Satu-satunya hal yang diingatnya adalah, nama yang diberikan oleh orang tuanya sebelum dia terbangun di suatu tempat yang asing.
Radit melihat sekelilingnya dipenuhi oleh ruangan berbatu yang megah, sepertinya itu bukan gua, karena batu-batu ini tersusun sangat rapi, sepertinya semacam bangunan kuno.
Tidak jauh dari sana, Radit melihat dari lubang kecil di sudut ruangan, terdapat cahaya dari luar yang menghiasi tempat gelap ini, dan sebuah bayangan.
"Apa-apan ini?!"
Semakin lama, bayangan itu rupanya menyadari keberadaan Radit. Oh sial! Kenapa harus di saat baru pertama kali terbangun? Ketika pikiran Radit dipenuhi oleh kalimat pesimis, pemilik bayangan itu kemudian menampakan diri.
Radit tidak tahu kenapa, meskipun lupa tentang bagaimana cara dia mengenali makhluk tersebut, dia menemukan bahwa monster ini adalah seekor yang bisa disebut sebagai "goblin" atau sejenisnya.
Goblin ini membawa sebuah balok kayu kecil dengan pakaian yang cukup primitif. Goblin ini setidaknya terlihat cukup terlatih. Warna tubuhnya berwarna kehijauan, dan terlihat garang.
Dia pasti ingin membunuh karena langsung mengayunkan senjatanya ke arah wajah Radit.
Menerima serangan mendadak itu, Radit terpental beberapa meter dengan wajah bengkak, pada saat itulah sebuah ingatan terlintas di kepalanya.
"Aku adalah dia! Siswa SMA yang tertabrak bus ketika menyelamatkan gadis."
Menemukan siapa dirinya, Radit merasa bukan saatnya memikirkan itu!
Dihadapannya, terdapat seekor makhluk kecil namun terlihat galak dan tanpa ragu akan membunuh siapapun. Radit langsung berlari ke arah sumber lubang cahaya, dan Goblin langsung mengejarnya.
Ketika sumber cahaya itu semakin dekat, Radit memutar balik arah pelariannya dan melakukan BRUSH! Dengan kakinya yang beradu dengan goblin, makhluk itu langsung terjatuh dan tengkurap, melepaskan balok kayu kecil yang terbang sejauh beberapa meter.
"Rasakan ini!"
Radit kemudian memukulnya, menggunakan senjata goblin itu sendiri. Dia memang sedikit merasa ragu untuk melakukannya karena ini akan menjadi pertama kalinya dia membunuh secara brutal.
Namun Radit tidak mempunyai pilihan, dia merasa lebih baik menghabisi daripada dihabisi. Setelah menyelesaikan urusan dengan goblin, tiba-tiba tubuh monster itu mengecil dan membentuk sebuah cahaya kecil.
Radit mendekatinya karena penasaran, benda itu memberikan respon. Cahaya itu langsung memasuki tubuh Radit!
"Aku merasakan tubuhku hangat."
Tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada dirinya, Radit hanya bisa berspekulasi bahwa setiap monster yang dikalahkan kemungkinan akan menjatuhkan semacam bola bercahaya. Itu mungkin adalah sumber kekuatan dia.
Radit terlihat akan game yang pernah dimainkan dia dulu, untuk mencapai level setinggi-tingginya memang dia harus mengalahkan sebanyak mungkin monster. Dan perasaan sebagai pemain game...
"Tidak, sepertinya aku adalah pemain dalam game itu sekarang!"
Senang atas kemenangan kecil itu, Radit melihat sekelilingnya dan menuju ke sumber cahaya. Kali ini dia mendengar sebuah suara berat.
"Seseorang akan membebaskan ku! Kau dan seluruh anggota keluargamu akan membayar ini!"
Begitu dengarnya, suara itu terdengar sangat pendendam. Hanya saja, Radit tidak menemukan siapa pemilik dari bunyi itu.
"Siapa yang berbicara?"
Merasa aneh karena tidak ada makhluk disana, dia hanya melihat sebuah pedang tua kotor yang tertancap di sebuah batu dengan rantai mengikat disana.
"Ah, tidak mungkin itu dia."
Melihat kondisi itu, Radit merasa tidak mungkin bisa mengambilnya.
"Rantai ini terlalu keras dan kalaupun bisa melepasnya, aku tidak yakin bisa mengeluarkanmu dari batu ini."
Menghela nafas putus asa, Pedang mengeluarkan kalimat lantang.
