Chapter 3 - Aku Akan Mati

Setelah melalui perjalanan selama 4 jam dengan kereta sihir, akhirnya aku sampai di desa Fcihyn. Desa ini berada di tengah hutan. Nuansanya Tampak kuno dan tertinggal. Sepertinya ini desa terpencil.

Aku memberi Ongkos pada supir kereta sihir, lalu aku turun dan mulai memasuki desa. Di depanku terdapat gapura. Dan ada juga sebuah papan kayu yang terlihat lapuk. Di Sana tertulis: "256 penduduk." Itu adalah penduduk yang cukup banyak. Namun itu tidak Terlalu buruk. Setiap rumah di desa ini, sekitarnya terdapat banyak pepohonan yang tumbuh. Burung-burung berkicau, menciptakan melodi yang indah dan enak didengar telinga. Semilir angin menerpa menerpa pepohonan, membuatnya bergoyang, bersamaan dengan melodi kicauan burung.

Ini benar-benar menenangkan. Desa ini memiliki lingkungan yang masih asri dan terjaga. Udaranya juga sejuk.

Tinggal di tempat seperti ini adalah impian ku. Mungkin suatu saat, kalau aku punya banyak uang, aku akan tinggal di tempat seperti ini, namun bukan disini.

Oh, ada yang aneh. Desa ini sepi. Aku tak melihat adanya penduduk disini. Yah, sudah pasti ada hubungannya dengan tree man. Berbahaya bila terus diluar ketika monster sedang mengintai. Aku sudah berjalan sejauh 45 meter, dan akhirnya aku menemukan satu orang penduduk. Dia adalah seorang pria tua botak dengan wajah keriputan, janggut tebal, badan agak bungkuk, memakai kaos putih lusuh, celana panjang berwarna coklat, dan sandal yang terbuat dari karet. Aku mendekati pria tua itu dan menyapanya.

"Permisi tuan, apakah saya boleh bertanya?" Ucapku.

"Oh, seorang petualang! Boleh, kau boleh bertanya!"

Pria tua itu mengatakannya dengan semangat dan penuh senyuman.

"Tuan, saya ingin mencari kepala desa. Jadi, dimanakah kepala desa berada?" Tanyaku.

"Ooh, kepala desa... Dia ada di rumah. Kalau anda ingin ke rumah kepala desa, anda bisa pergi lurus terus ke depan, lalu ada perempatan, belok kanan. Setelah itu ada pertigaan belok kiri, dan jalan lurus lagi, setelah itu ada batu besar anda belok kanan lagi, dan anda akan menemui rumah besar yang mewah, itu adalah rumah kepala desa."

Pria tua itu menjelaskannya sambil menginstruksikan dengan kedua tangannya. Meski terdengar berbelit-belit, namun aku memahaminya.

"Hmm, begitu. Terima kasih tuan. Kalau begitu saya pergi dulu."

"Ya, hati-hati dijalan, wahai petualang! Semoga kau menjalankan tugasmu dengan baik!" Kata pria tua itu sambil melambaikan tangan kanannya.

Setelah berbincang dengannya, aku berjalan pergi meninggalkan pria tua itu. Aku berjalan kearah yang ditunjukkan olehnya tadi. Jalan lurus, perempatan belok kanan.....

Lurus lagi, pertigaan belok kiri.....

Lalu batu besar, belok kanan....

Yah, sebentar lagi aku sampai. Jaraknya tidak terlalu jauh. Aku juga melihat adanya penduduk lain. Sepuluh pria yang membawa banyak kayu bakar di punggungnya. Mereka semua terlihat kurus dan kotor. Seluruh kulit wajah mereka terdapat keringat yang mengalir deras, dan pakaian mereka juga penuh dengan noda. Namun aku tahu, orang seperti mereka adalah para pekerja keras yang mengerahkan seluruh tenaga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Aku berpapasan dengan mereka, dan menyapa dengan sopan. Lalu aku lanjut menuju ke rumah kepala desa.

Setelah banyaknya jarak yang terlalui, akhirnya aku sampai di depan gerbang rumah kepala desa. Hey, ini bukan rumah.... Ini lebih seperti mansion. Mansion yang dikelilingi dinding dan memiliki gerbang besi.

Aku juga melihat adanya pos penjaga keamanan di depan gerbang. Aku mendekat kearah pos penjaga keamanan. Setelah aku sudah sampai di pos penjaga, kulihat ada dua orang pria penjaga yang sedang mengobrol. Dan mereka juga langsung menyadari keberadaanku. Dengan cepat mereka berdiri, dan menanyaiku.

