flasback 15 tahun yang lalu
saya diberi nama pelangi yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan adik saya perempuan bernama zahra.
saya dan adik saya tinggal bersama sang nenek dari umur 5 tahun dikarenakan sang ibunda sudah meninggal dunia.
dirumah ini terdapat 9 orang, saya mempunyai 6 paman dan 1 bibi yang tinggal satu rumah. ketika ibu masih ada saya tidak tahu kenapa sang nenek tidak menyukai ibu saya bahkan kami seperti di asingkan dan hanya diperbolehkan main di dapur dan dilarang keruang tamu. yang saya ingat bahwa ibu saya mengatakan bahwa diruang tamu banyak jarum karena nenek saya seorang penjahit.
ketika ibu saya meninggal dunia tepat saya berumur 5 tahun adik saya 3 tahun, dari sini lah awal penderitaan saya dimulai.
flashback off
sekarang umur saya 15 tahun, ya saya masih siswa kelas III SMP disalah satu sekolah negeri yang cukup terkenal disekitar tempat tinggal saya. diumur 15 tahun kami yang perempuan sudah disuruh untuk belajar mencuci piring tapi ketidak adilan dan pilih kasih dari nenek mulai terlihat. seolah-olah semua kerjaan rumah itu dilimpahkan ke saya bahkan yang saya lakukan sudah benar masih saja salah dimatanya. bahkan untuk bermain dengan teman saya harus membersihkan rumah terdahulu sebelum berangkat main karena apabila dilanggar disaat itu juga nenek mendiamkan saya selama 3 hari membuktikan bahwasanya dia marah kepadaku. Dan dengan terpaksa aku ikuti maunya karena aku tahu diri walau ada rasa kesal didalam hati.
dan hal ini terus berlanjut sampai aku sekolah SMA bahkan malah makin bertambah pekerjaan rumah itu sendiri. satu sisi aku belajar ikhlas dan berpikir bahwa ini juga baik untukku kedepannya tapi disisi lain secara tidak langsung dan secara tidak sadar aku sudah seperti dianggap pembantu dirumah ini, selalu terucap dari mulut bibi-bibiku bahwasannya aku harus lebih ke balas budi karena dibesarkan oleh nenek, hanya dengan itu aku mencoba untuk kuat dan sabar berharap dengan berumah tangga nya aku nanti bisa terlepas dari ini semua.
sebelum masuk sekolah SMA tepatnya aku masih berusia 15 tahun, ada kejadian yahg membuatku sangat sulit untuk mengambil keputusan, ya ayahku seorang duda tiba-tiba memutuskan untuk menikah kembali, sulit rasanya aku menerima nya karena aku berpikir aku masih bisa mengurus dan menjaga nya ditambah pikiran yang sudah merusak jiwaku bahwa ibu tiri itu jahat.
"kasihan ayah mu kalau tidak kamu izinkan untuk menikah, dia sudah duda selama 11 tahun, biarkan dia menikah karena kamu perempuan suatu saat kamu menikah dibawa suami mu, siapa yang mengurus ayah nanti. jangan berpikir egois ya pelangi, pikirkan ayah mu juga". ucap nenek ku yang berusaha menasehatiku karena nenek mengetahui aku tidak setuju ketika ayah menikah lagi.
tapi aku juga tidak tahu dan aku sama sekali tidak peduli akan hal itu semua, karena aku bisa menjaga nya dan ketika nanti aku menikah ayah bisa ikut denganku.
