Ketika matahari terbenam di atas kota, memancarkan cahaya emas di atas atap dan jalan, Abigail berdiri di jendela ruang rumah sakit, tenggelam dalam pikiran. Lampu jalan, seperti penjaga malam, berkelap-kelip hidup, dengan lembut menolak kegelapan yang mendekat. Kota berubah menjadi tempat yang indah serta tenang ketika hari berganti malam.
Tapi pikiran Abigail ada di tempat lain, dilanda oleh keberadaan suaminya yang hilang. Dia merindukan pelukannya, kehadiran yang menenangkan, dan kenyamanan cintanya.
Pencakar langit yang lebih awal berdiri tegak dan megah melawan langit siang, kini berpendar dengan lampu berwarna-warni, jendela-jendelanya mencerminkan nuansa emas senja. Kota mulai hidup sebagai orang-orang terburu-buru dalam rutinitas malam mereka, namun dunia Abigail terasa tidak lengkap tanpa sang suami di sisinya.