Chereads / AL HIKAM / Chapter 71 - Syurga Akhirat Tempat Balasan Pahala Hamba-Hamba Yang Saleh

Chapter 71 - Syurga Akhirat Tempat Balasan Pahala Hamba-Hamba Yang Saleh

Jika seorang hamba Allah telah dilimpahkan oleh Allah s.w.t. ilmu makrifat, ilmu rabbani dan ilmu ladunni, tetapi ia pun mengungkapkan dan membuka rahasia yang demikian itu menunjukkan bahwa yang bersangkutan banyak sedikitnya ingin supaya dikenal dan orang lain tahu. Supaya dikenal orang dan supaya orang tahu pada ilmu dan pada rahasia demikian ilmu, tidak terlepas daripada orang-orang yang harus kenal kepadanya. Sedangkan hal tersebut berarti yang bersangkutan ada kecenderungannya kepada dunia. 

Yang demikian ini karena jahilnya kepada akhirat, tegasnya seolah-olah belum masuk dalam perasaannya hakikat kenyataan bahwa akhirat lebih penting daripada dunia. Sedangkan mencari dunia dengan akhirat adalah kebodohan yang nyata, karena berakibat mengecilkan akhirat, tidak mengutamakannya dan tidak melebihkannya atas dunia. Hal ini disebabkan pula karena kelalaiannya bagaimana agungnya pemberian Allah s.w.t. di akhirat, baik pada kualitasnya maupun pada kuantitasnya. Justeru itulah hal keadaan ini perlu diperingatkan oleh yang mulia Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary dalam Kalam Hikmahnya yang ke-71, sebagai berikut:

"Sesungguhnya Allah Ta'ala telah menjadikan negeri akhirat tempat pembalasan pahala hamba-hambaNya yang beriman. Karena bahwasanya negeri ini (negeri dunia) tidak luas (tidak dapat menampung) sesuatu yang dikehendaki Allah untuk memberikannya kepada mereka itu. Bahwasanya Allah Ta'ala telah memuliakan (membesarkan) segala qadar (pembahagian) mereka, jauh dari (ukuran) pembalasan Allah kepada mereka dalam negeri yang tidak kekal itu."

Maksud Kalam Hikmah ini menerangkan kepada kita sebagai berikut:

Bahwasanya Allah s.w.t. telah menentukan dan menetapkan bahwa pahala amal ibadat hamba-hambaNya yang beriman tidaklah diberikannya di dunia yang fana ini, tetapi diberikan dan dikurniakanNya nanti di negeri akhirat baik sebelum masuk syurgaNya, apalagi setelah masuk ke dalamnya.

Kenapa demikian?

Hakikat hikmahnya dapat kita lihat pada dua gambaran sebagai berikut:

1. Bahwa dunia ini tidak dapat menampung bermacam-macam nikmat yang dilimpahkan Allah s.w.t. kepada hamba-hambaNya yang beriman. Baik nikmat-nikmat Allah Ta'ala itu dalam gambaran yang dapat ditangkap oleh pancaindera yang lima atau tidak. 

Persoalannya karena dunia ini sempit, tidak seluas seperti kehendakAllah dalam menampung nikmat-nikmatNya di akhirat. Cuba bayangkan menurut Hadis Rasulullah s.a.w. bahwasanya seorang mukmin yang taat dan patuh kepada Allah diberikan kepadanya di negeri akhirat sebidang tanah yang luasnya 700 tahun perjalanan kaki, cukup dengan perumahan dan segala-galanya. Itu baru buat seorang mukmin biasa, mukmin awam tetapi taat kepada Allah dengan mengamalkan ajaran-ajaran agamanya. Belum lagi buat hamba-hamba Allah yang saleh, yang khawash, apalagi yang khawasul-khawash, seperti para Rasul dan para Nabi, maka pastilah dan tidak mustahil pada akal, dunia ini dengan seluruh isinya sempit jika dibandingkan dengan kurnia dan pemberian Allah s.w.t. Dalam gambaran pahala yang bersifat maknawiyah, yakni melihat kepada kualitas perbandingan antara nikmat dunia dengan nikmat akhirat, juga sangat jauh bedanya. Dunia ini tidak sunyi dari kekurangan dan kerendahan. Tidak sunyi pula dari kehinaan dan nilai-nilai yang rendah, sedangkan nikmat-nikmat yang dinikmati ahli syurga sangat mulia dan sangat tinggi mutu kualitasnya. Karena itu dalam Hadis-hadis diterangkan bahwa tempat sangkut tongkat ahli syurga lebih bagus dari dunia dan seisinya. Juga digambarkan pula bahwa cahaya gelang dan kalung bidadari syurga Jannatun-Naim mengatasi cahaya bulan dan matahari tentang kebagusannya, tentang menariknya dan tentang kemilaunya. Cukuplah gambaran bagaimana kualitas dan kuantitas nilai yang tinggi dari nikmat-nikmat syurga itu dengan firman Allah s.w.t. dalam surat As-Sajdah sebagai berikut:

"Tidak seorang pun yang dapat mengetahui cahaya mata yang disembunyikan Allah untuk mereka sebagai pembalasan atas sesuatu yang telah mereka amalkan." (As-Sajdah: 17)

Ayat ini seolah-olah ditafsirkan oleh Hadis Nabi, Hadis Qudsi, sebagai berikut:

"Telah Aku sediakan buat hambaKu yang saleh sesuatu yang belum dilihat mata, dan belum didengar telinga serta belum terguris atas hati manusia."

