Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

The Third Crown;The White Dragon's lair

Candramawa001
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.2k
Views
Synopsis
Sebuah kisah antara dua insan yang ingin melawan takdir yang mengikat mereka, Teressa sang putri Mercaterra dan Kiel si tentara bayaran. Pertemuan mereka mungkin sudah ditakdirkan namun mereka berdua bersumpah, bahwa mereka tidak akan tunduk lagi pada takdir yang mengikat mereka selama mereka hidup, apapun akan mereka korbankan demi sebuah kebebasan. Sebuah perjalanan panjang penuh rintangan akan menanti mereka, akankah semua darah dan keringat yang mereka korbankan akan membuahkan hasil? Atau justru sang takdir kembali berhasil menundukkan mereka.

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - The 3 apple

Terlihat seorang pedagang buah di sebuah pasar meneriaki seorang anak didepan kedainya, lantaran anak itu mencuri beberapa buah "kesayangan" pemilik kedai tersebut.

"Hei! Kau fikir apa yang kau lakukan? Ini sudah yang keberapa Julio?" Teriak pemilik kedai sembari menggenggam pergelangan tangan anak laki-laki bernama Julio tersebut.

"Heeyy paman, paman kan menjual banyak sekali buah, kenapa sangat marah hanya karna aku mengambil beberapa buah?" Jawab Julio dengan polos bak tak bersalah.

"Mencuri tetap mencuri, tak peduli berapa jumlahnya. Lagipula aku sudah lelah dengan permainanmu, aku akan membawamu ke royal guards sekarang" Jawab pemilik kedai sembari menarik pergelangan tangan Julio, meninggalkan kedainya dibawah pengawasan istri dan anaknya.

Terlihat suasana pasar pagi itu begitu ramai, berbagai pedagang dari seluruh penjuru dunia berkumpul untuk berdagang. Mercaterra, sebuah kerajaan perdagangan yang termahsyur, menjanjikan kejujuran dan keadilan dalam tiap transaksi yang dilakukan. Namun tentu kecurangan akan tetap banyak dilakukan terutama oleh pendatang dari berbagai negri, disitulah peran Royal Guard of Mercaterra diperlukan.

Berbagai aroma rempah dan wewangian buah-buahan memenuhi hidung siapapun yang berada di pasar itu, itu karna komoditas utama perdagangan Mercaterra adalah rempah-rempah, buah-buahan, berbagai sumber daya alam mentah maupun setengah jadi dan banyak lain nya. Meskipun begitu Mercaterra tetap melakukan transaksi hal lain.

Pemilik kedai menarik pergelangan tangan Julio melewati kerumunan orang di pasar itu, terdengar pedagang dan pembeli saling saut menyaut saling menawar harga terbaik. Pemilik kedai berdesakan melewati kerumunan pedagang dan pembeli menuju pos Royal Guard terdekat untuk menyerahkan Julio atas aksi pencurian 3 buah apel tadi, namun tanpa dia sadari sesaat setelah ia keluar dari kerumunan tadi dan berada di area yang tidak terlalu ramai ia sudah tidak memegang pergelangan tangan Julio. Ia terheran dengan itu padahal baru tadi dia menggenggamnya namun sekarang sudah hilang entah kemana, ia memilih tidak ambil pusing dan kembali ke kedai karna keadaan pagi ini pasti ramai dan anak serta istrinya pasti memerlukan bantuannya.

Disinilah sekarang Julio berada, sebuah bagian dari pasar yang tampak tidak terlalu ramai karna disini adalah tempat para penjual senjata. Jikalapun ada pembeli biasanya adalah para petualang atau mercenary yang membeli senjata untuk menggantikan senjata lama mereka. Meskipun begitu Julio saat ini memiliki tujuannya sendiri, yakni menemui 3 orang sahabat nya yang sudah menunggu nya di kedai milik tuan Albert. Akhirnya setelah melewati beberapa lorong tibalah Julio didepan sebuah kedai senjata yang tampak bersih dan hanya diisi beberapa pembeli, dari luar Julio sudah bisa melihat 3 teman nya itu sudah selesai bersiap untuk pergi bermain dengannya. Tanpa ia sadari, se sosok wanita berjubah dan tudung mengikutinya hingga di seberang toko itu kemudian berhenti dan mengawasi sekitar.

"Lama sekali kau ini" Ucap seorang bocah laki laki ketika Julio memunculkan wajahnya dari balik pintu kedai.

"Paman penjual buah itu membawaku ke royale guard tadi, mungkin sudah saatnya mengganti toko incaranku" Jawab Julio sebagai pembelaan.

"Sudahlah, ayo kita pergi ke tempat kita biasanya" Ajak seorang bocah wanita menengahi dua bocah didepannya.