"Bocah disana! Kau akan mengeluarkanmu apapun yang terjadi!"
Terkejut oleh pernyataan ini, namun bukan karena oleh suara keras itu, Melainkan si pemiliknya yang ternyata sebuah pedang.
"Kau bisa bicara? Wow."
"...Hanya itu saja reaksimu, bocah?"
Radit menggaruk kepalanya, "Yah ... Ini bukan pertama kalinya aku mengetahui pedang bisa berbicara."
Radit ingat dia adalah pemain game sebelumnya, dia sudah sering mendapatkan item dan senjata kuat. Jadi tidak terlalu mengejutkan kalau dia pada akhirnya menemukan satu pedang yang memang benar-benar bisa berbicara.
"Hahaha, cukup lucu untuk mendengar itu darimu. Nah, bagaimana caramu mengeluarkanku dari tempat ini?"
"Apakah kau berfikir aku akan melakukannya?" Pedang seolah-olah menatap Radit bingung ketika dia mengatakan itu.
"Oh ayolah! Bisakah kau membebaskan ku dari penjara ini?! Aku sudah terkurung di tempat ini sendirian! Cukup! Aku sudah muak berada di tempat gelap dan kotor! Tempatku bukan di sini!"
Radit tertawa kecil, "Kau tidak sendirian bukan? Bagaimana dengan goblin itu?"
"Makhluk itu katamu? Ah, sampah! Siapa yang mau bersama mereka?"
"..." Radit tidak bisa banyak bicara setelah itu. Dia hanya memikirkan satu hal di dalam kepalanya, "Meskipun aku mau membebaskan mu tapi aku tidak tahu bagaimana caranya."
"Oh tentu saja kau bisa melakukannya."
Pedang kemudian menyuruh Radit untuk mendekatinya dan meletakan tangan untuk memegangi gagang pedang.
"Segel ini hanya akan hancur ketika seseorang bersedia melakukan kontrak denganku, aku memiliki semuanya. Kau tidak akan menyesal ketika menggunakanku."
Mengikuti petunjuk Pedang, Radit perlahan-lahan menyentuh dan memegangi gagang pedang. Pada saat itulah sebuah cahaya kecil muncul dari dalam tusukan pedang dalam batu dan perlahan meretakan rantai.
"Apakah ini akan berhasil?"
Rantai hancur bersamaan dengan batu yang berubah menjadi potongan seribu. Sementara itu, Radit harus terpental karena tidak mempunyai kesiapan untuk menangani situasi semacam ini.
"Oh ayolah, bisakah kau memegangiku dengan benar?"
Radit melihat pedang mengeluh ketika dia terlempar bersamanya dalam proses ledakan itu, Radit tertawa kecil.
"Nah bagaimana caramu untuk menepati perkataan mu tadi?"
Pedang terdiam sebelum mengeluarkan sebuah kalimat, "Status!"
Sebuah pesan tiba-tiba muncul yang memperlihatkan beberapa statistik di atas panel transparan.
• Nama: Radit LV 2
Ras: Manusia
Usia: 15 Tahun
ATK: 100
HP: 100
STA: 100
Radit melihat, sepertinya dia sudah di level dua dan bukannya satu. Dia merasa kemungkinan bola cahaya itu yang menyebabkan kekuatannya meningkat, Radit merasa sangat puas.
Sementara itu pedang tertawa keras dan terdengar mengejek, "Sepertinya orang tuamu terlalu memanjakanmu! Bagaimana kau bisa hidup dengan status lemah seperti ini?"
Meskipun Radit tidak merasa tersinggung dengan ucapan itu, dia justru mengamati lebih lama panel tersebut dan menyentuhnya.
"Ini terasa semakin nyata!"
Meluap, perasaan berpetualang dia meningkat! Dari yang awalnya hanya bisa melakukan secara terbatas di dalam game, kini Radit bisa melakukan apapun di dunia ini semaunya!
"Kalau boleh tahu, siapa namamu, Pedang?"
"Haha! Fate, ingat itu Rad."
"Fate, ya?"
Dan begitulah, pertemuan pertamaku dan Fate. Setidaknya sebelum petualangan di beberapa menit selanjutnya menyulitkan hidupku karena beberapa goblin tiba-tiba mengepung kami! Meskipun begitu, Fate terkesan cukup tenang.
"Kau bisa mengandalkan ku untuk ini, Rad. Setelah sekian lama akhirnya aku bisa bertarung!"