Dengan senyum lembut, Sebastian pelan-pelan melepaskan pelukan, menopang wajah Abigail yang basah oleh air mata dengan tangannya. Dia menatap mata gadis itu, penuh campuran kebanggaan, cinta, dan tekad yang tak tergoyahkan.
"Kamu tidak perlu minta maaf. Saya yang seharusnya meminta maaf. Saya melakukan kesalahan, dan saya menyesal karena menyebabkan kamu kesakitan. Tapi saya senang kamu akhirnya siap untuk memulai lagi. Lanjutkan. Saya akan selalu ada di sampingmu."
Suara Sebastian bergetar penuh ketulusan saat dia berbicara, kata-katanya mengandung beban janji yang diucapkan dari kedalaman jiwanya.
Abigail begitu bahagia menatap kebebasannya. Tapi dia terus menangis saat dia menunjukkan berita di koran kepada Sebastian.
"Lihat, Papa... Christopher dan Vivian akan bertunangan segera. Sudah jelas dia sudah melupakan aku. Bagaimana dia bisa melupakan aku begitu cepat? Semua janji yang dia buat padaku adalah palsu, dan aku pikir dia benar-benar mencintai aku."