Sesaat ketika mereka menginjakkan kaki diluar kedai, begitu terkejutnya mereka menemukan seorang remaja perempuan sedang berdiri diseberang toko memandang lurus ke pintu toko seakan menunggu mereka. Tentu mereka sudah sering bertemu dengan berbagai remaja sepertinya namun yang membuat mereka terkejut adalah surai putih yang menjuntai keluar dari tudung yang dikenakan remaja perempuan itu, ini karena rambut berwarna putih hanya dimiliki mereka yang berdarah kerajaan murni. Bahkan Julio sendiri hanya pernah melihat rambut putih itu 2 kali selama hidupnya, yakni saat adanya parade kelahiran putri raja dan parade musim semi tahun lalu.

"Toko senjata tuan albert, bukan?" Tanya remaja bangsawan itu sambil berjalan mendekati Julio dan teman nya.

"I-iya" Jawab Julio dengan suara bergetar, ia ingin dengan segera pergi dari sana, mengindari semua masalah yang mungkin datang.

"Sudah berapa lama kau menjadi pencuri apel?" Tanya bangsawan itu sambil memandangi 3 buah apel yang dibawa Julio.

"Hah? Apa yang kau bicarakan nona? Apel apel ditanganku ini berasal dari pemilik toko ini"

"Akan lebih baik jika kau tidak mengulangi nya" Ucap bangsawan itu lalu *Snap dengan sebuah jentikan jari apel tadi hilang tanpa jejak.

"Lebih baik jika kau meminta kepada mereka yang mau memberi daripada mencuri pada orang lain" Lanjut bangsawan itu kemudian memberi Julio 3 koin perak yang cukup untuk sekitar 2 kilogram apel segar.

Setelah obrolan singkat itu ia masuk ke toko itu sembari membenarkan rambutnya agar tidak tampak, hal itu membuat Julio berfikir kenapa tadi tidak ia benarkan sebelum berbicara dengannya. Tanpa berfikir lebih lama lagi ia pergi bersama temannya karna satu satunya hal yang terus di wanti wanti orang tuanya mengenai bangsawan adalah hindari mereka sebanyak mungkin, karna ber urusan dengan bangsawan hanya akan membawa lebih banyak masalah.

"Sudah lama ya" Ucap bangsawan itu ketika berada didepan tuan Albert selaku pemilik toko.

"Kau? Putri?" Tanya tuan Albert entah pada dirinya atau orang didepannya.

Bangsawan yang dipanggil putri itu kemudian tersenyum dan hanya dengan itu Albert sudah mengerti dan segera meminta pembeli lain yang ada di tokonya untuk segera pergi dengan alasan menutup toko untuk pergi berbelanja.

"Apa yang membawamu kemari tuan putri Teressa?" Tanya tuan Albert dengan wajah serius.

"Ayolah, kenapa serius sekali? Apa tidak boleh aku mengunjungi salah satu mantan pelayan setiaku?" Jawab putri Teressa dengan santai.

"Hahh, bukan itu masalahnya, masalahnya anda sekarang adalah seorang putri dewasa dan bukan anak anak lagi. Terlebih kakak anda akan segera sampai bulan depan, akan tidak mengenakkan jika seorang kakak kembali disambut berita mengenai adik kesayangannya" Cerocos tuan Albert yang mengkhawatirkan mantan majikannya sembari menghela nafas.

"Kebiasaan cerewetmu itu masih sama saja ya" Jawab Putri Teressa sambil membuka tudung nya karna sudah tidak ada orang, tampak lah wajah tirus nan rupawan milik sang putri, dengan mata se-biru samudra dan rambut seputih awan benar benar akan menarik hati pria manapun.

"Anda ini memang sulit menganggap sesuatu serius ya, jadi ada apa Nona? Apakah benar kunjungan anda hanya sekedar kunjungan?"

"Aku tau aku bisa mengandalkanmu, aku butuh beberapa magic stone untuk latihanku"

"Magic stone? Bukannya kerajaan menyediakan banyak magic stone untuk digunakan?"

"Ini... agak sulit"

"Hm? Apa maksud anda Nona?" Tanya tuan Albert sambil menaikkan alisnya, merasakan ada suatu hal yang salah.

"Aku butuh dark magic stone" Jawab Putri Teressa sambil memelankan suaranya meski hanya ada mereka berdua disana.

Tuan Albert tampak sedikit terkejut karna menggunakan dark magic adalah hal yang sangat tabu namun dengan sigap ia mengambil beberapa persediaan di gudang dan memberikannya pada sang Putri.

"Terima kasih Albert, ini bayaranmu" Ucap Putri Teressa ketika mengambil dark magic stone sembari memberi beberapa keping koin emas, kemudian ia memasukan magic stone itu ke kantongnya dan berjalan menuju pintu.

"Berhati hatilah dengan itu Nona, dan semoga sang Lucrimomus memberkati tiap langkah anda" Tuan Albert menyampaikan salam pada Putri Teressa sembari men doa kannya.

