memberikan informasi yang sangat banyak.
Merasa informasi yang di dapat sudah cukup, mereka melakukan pengaturan terhadap seluruh perlengkapan mereka agar sesuai dengan tipe monster, berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan. Setelah semuanya siap, mereka berjalan menuju lokasi monster tersebut, yang diyakini berada cukup jauh di dalam hutan. Orang-orang yang berada di kedai mengucapkan kalimat penyemangat kepada mereka sebelum berangkat menuju hutan.
"Kalian harus kembali dengan selamat!" ucap seseorang di kedai.
Seorang pengunjung yang terlihat kaya juga berkata, "Jika kalian selamat, maka kalian harus datang kembali kesini, karena aku akan mentraktir semuanya setelah monster itu mati."
Mereka keluar dari kota dan berjalan ke hutan, menuju arah dimana monster tersebut terakhir dilihat. Hutan magis memang selalu diselimuti dengan aura yang misterius, tapi saat berjalan di dalam hutan, mereka merasakan hal aneh lain yang menyelimutinya. Mereka tidak bertemu satu ekor hewan apapun yang menjadi kejanggalan pertama.
Suasana yang terlalu sunyi membuat perjalanan mereka semakin mencekam. Tidak bertemu monster liar di jalan memang hal yang bagus, karena waktu tidak akan jadi terbuang percuma untuk menghadapinya. Akan tetapi, hal itu juga menandakan kalau sesuatu yang berada di dalam sana jauh lebih kuat daripada gerombolan monster liar penduduk hutan ini.
"Sunyi sekali," ucap Shiro yang berusaha menghidupkan suasana.
Rikka menjawab, "Kemungkinan besar arah kita sudah benar, karena hewan-hewan biasanya akan menghindar dari monster berbahaya."
Army kemudian bertanya kepada Saki, "Bagaimana menurutmu Saki? Apakah kau punya perkiraan lain?"
Saki berpikir sebentar, dan menjawab, "Tidak ada, perkiraannku sama seperti senior Rikka."
"Kalau begitu, kita semua harus bersiap-siap!" ucap Army sambil meraih tombak dari punggungnya.
Shiro yang melihat Army bersiaga segera mengambil tombaknya, memasuki mode bertarungnya. Saki juga segera mengikuti dengan memegang pedangnya, dan Rikka telah terlihat mempersiapkan perisai serta senapan miliknya untuk berjaga-jaga dari kemungkinan serangan dadakan.
Setelah berjalan lebih jauh, mereka melihat monster yang di maksud sedang tertidur. Mereka bersembunyi di balik pepohonan sambil memperhatikan monster tersebut. Wujudnya seperti kura-kura raksasa, tapi tempurungnya memiliki duri yang membuatnya sedikit mirip landak. Terdapat banyak kristal hitam di sekeliling tubuh monster tersebut, menandakan kalau monster itu menjadi agresif karena pikirannya sudah dirusak oleh kristal hitam yang menempel.
Sambil mengendap-endap, mereka bergerak mendekati monster tersebut, berusaha tidak membangunkannya.
"Menyebar ke posisi masing-masing," ucap Army
Ia memerintahkan yang lainnya untuk pindah menuju 4 penjuru yang berbeda sebelum menyerang, untuk memberikan serangan kejutan yang akan menguntungkan mereka.
Setelah semua sudah di posisi, Army memberi kode kepada Rikka untuk menginisiasi serangan. Dengan cepat, Rikka berlari menuju monster tersebut dan menghantamnya dengan perisai. Mendapatkan hantaman yang sangat keras, monster itu pingsan selama beberapa saat. Hal ini dimanfaatkan oleh Army, Shiro, dan Saki untuk meletakan decoy mereka dan menyiapkan segala persiapan sebelum menyerang. Army mengaktifkan Brave Aura, Shiro mengaktifkan Infinite Nightmare, dan Saki meneriakan War Cry sekaligus memasuki mode Rampagenya.
Setelah tersadar, monster itu langsung bersiap mengeluarkan serangan area miliknya. Tetapi, Rikka dengan cepat menghantamnya kembali dan membuatnya terjatuh, menggagalkan serangan aoe yang akan dilepaskan. Selagi Rikka menahan dan menggagalkan serangan monster itu, yang lainnya melancarkan serangan terus menerus sambil berusaha menghindar dari serangan yang tidak bisa digagalkan oleh Rikka.
"Army!" Shiro berteriak kepada Army saat serangan area monster itu tidak berhasil digagalkan.
"Tenang saja." Army melompat dengan Dive Impact, membuatnya kebal dari serangan monster itu.
"Hebat sekali senior!" ucap Saki.
Army tertawa, "Haha, kau juga hebat menggunakan Meteor Saki!"
Saki melompat menggunakan Meteor Breaker miliknya, dan menghindari serangan area kedua dari monster tersebut.
Mereka yang menyerang merasakan sesuatu yang unik dari monster ini. Luka dari serangan yang mereka berikan menurun drastis, bahkan setelah diberi armor break, atau serangan yang mengabaikan defense. Meski begitu, mereka tetap terus menyerangnya. Bahkan soul Hunter yang dilakukan oleh ketiganya tidak cukup efektif meski stacknya sudah mencapai maksimal. Mereka juga beberapa kali meletakan kembali decoy yang telah habis durasinya, karena monster tersebut tak kunjung mati.