"Siapa anda? Anda bukan penduduk desa ini kan?" Tanya salah satu penjaga.

"Saya adalah seorang petualang. Saya datang kesini untuk memberi proposal kepada kepala desa dan meminta izin padanya untuk mengerjakan Quest disini." Jelas ku.

"Oh, petualang ya? Akhirnya ada petualang yang mau mengambil quest

Tree man. Desa ini akan aman kembali. Kalau begitu, tunggu sebentar, saya akan menghubungi kepala desa dulu."

"Baik, akan saya tunggu."

Aku menunggu si penjaga yang menghubungi kepala desa dengan telpon genggam. Satu penjaga lainnya menatapku dengan sikap waspada.

"Tuan Kepala desa, petualang yang anda inginkan telah datang.

Jumlahnya hanya satu. Eh, um... A-anda tolong tenang dulu, lebih baik anda lihat lebih dulu petualang ini. S-sepertinya dia memang... Kuat. Baik, saya akan memberitahunya."

Kemudian si penjaga menutup telepon. Wajahnya sedikit berkeringat.

"Ehm, wahai petualang, ikuti aku. Aku akan mengantarmu kedalam rumah kepala desa."

"Ah, baik. Terima kasih."

Setelah aku menunggu si penjaga menelepon kepala desa, akhirnya aku memasuki kediamannya. Gerbang besi terbuka, dan kami berjalan masuk ke halaman rumah... atau Lebih tepatnya halaman Mansion kepala desa. Halaman Mansion tampak bersih. Terdapat taman bunga yang ditumbuhi berbagai jenis bunga. Harumnya bunga-bunga itu bahkan bisa tercium oleh hidung ku dari kejauhan. Aku juga melihat adanya kolam air mancur yang memiliki air jernih.

Setelah melewati halaman, kami memasuki interior, atau bagian dalam mansion. Aku agak terkejut melihat interiornya. Interior mansion ini mewah dan berkelas. Lantainya terbuat dari kayu coklat yang kuat dan diselimuti karpet merah yang memanjang. Dindingnya terpasang beberapa lukisan, yang sudah pasti harganya selangit. Ada juga hiasan-hiasan lain yang tak bisa ku pahami.

Setelah berjalan menyusuri interior mansion, kami sampai di ruang tamu.

Disana terdapat seorang Pria yang berusia sekitar empat puluhan dengan rambut hitam yang disisir kebelakang, kumis hitam tebal yang melengkung keatas, badan gemuk, dan perut buncit. Dia memakai jas hitam yang mewah. Sepertinya dialah kepala desa Fcihyn.

Wah, penampilannya sangat kontras dengan penduduk lain. Rumah penduduk lain terlihat sederhana, dan penampilan penduduknya juga lusuh, kurus, dan kotor. Sedangkan dia malah punya mansion mewah, pakaian bagus, badan gemuk, dan hidup penuh kemewahan di desa terpencil seperti ini. Jangan-jangan dia korup- eh, tidak. Jangan berpikir terlalu jauh. Yah tapi aku yakin dia seperti itu.

"Tuan Kepala desa, ini adalah petualang yang ingin menemui anda." Kata penjaga.

"Oh, dia ya. Kalau begitu kau boleh pergi." Kata kepala desa.

"Baik."

Si penjaga pergi meninggalkan kami. Sekarang hanya ada aku dan kepala desa di ruang tamu ini. Kepala desa menatapku dengan seksama.

"Siapa namamu?" Tanya kepala desa.

"Namaku adalah Arde, petualang kelas D dari kota Belves. Saya datang

Kesini untuk memberi proposal kepada anda, untuk mengatasi tree man."

"Petualang kelas D? Hanya satu?! Jangan bercanda! Aku ingin petualang dengan kelas yang lebih tinggi! Bukannya petualang kelas rendahan sepertimu!!!"

Kepala desa membentak dengan wajah marah. Dia dengan sombongnya merendahkanku, hanya karena aku petualang kelas D. Padahal questnya saja yang rendahan.

"Tapi tuan, quest membasmi tree man adalah quest kelas D. Jadi saya yang juga termasuk kelas D tak masalah kalau mengambil quest tersebut."

"Hey, meski itu kelas D, jangan berpikir kau bisa melakukannya sendirian! Tree man itu tak hanya satu, tapi ada banyak! Aku akan menerima petualang kelas D, kalau mereka berkelompok dan jumlahnya banyak. Tapi kalau hanya satu, sama saja seperti lelucon!"

