Austin menyerbu masuk ke ruangan, wajahnya memerah karena marah dan matanya menyala-nyala penuh amarah. Dia menyerang Pamela, yang berdiri tegak dengan lengan terlipat di dada dan ekspresi teguh di wajahnya.
Udara kental dengan ketegangan saat kedua orang tersebut terlibat dalam konfrontasi yang sengit.
"Apakah kamu bahagia dengan merusak suasana hati semua orang?" desak Austin dengan suara rendah dan mengancam. "Keluarga sedang bergembira setelah badai pergolakan. Abigail sedang hamil. Apakah kau tidak menyadari pentingnya berita ini?"
Pamela tidak mundur, menatap Austin dengan tekad yang tegas. "Saya tahu apa artinya, tetapi kau tidak tahu apa-apa," sahutnya, suaranya tajam seperti pisau. "Berita ini bisa membawa kebahagiaan bagi Gloria dan Adrian. Bagaimana kita bisa menikmatinya? Mengapa kamu begitu bodoh, Austin?"