Demikianlah tinggi nilai nikmat syurga di negeri akhirat, sehingga masih tersembunyi pada seluruh makhlukNya dan tidak mungkin dibayangkan ketinggian nilai nikmat syurga, selain nanti sajalah kita rasakan dan kita lihat apabila kita berkenan diizinkan Allah s.w.t. menjadi ahli negeri yang bahagia itu. Amin.

2. Dalam perbandingan antara nikmat syurga dan nikmat dunia, bahwa nikmat syurga itu sifatnya kekal abadi, sedangkan dunia dengan nikmat-nikmatnya adalah fana dan hina. Segala nikmat apa pun, meskipun lama masanya, tetapi pada suatu waktu akan lenyap dan fana; pada hakikatnya tidak berarti dan tidak bermutu. Tetapi nikmat-nikmat syurga Jannatun-Naim sifatnya kekal dan abadi, tidak akan habis, tidak akan hilang, dan tidak akan lenyap selama-lamanya.

Itulah nikmat-nikmat yang sebenarnya. Sangat besar dan sangat luas nikmat-nikmat Allah s.w.t. di negeri akhirat. Allah berfirman dalam surat Al-Insan, sebagai berikut:

"Dan ke mana engkau melihat engkau akan melihat (merasa) kesenangan dan kerajaan yang sangat besar." (Al-Insan: 20)

Bagaimana besarnya dan sangat besarnya kerajaan Allah s.w.t. di negeri akhirat oleh sebagian mufassirin telah mentafsirkan ayat ini dengan kejadian yang akan terjadi nanti di negeri akhirat. Kejadian itu ialah antara Allah s.w.t. dengan waliNya atau dengan hamba-hambaNya yang saleh. Allah s.w.t. berkata kepada malaikatNya: Pergilah kepada hambaKu itu dan mintalah izinnya karena ada pesan dariKu. Jika ia mengizinkan anda masuk ke rumahnya, maka masuklah. Jika tidak, maka kembalilah. Maka malaikat itu pun pergi kepada hamba Allah yang saleh melalui 70 penjaga pintu. Kemudian minta izin masuk untuk bertemu dengannya. Setelah mendapat izin masuk, malaikat itu pun masuk dan ia membawa sebuah surat dari Allah s.w.t. yang alamatnya sebagai berikut: Dari yang hidup tidak mati-mati kepada yang hidup yang tidak akan mati lagi! Sewaktu wali Allah itu mernbuka surat tersebut dia mendapatkan bunyi surat itu ringkas dan mantap ialah: HambaKu, aku rindu kepadamu, maka ziarahilah Aku!

Wali Allah itu pun bertanya kepada malaikat tadi, apakah Tuan membawa Buraq? Malaikat itu menjawab: "Ya." Kemudian naiklah ia ke atas Buraq. Waktu dia di atas Buraq, menyelinaplah ke dalam hatinya rindu yang mendalam kepada Allah s.w.t. dan tinggallah Buraq tanpa penunggang. Buraq sampai ke tempat pemberhentiannya tetapi orangnya tidak ada dan tidak tahu ke mana perginya.

Itu baru sebagian dari nikmat syurga, termasuk nikmat yang tertinggi, karena menemui Allah s.w.t. sebagai undanganNya, sebab Allah rindu kepadanya.

Kesimpulan:

Demikianlah perbandingan antara negeri akhirat dengan negeri dunia. 

Negeri akhirat adalah luas seluas-luasnya, nikmat-nikmatnya kekal, tidak lenyap dan tidak fana. Karena itulah maka Allah s.w.t. memutuskan dan menetapkan, bahwa tempat pahala buat hambaNya yang mukmin tidak mungkin di dunia, tetapi di akhirat. Apalagi nikmat syurga tidaklah sebentar yang seperti dirasakan di dunia, bahkan selama-lamanya. Inilah maksud dalam Hadis:

"Jikalau dunia itu dari mas yang sewaktu-waktu akan lenyap dan binasa, dan jikalau akhirat itu dari tembikar yang kekal selama-lamanya, sungguh orang yang berakal akan memilih yang kekal atas yang Jana."

Mudah-mudahan Allah s.w.t. menjadikan kita hamba-hambaNya yang saleh dan yang berakal menurut ajaran-ajaranNya, untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

Amin, ya Rabbal-'alamin!