"Tuan Kepala desa, meski saya hanya kelas D, namun saya adalah petualang yang sudah berpengalaman selama empat tahun. Saya sudah menghadapi berbagai monster, situasi, dan masalah. Hanya sekelompok tree man saja tak ada bandingannya dengan semua hal yang pernah saya hadapi selama ini. Jadi, saya mohon anda izinkan saya untuk mengatasi ancaman tree man di desa ini."

Kepala desa diam sejenak. Lalu dia menganggukkan kepala.

"Baik baik. Kalau begitu kau boleh membasmi para tree man itu. Namun kau harus berhasil!"

"Saya berjanji akan berhasil."

"Kalau begitu, sebelum kau pergi, kau harus didampingi oleh seorang pemandu. Dia akan membantu mu mencari lokasi para Treeman."

Dari luar ruang tamu, aku mendengar suara langkah kaki. Lalu pintu terbuka, dan terlihat lah seorang pria berambut pirang gelap, dengan wajah yang memiliki banyak bekas jerawat, berbadan tinggi dan berotot. Dia memakai. Jaket Merah, celana coklat panjang, sepatu bot, dan di punggungnya terdapat tombak yang agak panjang.

"Perkenalkan, namaku adalah Gord. Aku akan menjadi pemandu mu." Kata pria itu.

"Aku adalah Arde, salam kenal."

"Nah sekarang kalian bisa pergi. Cepat basmi para tree man dan buat desa ini kembali aman!"

"Baik."

Aku dan Gord keluar dari ruang tamu, meninggalkan kepala desa sendirian. Langkah demi langkah berlalu, kami keluar dari mansion dan menuju ke hutan pinggir desa.

Hutan yang kami masuki memiliki banyak pohon tinggi. Dan juga semak belukar yang cukup merepotkan kami. Gord berjalan dengan cepat di depanku. Dia terlihat seolah-olah sudah hafal semua tempat di hutan ini.

Kami menjelajah hutan hingga matahari berada tepat ditengah. Namun kami tidak merasakan panasnya matahari karena pepohonan yang menutupi atas kami.

Tak lama kemudian, kami sampai di sebuah tempat yang terdapat banyak pohon tua yang tumbang. Dan disana terlihatlah makhluk humanoid mengerikan, dengan kepala berbentuk pohon disertai dedaunan, tanpa mata, seluruh kulitnya berupa kulit kayu pohon yang keras dan kasar, kaki dan tangan yang punya cakar tajam. Mereka semua berjumlah lima.

"Hanya ada lima. Aku yakin, pasti masih ada yang lain." Kata Gord.

"Gord, apa kau pernah menghadapi Treeman sebelumnya?" Tanyaku.

"Ya, aku sudah berkali-kali menghadapi mereka. Mereka adalah makhluk merepotkan dan berbahaya."

Gord mengatakannya sambil menatap para Treeman yang masih berdiri tegak. Beberapa detik berlalu, para treeman mulai berjalan. Mereka berjalan menjauh ke arah Utara, meninggalkan tempat ini.

"Ayo ikuti mereka. Mereka pasti akan kembali ke sarang mereka." Kata Gord.

"Ya."

Aku dan Gord mengikuti para Treeman. Mereka melangkah dengan sangat pelan sekali. Namun kami tetap mengikuti mereka dengan sabar. Kami juga menjaga jarak dari mereka, karena Treeman memiliki pendengaran dan sensor yang cukup baik. Kami terus mengikuti para Treeman sampai satu jam telah berlalu, kami akhirnya sampai di sarang mereka yang ada di dalam sebuah goa. Mereka jalannya pelan banget, dasar lamban!

Namun...

"Woah...."

Aku melongo, dan seolah tak percaya dengan apa yang kulihat. Gord juga sama. Didepan kami, terdapat 25, Treeman yang duduk bersila mengelilingi sebuah pohon besar. Pohon besar itu memiliki daun yang juga besar dan juga memiliki banyak sulur yang memancarkan cahaya biru. Tanah, bebatuan, dinding, dan langit-langit goa ditempeli oleh taburan bubuk yang bersinar seperti bintang. Semua Treeman itu terlihat seperti bersila diantara langit malam berbintang, dan pohon besar di tengahnya sebagai pusat kosmos. Ah, aku terlalu banyak menghayal.

"Arde, apa ini benar-benar quest kelas D?" Tanya Gord dengan wajah tegang.

