Chereads / Hamil Di Luar Nikah / Chapter 2 - Kesedihan

Chapter 2 - Kesedihan

Jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Gadis yang terbaring dengan tubuh p*los di selimuti kain tebal dan hangat itu, mulai tersadar dari tidur. Sebuah tangan kokoh melingkar di perut ratanya.

Kedua bola mata indah itu mulai terbuka, tubuhnya sangat sakit, ingin bergerak, tapi ia sedikit kesulitan karena merasa tubuhnya seperti sedang tertimpa sesuatu benda berat.

Berusaha untuk mengumpul kesadaran, saat kesadaran wanita itu sudah mulai terkumpul, ia teringat semua apa yang di lakukan oleh pria yang sedang memeluk dirinya itu.

Menutup mulutnya dengan rapat, menangis tak bersuara, air mata mengalir sangat deras. Apa yang akan ia lakukan sekarang? Bagaimana dengan masa depannya? Bagaimana dengan kehidupannya? Dan bagaimana jika ibunya mengetahui tentang dirinya yang sudah tak perawan? Bagaimana? Semua itu terus menghantui pikirannya.

Melihat jam di dinding, ternyata sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Karena takut laki-laki itu akan terbangun dan melihatnya.

Ia berusaha untuk keluar dari pelukan laki-laki tersebut.

Akhirnya ia bisa keluar dari dekapan pria itu, melihat ke arah pakaian yang sudah tak berbentuk. Kia terpaksa mencari pakaian tuannya untuk ia pakai, agar tak p*los berjalan pulang ke rumahnya.

Setelah memakai kemeja pria itu, Kia langsung pergi dari Villa dengan gerakan yang sulit karena rasa nyeri di bahagian intimnya, ia juga hanya berjalan kaki di jalan dengan gerakkan yang sangat sulit, air mata terus menemaninya di setiap langkah kaki tanpa rasa takut akan gelap malam. Ia lebih takut pada kehidupan yang akan ia jalani kedepannya.

Dua jam gadis itu berjalan di tengah gelap malam, akhirnya ia tiba di rumah sederhana milik peninggalan Ayah. Tak ada rasa sakit maupun rasa lelah yang ia rasakan, selain rasa takut dan kecewa pada dirinya sendiri karena telah gagal menjaga kehormatannya.

Sebelum masuk ke dalam rumah, ia lebih dulu melihat dan berjaga-jaga, siapa tau saja ibunya telah bangun.

Mendengar ada pergerakan di dapur, Kia terpaksa masuk ke kamarnya lewat jendela dengan aman.

Tiba di kamar, ia kembali menangis dan menjatuhkan dirinnya di ranjang kecilnya.

,,,

Keesokan harinya.

Tampak pria bernama Leon itu mulai menggerakkan tubuh melihat ke arah badannya yang polos tak mengenakan sehelai benangpun saat bola matanya sudah terbuka lebar.

Ia buru-buru menarik selimut dan menutupi tubuhnya. "Apa yang terjadi semalam? kenapa aku tidak memakai sehelai benangpun di tubuhku?" gumam Leon sambil mengingat-ingat.

Ia tak bisa mengingat apapun. "Bikin pusing saja," Leon turun dari ranjang dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi, ia membersihkan tubuh. Setelah selesai, ia langsung keluar.

Tak sengaja kedua bola matanya menangkap sebuah noda di atas ranjang yang tak ia sadari tadi.

Darah. Batin Leon perlahan mulai mendekati noda darah yang melekat di kasurnya, dan ternyata benar, itu adalah noda darah.

"Tunggu, apa yang aku lakukan semalam? Siapa wanita yang sudah aku perawanin, kalau sampai Mami dan Lika (tunangannya) tahu, bisa tamat riwayatku" menjambak rambut frustasi.

Baru saja aku tiba di negara ini, tapi aku malah sudah merosak anak gadis orang, mampus aku. Pikir Leon.

.

Ia terdiam, tiba-tiba ia seperti teringat sesuatu. "Sepertinya, sebelum aku meninggalkan rumah ini, aku ada menyimpan CCTV dalam kamar" berbicara pada dirinya sendiri, dan mendekati meja rias, di sana ada sebuah pasu bunga yang ia simpan CCTV tersembunyi.

Leon mengambil, dan memasukkan ke dalam Laptopnya.

Layar itu mulai berputar, dan menampilkan seorang gadis yang memapahnya masuk ke dalam sebuah kamar.

Hanya itu saja yang ia lihat, karena CCTV itu hanya mengarah ke pintu masuk, dan tak mengarah ke ranjangnya.

"Siapa wanita ini? Aku tidak pernah melihat wanita ini sebelumya," gumam Leon bertambah frustasi.

,,,

Di rumah Kia.

"Kia!!" Panggil Melda kakaknya.

Tak ada sahutan dari dalam kamar gadis itu. "Ibu! Kia mana sih Bu? Kok dia belum masak?" Tanya Melda pada ibunya.

"Coba kamu lihat di kamarnya, siapa tau saja dia masih tidur," jawab Buk Manda.

"Masak masih tidur sih Bu, apa anak itu tidak pergi bekerja!" Omel Melda menggedor-gedor pintu kamar adiknya.