"Terima kasih"

⚖️⚖️⚖️

Teressa Ardentius Valerian. Sebuah nama yang sangat harum diantara penduduk Mercattera, seorang Putri kerajaan yang disebut sebut memiliki kecantikan bak dewi namun tetap bersifat rendah hati. Sosok yang anggun dan menawan serta menjadi salah satu dari sekian poros standar kecantikan kekaisaran menjadikannya begitu terkenal tak hanya di kerajan namun juga di kekaisaran.

Ia adalah putri ketiga dari 3 bersaudara, kakak pertama nya Julius Ardentius Valerian merupakan seorang guru sekaligus ilmuan di akademi sihir Arcanum Virtutis, sebuah akademi sihir bergengsi yang mengedepankan kedisiplinan dan integritas sebagai seorang penyihir. Sedangkan kakaknya yang kedua, Maea Ardentius Valerian adalah calon anggota pasukan militer khusus kekaisaran, hal ini menyebabkan Teressa sering hanya sendirian di "rumah" nya. Hal ini mendorong nya untuk mengeksplor berbagai hal seperti ilmu hukum, sihir, kimia, fisika, dan hal hal lain untuk mengisi waktu luang nya.

Saat ini, disinilah ia berada, sebuah ruang pribadi miliknya dibagian selatan istana nya. Saat ini ia sedang menguji cobakan sebuah sihir disini sampai pelayan nya menghampirinya dengan maksud menyampaikan pesan.

"Hormat saya untuk Tuan Putri Teressa" Pelayan itu memberi salam sembari membungkukkan sedikit badan nya, memberi isyarat hormat kepada Teressa.

"Ada apa?" Tanya Teressa pendek.

"Maaf mengganggu waktu anda Tuan Putri, Yang Mulia meminta kehadiran anda di ruang tahta 1 jam dari sekarang" Jawab pelayan itu sambil menatap tanah di bawahnya.

"Baiklah aku akan kesana setelah bersiap" Teressa lalu memerintahkan beberapa pelayan nya untuk mengembalikan berbagai peralatan yang ia gunakan, sedangkan ia sendiri pergi kee kamarnya membawa beberapa buku ilmu sihir hendak bersiap menemui ayahnya, atau sang Raja dari Mercaterra.

Tanpa terasa 45 menit berlalu, Teressa sudah siap dengan wewangian dan pakaian formal nya. Hal ini karna pertemuan diadakan di ruang tahta dimana hubungan antara ia dan ayahnya bukan lah sebagai anak dan ayah melainkan sebagai Raja dengan Tuan Putri. Teressa berjalan melalui lorong-lorong indah dari istana itu, berbagai lukisan pelukis terkenal tampak di sisi sisi lorong, hal ini berkat mendiang ibu nya yang memiliki jiwa seniman sejak ia muda berlawanan dengan ayah nya.

Istana kerajaan bisa dibilang adalah tempat terluas sekaligus ter mewah di Mercaterra, bukan sebuah kejutan memang karna istana kerajaan adalah rumah bagi keluarga kerajaan. Namun yang perlu dipertimbangkan adalah meski Mercaterra adalah negri yang kecil, namun letak nya yang strategis benar benar memberikan keuntungan di bidang ekonomi. Dan sang Raja dan mendiang Ratu ingin benar benar memberi kesan mewah pada istana kerajaan.

Tibalah Teressa di depan sebuah pintu besar yang dijaga oleh beberapa penjaga, sebuah pintu yang amat familiar baginya, pintu ruang tahta. Berbahan utama canpuran berbagai logam dan dihiasi emas serta batu batu mulia membuat pintu itu tampak mewah dan megah. Tanpa perintah, para penjaga membuka pintu itu dan mempersilahkan Tuan Putri mereka memasuki ruang tahta.

"Selamat siang Yang Mulia raja Mercaterra, hamba sebagai Teressa Ardentius Valerian datang atas panggilan Yang Mulia" Ucap Teressa sambil berlutut didepan ayah- bukan sosok didepannya saat ini bukanlah ayahnya, melainkan sang raja kerajaan ini.

"Aku menyambutmu Putri Teressa, aku memanggilmu dalam rangka memberikan titah untuk menjalin kerja sama dengan beberapa kerajaan tetangga, hal ini berkaitan tentang pekerjaan kerajaan kita kedepannya" Jelas sang raja panjang lebar.

"Hamba meminta izin untuk bertanya lebih lanjut mengenai titah Yang Mulia, apakah Yang Mulia mengizinkan?"

"Tentu, bertanya lah"

"Apa rincian dari 'pekerjaan' itu Yang Mulia?"

Sang raja menatap kepala putri tercinta nya itu, menghela nafas kemudian mengatakan satu baris kalimat yang akan sangat mengejutkan Teressa.

"Kali ini, kita akan membunuh Aznil, The White Dragon"