Tiba-tiba, seolah-olah tombol putar telah ditekan, kenangan dari malam kecelakaan yang saya alami - terutama yang tidak dapat saya ingat - kembali mengalir padaku.
"Lakukan apa yang saya katakan. Buka pintu dan keluar dari mobil. Sekarang." Itulah kata-kata persis pria itu ketika menodongkan senjata logam dingin ke leher saya.
Saya menelan ludah di tenggorokan dan menekan jari-jari dingin dan gemetar bersama-sama. Hati saya mulai berdebar, dan telapak tangan saya menjadi basah oleh keringat.
Ada bekas luka di atas alis kirinya, dan yang lainnya di hidungnya. Tidak bisa dipungkiri, dia adalah pria yang mencoba membunuhku tidak hanya sekali tetapi dua kali. Saya ingat pertama kali dia mencoba mengakhiri hidup saya adalah saat saya menghadiri pernikahan saudara kembar saya dan yang terakhir setelah saya kembali ke kota.