satu minggu sudah berlalu, tidak ada komunikasi antara aku dengan ayahku, kami seperti orang asing yang tidak saling berbicara satu sama lain, yang pada akhirnya malam ini ketika ayah pulang kerja
"kak, kenapa ayah tidak di izinkan untuk menikah? apa kakak tidak kasihan lihat ayah, kalau kakak menikah nanti siapa yang akan mengurus ayah, iya kalau kakak dapat suami masih sekitar sini , kalau dari luar daerah sini? gemana? ayah mohon izinkan ayah menikah setidaknya kalian ada yang mengurus walau ayah tahu kalau kalian sudah besar semua. ayah janji ayah akan sering kerumah nenek untuk melihat keadaan kakak sama adik, dan ayah juga janji akan tetap sayang sama kakak dan adik." ucap ayahku dengan lirihnya. Ya Allah berdosakah hamba karena melarang ayah hamba untuk menikah kembali, hamba hanya takut kasih sayang nya kepada kami akan berkurang dan yang paling utama hamba pasti akan merasakan kehilangan karena selama ini hamba yang mengurus nya.
"ya udah ayah boleh nikah." hanya itu jawaban yang bisa aku berikan ke ayahku. aku sadar aku juga tidak boleh egois hanya memikirkan ketakutanku yang belum tentu terjadi.
"makasih ya kak." senyuman ayah ku begitu merekah betapa bahagianya beliau setelah ku izinkan untuk menikah, bismillah semoga semuanya baik-baik saja.
setelah 2 minggu percakapan antara aku dan ayah, pernikahan itu dilaksanakan walau dilaksanakan secara sederhana tapi semuanya tampak bahagia termasuk aku dan adikku.
tidak terasa selama 3 tahun dalam menyelesaikan sekolah SMA ku aku jadi banyak belajar untuk mengerjakan atau mengurus baby yang merupakan adik sepupuku sendiri, dengan upah yang kuterima untuk tambahan uang jajanku.
setelah ijazah SMA ku keluar, aku berusaha untuk melamar pekerjaan tetapi ayah meminta aku untuk kuliah.
karena tidak ada persiapan dan berpikir untuk kuliah, aku pun memutuskan untuk mengambil jurusan komputer. ya karena mengikuti teman lebih tepatnya.
Akhirnya aku memilih dengan jenjang hanya D3 karena aku lebih memikirkan biaya yang harus ayah keluarkan, dikarenakan aku mempunyai satu adik kandung yang masih sekolah setingkat SMA swasta dan 2 adik tiriku, ya aku punya 2 adik tiri dari pernikahan ayahku yang baru, 1 laki-laki dan 1 perempuan.
Alhamdulillah kami terlihat akrab dan tidak pernah ada pertengkaran.
walaupun aku kakak tirinya tapi mereka menghormatiku setiap ketemu.
bingung melihat keluarga ku sendiri, ketika aku memutuskan untuk kuliah ada saja pembicaraan yang tidak enak di dengar.
"kak, ngapain pelangi kuliah, biaya kuliah mahal lho kak. apalagi kuliah komputer lagi" ucap bibi sari ku kepada ibu tiriku.
"biarin lha sar, yang keluar uang ayah nya juga, aku mana bisa terlalu ikut campur, ayah nya mau mengkuliahkan berarti kan ayah nya mampu." jawab ibu tiri ku
"iya tapi kan sayang uangnya, bagus disuruh kerja, iya kalau tamat kuliah langsung dapat kerjaan yang bagus kalau tidak bagaimana?"
"itu urusan nanti, rezeki kan kita tidak tau kedepannya seperti apa kan". jawab ibu tiriku sambil senyum dan meninggalkan bibi ku sendirian didapur.
setelah melihat aku ibu tiri ku hanya tersenyum sambil bicara
" abaikan saja, tidak usah didengar yang penting ayah dan ibu setuju kalau kamu kuliah" ucap ibu tiri ku kepada ku sambil meninggalkanku tanpa mau mendengar jawaban dari ku.
aku hanya menanggapi dengan senyuman, Alhamdulillah orang tua ku tidak mempermasalahkan aku kuliah bahkan mendukungku.
ya dikeluarga ayahku hanya aku yang menempuh pendidikan bangku perkuliahan karena ayah sendiri berucap kalau pendidikan anak-anaknya harus lebih tinggi dari pendidikan ayah.
Bismillah ya Allah mudah-mudahan semuanya berjalan lancar dan berkah.