Chereads / Fallen Orions Tales / Chapter 4 - Slow Kill Party (Ch3) Kedatangan Kakak!

Chapter 4 - Slow Kill Party (Ch3) Kedatangan Kakak!

Siang hari, waktu istirahat telah tiba, dan itu adalah waktu bagi anggota Slow Kill Party berkumpul di kantin akademi. Seperti biasa, mereka makan siang bersama sambil membicarakan berbagai hal mengenai partynya. Saat sedang makan, tiba-tiba ada seekor burung hantu yang terbang dari koridor dan menghampiri mereka.

Burung itu mendarat di meja. "Panggilan untuk Cherry. Ada seseorang yang mengaku sebagai kakaknya menunggu di lobi utama."

Burung hantu itu adalah sebuah peliharaan magis yang dimiliki oleh guru pengawas. Mereka bisa berupa berbagai jenis hewan, dan mereka selalu digunakan untuk mencari dan memanggil murid seperti ini. Murid-murid yang ahli dalam hewan sihir juga bisa menjadi perantara komunikasi jika diperlukan.

"Maaf semuanya, tapi aku harus segera kesana," ucap Cherry sambil menghabiskan makan siangnya dengan cepat.

Akane yang sudah selesai lebih dulu memasukan kotak bekalnya ke dalam tas. "Aku ikut. Kau juga harus menaruh bekal di dalam kelas dulu kan?" tanya Akane.

"Baiklah. Kurosaki, Reina, kalian bisa pergi duluan nanti, tidak perlu menungguku."

Reina mengangguk. "Baiklah, sampai nanti."

"Oke, jangan khawatir," ucap Kurosaki.

Cherry dan Akane pergi lebih dulu dari kantin, meninggalkan Kurosaki dan Reina yang masih makan siang.

Setelah meletakkan bekal kosongnya di kelas, mereka berjalan menuju lobi utama akademi.

Sambil berjalan, Cherry berkata kepada Akane, "Kau tidak perlu ikut kok Akane. Kau bisa duluan bersama Kurosaki dan Reina ke tempat latihan."

"Tidak apa-apa. Aku malas untuk berjalan sendiri kesana. Boleh kan aku menemani?"

"Boleh saja sih, tapi sepertinya ini akan lama."

Akane kemudian bertanya, "Memangnya ada apa kakakmu memanggil?"

Cherry berpikir sebentar sebelum menjawab. "Hmm, aku juga tidak tahu."

Saat Cherry melihat ke arah lobi, ia melihat kakaknya sedang melambai dan sedang berjalan menuju mereka.

"Kakak!" ucap Cherry sambil balas melambai.

Akan tetapi, saat itu Army tidak sendiri. Ia terlihat sedang bersama dengan seseorang yang tidak Cherry kenal. Orang itu berpakaian seperti seragam yang serba putih dengan dasi di lehernya. Ia juga membawa tombak yang berwarna putih, menandakan kalau ia adalah seorang pengguna tombak juga.

"Cher ... " Sebelum Army berkata-kata, Akane menyelanya.

"Shiro? Sedang apa kau disini?" tanya Akane yang terkejut. Ia memperhatikan orang bernama Shiro tersebut dari atas hingga bawah, seakan tidak percaya dengan keberadaannya disana.

"Halo Akane. Dunia memang sempit ya." Shiro tertawa setelah menyadari Akane ada disana.

Army dan Cherry kebingungan dengan tingkah laku mereka.

"Siapa dia kak?" tanya Cherry.

Sambil memegang pundak Shiro, Army menjawab, "Dia adalah temanku, Shiro."

Army kemudian memperkenalkan Cherry kepadanya. "Shiro, ini Cherry. Adikku yang pernah kuceritakan."

Shiro dan Cherry kemudian berjabat tangan. "Salam kenal Cherry," ucap Shiro.

"Salam kenal juga kak Shiro. Omong-omong, apa kau mengenal Akane juga?"

Akane kemudian menjawab, "Tentu saja. Shiro adalah tunanganku."