Monster itu sangat kuat, ia dapat tetap berdiri kokoh setelah mendapatkan serangan bertubi-tubi. Tetapi, setelah cukup lama diserang terus-menerus, ia mulai terlihat kelelahan. Mengetahui bahwa monster itu sudah sekarat, Army dan Saki segera melakukan serangan beruntun menggunakan Dragon Tooth dan Lunar Slash hingga mana mereka habis.
Sambil melakukan Perfect Defense, Rikka berkata, "Cepat! sedikit lagi!"
"Maaf senior, mana ku telah habis," ucap Saki yang baru mendarat setelah menggunakan Lunar Slash terakhirnya.
"Shiro, habisi!" Army berteriak kepada Shiro.
"Serahkan padaku!"
Shiro mengambil kuda-kuda seperti orang yang akan berlari, dan menurunkan tubuh bagian depannya. Terlihat aura di sekeliling tubuhnya yang membentuk kepala naga. Setelah menunggu kekuatan penuhnya terkumpul, Shiro langsung menerjang monster itu secepat kilat dan memberikan serangan penutup.
Monster itu akhirnya tumbang setelah Dragonic Charge Shiro mengenainya. Monster itu terjatuh, dan seluruh kristal hitam yang ada di badannya mulai ikut berjatuhan. Tidak hanya kristal hitam, beberapa bagian tubuh monster tersebut juga ikut hancur karena sudah mengandung banyak kristal hitam di dalamnya.
"Kerja bagus semuanya!" Army melakukan tos kepada Shiro, Saki, dan Rikka.
Melihat pemandangan yang cukup mengerikan, Saki bertanya. "Senior, Apakah ini adalah hal yang biasa?"
"Ya, monster yang dimasuki oleh kristal hitam akan mati dengan kondisi yang mengerikan seperti ini," jawab Army.
Rikka kemudian menyahut, "Maaf kau harus melihat pemandangan tidak enak seperti ini di hari pertamamu Saki."
"Yah, lebih cepat terbiasa lebih baik," ucap Shiro.
"Apa yang akan kita lakukan dengan tubuhnya?" tanya Saki kembali.
Rikka menjawab, "Biarkan saja, tubuh mereka akan menguap sempurna setelah beberapa jam karena kristal itu."
Sambil meregangkan badannya, Shiro berkata, "Hahhh ... Baiklah semua, saatnya kita kembali dan beristirahat."
"Haha, kau benar. Monster ini jauh lebih tangguh daripada perkiraanku," jawab Army.
Saat Army, Shiro, dan Rikka berjalan kembali menuju kota, Saki masih penasaran dengan tubuh dari monster tersebut yang semakin hancur.
Menyadari kalau Saki mendekati tubuh monster itu, Army menghampirinya.
"Ada apa Saki?" tanya Army.
Saki menunjuk ke sesuatu yang berada di dalam perut tubuh monster itu. "Senior, itu ... "
Army kemudian memanggil Shiro dan Rikka untuk bersama-sama melihat sesuatu yang berada di dalam perut monster itu.
"Shiro, Rikka, menurut kalian, itu apa?" Army bertanya sambil memperhatikan benda bercahaya itu.
"Kristal hitam? Tidak tidak, mereka tidak ada yang berbentuk bulat sempurna ataupun bercahaya seterang ini," ucap Shiro.
"Ya, sepertinya ini adalah bentuk baru kristal itu," tambah Rikka.
Selagi mereka bertiga mendiskusikan tentang benda itu, Saki memperhatikan cahaya yang keluar dari benda tersebut.
"Senior!" Saki berteriak.
"Ada a ... " Sebelum selesai berbicara, Army menengok dan melihat kalau cahaya dari benda tersebut bersinar semakin terang.
"Semuanya! mundur!" Rikka segera berlari mundur dan mempersiapkan perisainya kembali.
Army, Shiro, dan Saki segera berlari menuju belakang Rikka untuk berlindung jika terjadi sebuah ledakan. Rikka kemudian mengaktifkan Segala jenis sihir pertahanan yang ia punya, dan menduplikasi perisainya untuk melakukan guard pada apapun yang akan datang.
Diluar dugaan mereka, bola kristal tersebut ternyata tidak menyerang secara langsung, tapi memunculkan sesuatu yang lebih buruk. Bola itu hancur, dan serpihannya membentuk sebuah portal besar. Setelahnya, terlihat tangan dari monster lain yang keluar dari portal tersebut, diikuti dengan monster-monster lain yang berterbangan ikut keluar dari portal tersebut.
"Sepertinya kita akan Overtime disini," ucap Army."
Shiro kemudian menjawab, "Dan kita harus meminta gaji lebih."
"Kau tidak bisa meminta lebih jika kau mati," balas Rikka.
Army memegang kembali tombaknya. "Bersiaplah Saki, karena ini akan menjadi debut anggota baru yang paling sulit."
Saki mengangguk dan mengambil kembali pedangnya, bersiap untuk mengaktifkan mode rampagenya kapan saja.