"Iya, ini quest kelas D. Tapi apa yang ada didepan kita ini sangat tidak terduga. Aku lebih setuju kalau ini adalah quest kelas C atau B-." Jawabku.

"Kita tak bisa langsung main Serang kan?" Tanya Gord lagi.

"Jangan, kita lihat dulu. Kita perlu mencari tahu, pohon besar itu apa."

"Ya..."

Kami memilih untuk menunggu, dan melihat para Treeman yang masih duduk bersila mengelilingi pohon besar aneh. Mereka tak bergerak sedikitpun. Aneh, aku tak tahu apa yang terjadi. Ini bukan pertama kalinya aku melihat atau menghadapi Treeman. Namun ini pertama kalinya aku melihat mereka bertingkah seaneh itu.

Treeman adalah makhluk tak berakal yang menyerap darah, dan sari pati manusia sebagai nutrisi untuk hidup.

Mereka selalu bertindak secara berkelompok, namun hanya kelompok kecil yang terdiri dari tiga hingga enam Treeman. Treeman yang kami lihat ini sangat tidak normal. Mereka berjumlah 25, duduk bersila dengan dengan formasi unik mengelilingi pohon besar yang jauh lebih aneh lagi.

"Arde, kau adalah petualang berpengalaman selama empat tahun kan? Apa kau belum pernah menjumpai pohon itu?"

Gord bertanya.

"Aku belum pernah menemui pohon itu. Aneh bukan?"

"Ya, itu adalah pohon yang aneh."

.....

Kami tiba-tiba merasa akan ada bahaya. Kami mulai melihat pohon besar dengan lebih teliti. Sulur-sulur pohon itu tiba-tiba bergerak, lalu menancap ke kepala 25 Treeman.

Tak lama kemudian, pohon tersebut mulai menembakkan sesuatu yang kecil ke segala arah, jumlahnya ada banyak sekali.

"Apa itu tadi!?" Tanyaku.

"Aku tak tahu!"

Sulur-sulur yang menancap pada 25 Treeman mulai tercabut. Kemudian semua Treeman yang ada disana mulai berdiri dan memandang kearah kami. Mereka berjalan kearah kami dengan langkah yang lambat. Aku dan Gord sontak terkejut.

"Sial! Kita ketahuan!" Kata ku.

"Lari!"

Kami mencoba untuk kabur. Namun tak disangka, jalan keluar dari goa terhalang oleh batang kayu berduri yang besar.

"Arde, kau bisa sihir?" Tanya Gord dengan panik.

"Ya aku bisa!"

"Gunakan sihirmu untuk membakar kayu ini!"

"Hey, menggunakan sihir api di dalam goa sama saja dengan bunuh diri! Kita akan kehabisan udara, sesak nafas, dan akhirnya mati!"

"Lalu kita harus apa?"

Gord semakin panik. Aku mulai mencari ide dan langsung menemukannya.

"Hey, apa di gua ini ada jalur lain?"

"Ada, namun aku tak yakin bahwa itu jalan keluar."

"Kita lewat situ saja! Kita harus kabur terlebih dahulu!"

"Ya!"

Tak lama kemudian, aku dan Gord memutar arah, dan berlari menuju ke jalur lain di gua ini. Ketika kami hendak pergi, kami melihat sesuatu yang mengerikan. Jumlah Treeman yang awalnya 25, berubah menjadi 50.

"Apa yang terjadi! Kenapa mereka malah bertambah banyak!" Kata Gord dengan panik dan tegang.

Tak berhenti sampai disitu, penyebab bertambahnya jumlah Treeman telah terungkap. Dari tanah dan dinding, keluarlah 30 Treeman yang merangkak keluar. Lebih tepatnya, mereka baru saja terlahir. Yang ditembakkan oleh pohon besar itu adalah benih, yang kemudian tumbuh menjadi Treeman.

"Mereka terus bermunculan! Kita harus segera pergi dari sini Gord." Kata ku.

"Ayo!"

Kami terus berlari tanpa henti meninggalkan tempat ini. Namun para Treeman malah mengejar kami. Mereka berlari mengejar kami dengan sangat cepat!

"Sial, kenapa mereka bisa bergerak secepat itu!?" Tanya Gord

"Aku juga heran, seharusnya Treeman bergerak sangat lambat. Tapi mereka berbeda!"

"Apa ini ada hubungannya dengan pohon besar tadi?" Tanya Gord.

"Mungkin. Kita harus keluar dan aku akan melaporkan ini pada guild petualang!!"

