Aku menelan benjolan di tenggorokanku. Menyiapkan senyum di bibirku, aku menghadapi kerumunan dengan dagu yang diangkat tinggi.
Sebagaimana yang diharapkan, aku menerima tatapan penuh kemarahan dari seluruh ruangan saat Lucas dan aku melangkah melalui lorong untuk menyapa yang merayakan ulang tahun. Berpura-pura tidak peduli, senyum di bibirku semakin lebar.
Siapa pun yang menatapku sekarang dengan kebencian di mata mereka seolah-olah aku adalah anak dari Setan, tetapi aku akan terus menunjukkan bahwa aku tidak peduli apa yang mereka pikirkan tentangku. Aku membuat kesalahan di masa lalu, aku mengakui membuatnya, dan aku mencoba untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu.
Opini mereka tidak penting bagiku sekarang.
