10 tahun kemudian, media massa dihebohkan dengan berita kematian seorang CEO muda sebuah perusahaan besar yang sangat tiba-tiba. CEO itu diduga mengalami serangan jantung karena kelelahan ketika bekerja. Dia ditemukan sudah tidak bernyawa di atas meja kerjanya.
..Flashback..
Yunho membuka matanya. Dia ingat tertidur di meja kerjanya tadi. Yunho mengerjapkan matanya lemah. Dia mengernyit. Awan? Dia menggerakkan jemarinya. Pasir? Yunho baru tersadar bahwa dia saat ini sedang berbaring di pasir pantai, suara debur ombak dan burung camar terdengar. Yunho tersenyum, sangat indah..
Kemudian tiba-tiba sebuah tangan terulur ke arahnya, cahaya matahari senja menyilaukan sosok di depannya itu. Yunho memicingkan mata karena tidak bisa melihatnya dengan jelas. Yunho meraih tangan itu, tangan dengan sebuah cincin melingkar di jari manisnya. Tangan itu menariknya, membantu Yunho berdiri.
"Merindukanku?"
Suara di depannya menyapa Yunho. Yunho memicingkan mata untuk melihat sosok yang sedang menggenggam jemarinya.
"Jaejong?"
"Mn. Aku menunggumu."
Jaejong tersenyum.
Yunho tersenyum lega.
"Aku datang."
Yunho mengusap wajah Jaejong kemudian mengecup bibir merah itu. Kecupan yang selalu dia impikan setiap malam, akhirnya dia bisa merasakannya lagi sekarang. Yunho benar-benar bahagia akhirnya bertemu dengan Jaejong lagi. Mereka kemudian bergandengan tangan menyusuri pantai itu bersama. Menikmati indahnya senja seperti terakhir kali mereka bertemu.
-END-