Army dan Cherry kembali terkejut mendengar ucapan Akane. Army sedikit terkejut karena ia sudah mengetahui bahwa Shiro memiliki tunangan yang bersekolah di akademi. Dia hanya tidak menyangka kalau tunangan Shiro adalah teman adiknya sendiri. Sedangkan Cherry sangat terkejut mendengar hal itu. Ia tidak pernah mengetahui bahwa Akane sudah bertunangan, karena Akane sendiri tidak pernah menceritakannya.

Shiro dan Akane kemudian memperlihatkan cincin mereka yang memiliki bentuk dan warna yang sama. Cincin itu memiliki motif unik, dan terdapat batu permata berwarna merah diatasnya.

"Akaneeeeee, kau tidak pernah bercerita apa-apa soal ini," ucap Cherry.

Sambil memalingkan mata, Akane menjawab, "Karena kau tidak bertanya."

Cherry menutup mata dengan tangan kirinya, berpura-pura menangis. "Kukira kita teman ... "

Akane menjadi bingung. "Hah? Kau sendiri tidak bertanya, makanya aku tidak beri tahu."

Shiro kemudian menyela pembicaraan mereka. "Haha, sudah sudah. Lagipula kami kesini bukan untuk membahasnya kok."

"Ah iya. Kami kesini karena aku ingin meminjam tombak White Bloom. Apakah boleh?" tanya Army.

"Boleh saja, tapi kenapa?" jawab Cherry.

"Aku dah Shiro perlu melakukan tugas khusus melawan monster kuat dengan elemen. Untuk berjaga-jaga, aku merasa perlu menggunakan White Bloom milikmu karena tombak itu memiliki kemampuan untuk berganti elemen, tidak seperti tombak Red Blossom kita."

"Kalau begitu, aku akan izinkan dengan satu syarat."

Army menjadi penasaran setelah mendengarnya. "Oh ya? Apa itu?"

"Kakak harus latihan bersamaku sekali sekarang."

"Latihan ya ... Sudah lama aku tidak melihat perkembanganmu."

Cherry mengangguk. "Ya ya ya, aku ingin memperlihatkan hasil latihanku selama ini. Kakak pasti penasaran dengan 'itu' kan?"

Army berpikir sebentar. "Memangnya orang luar diperbolehkan untuk menggunakan fasilitas akademi?"

"Hmm, betul juga."

Cherry berpikir sebentar mengenai pertanyaan Army. Ia tidak pernah mengetahui apakah orang luar diperbolehkan untuk masuk atau menggunakan fasilitas akademi atau tidak.

Akane kemudian menjawab pertanyaan Army, "Boleh kok, tapi Cherry harus mendapatkan izinnya terlebih dahulu."

Shiro juga ikut menambahkan, "Kepala sekolahnya kan leader kita. Tentu saja kita diperbolehkan." Shiro tersenyum lebar sambil mengacungkan jempolnya.

"Ah ... Kita tetap harus meminta izin dulu," ucap Army.

Dengan semangat, Cherry menjawab, "Serahkan padaku kak!"

Cherry dan Army kemudian berjalan menghampiri guru pengawas untuk bertanya prosedur pemakaian fasilitas akademi untuk orang luar bersama murid akademi.

"Semangat sekali ia," ucap Akane yang melihat Cherry.

Shiro tertawa, "Haha. Walau tidak terlihat begitu, tapi sebenarnya Army juga menantikan hal itu loh."

Akane melihat kearah Shiro. "Kenapa kau bisa yakin?"

"Karena ia sendiri sering membicarakan adiknya."

Akane kembali memperhatikan Cherry dan Army yang sedang berbicara dengan guru pengawas. "Begitu ya ... Mereka terlihat kompak sekali."

"Kalau mau, kita juga bisa latihan seperti mereka loh," ucap Shiro dengan bercanda.

"Tidak, terimakasih. Biarkan hari ini khusus untuk mereka berdua."

"Hmm, kurasa kau benar. Tidak seperti kita, mereka tidak sering bertemu satu sama lain. Jadi sebaiknya kita hanya menonton mereka hari ini."

Dari jauh, Cherry dan Army sedang berjalan menghampiri mereka. Terlihat di tangan Cherry ada selembar kertas yang di dalamnya terlihat sebuah stempel, menandakan kalau ia sudah mendapatkan izin dari guru pengawas untuk menggunakan fasilitas akademi bersama dengan orang luar.