Britney akhirnya sadar kembali. Kepalanya terasa nyeri suram, mengingatkan terus-menerus tentang pukulan yang didapatinya.
"Ah..." Dia merintih, dan jarinya secara refleks mencapai bagian lembut di kepalanya, hanya untuk merasakan balutan kasa di sekeliling kepalanya.
Dengan napas yang penuh rasa sakit, Britney menatap sekelilingnya, mencoba memfokuskan pandangannya. Pandangan awalnya yang kabur perlahan menjadi jelas, menunjukkan lingkungan steril dan klinis di sekelilingnya. Dia menemukan dirinya dikelilingi dinding putih, aroma antiseptik rumah sakit mengisi panca indranya.
"Um…" Dia menyadari bahwa dia kembali lagi di rumah sakit. Kali ini, bukan akibat bentrokan dengan narapidana lain di pusat rehabilitasi; ini adalah sesuatu yang jauh lebih mengancam.