Kami berbicara sambil berlari di lorong goa. Beruntungnya, lorong goa yang kami lalui tidak bercabang-cabang. Sudah pasti kami akan sampai ke mulut goa, lalu keluar.

Aku dan Gord sampai di ujung lorong goa. Namun kami malah mendapati jalan buntu. Di depan kami terdapat sebuah jurang yang sangat dalam. Kami tak bisa melihat dasarnya. Namun jauh lagi di depan kami, di satu sisi tepi jurang, aku melihat adanya lubang yang kemungkinan adalah jalan ke sebuah lorong goa yang lain.

"Jalan buntu!? Aaaaargh!!! Di belakang kita juga ada gerombolan Treeman yang sedang mengejar! Kita tak bisa ke depan, namun kita juga tak bisa kebelakang! Apa yang harus kita lakukan!?"

Gord bertambah panik dan ketakutan. Berbeda denganku, aku masih bisa tenang dan memikirkan cara supaya kami bisa selamat. Ini bukan pertama kalinya aku menghadapi situasi darurat semacam ini. Aku punya ide.

"Gord, aku akan menggunakan sihirku."

"Sihir?"

"Ya, sihir!"

Aku berdiri, menghadap kearah jurang. Lalu aku mengarahkan tanganku ke bawah kakiku.

"Sihir pendukung, papan sihir!"

Setelah merapal mantra itu, dibawah kakiku dan Gord muncul sebuah papan tembus pandang berbentuk persegi. Kemudian papan itu membawaku dan Gord terbang diatas jurang yang dalam. Kami terbang dengan papan ini dengan kecepatan sangat rendah.

"Wah, hebat. Kita terbang! Ini sihir yang luar biasa Arde!"

"Gord, tolong jangan banyak bergerak. Aku masih kesulitan mengendalikan papan sihir ini. Aku harus sangat berhati-hati."

"Baik."

Wush....

Aku sedikit menambah kecepatan. Kami hampir sampai di tepi jurang yang lain, dan masuk ke lorong yang kami tuju.

Di tepi jurang yang kami tinggalkan tadi terdapat para Treeman yang berdiri, diam, dan menatap kami.

"Hahaha! Mereka tak bisa melakukan apapun pada kita sekarang. Kita berhasil kabur dari mereka!" Kata Gord sambil menunjukkan wajah bahagia.

Aku juga senang kami bisa lolos dari makhluk mengerikan itu. Namun entah kenapa perasaanku menjadi tidak enak. Pasti sesuatu yang buruk akan terjadi padaku.

Disaat aku sedang berpikir, tiba-tiba papan sihir yang kami naiki seperti dihantam sesuatu dan berguncang hebat. Gord terkejut dan berpegangan padaku.

"Waaah!! Kenapa benda ini berguncang!"

Aku melihat kearah para tree man yang ada di tepi jurang. Mereka mengarahkan tangannya kepada kami. Dari tangannya, tumbuh sesuatu yang tajam. Kemudian itu melesat dengan cepat kearah kami.

Duar!!!

Papan sihir pecah, dan kami terjun bebas kedalam jurang.

"Uwaaaaaaaahhh!!!!!"

Aku dan Gord berteriak bersamaan.

Kami jatuh ke dasar jurang, kami akan mati!!

....

...

..

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

______________________________________

.....

"Uhhh, apa yang terjadi...."

Aku perlahan membuka mataku. Aku dalam posisi berbaring. Kulihat langit-langit, hanya ada kegelapan.

Aku mencoba bangun, dan kulihat didepanku terdapat sungai kecil yang diatasnya terdapat partikel cahaya biru yang beterbangan. Aku masih berada di dalam goa, dan didepanku mungkin adalah sungai bawah tanah dengan konsentrasi mana yang tinggi. Aku melihat sekelilingku, dan kudapati Gord yang berbaring jauh di sampingku. Aku mendekatinya, lalu ku periksa apakah dia masih bernafas atau tidak. Dan syukurlah, dia masih bernafas.

"Akhirnya kau sudah bangun."

Kudengar suara perempuan di belakangku. Aku sontak menghadap kearahnya. Dihadapanku terdapat sesosok wanita yang belum jelas wajahnya. Sosoknya masih tampak seperti siluet gelap. Beberapa saat kemudian, ratusan partikel cahaya biru menyinari sekitar kami, membuat segalanya terlihat jelas.

Akhirnya aku melihat sosok perempuan di depanku, yang sebelumnya masih berupa siluet gelap.

....

"Ya ampun, cantiknya!!!"

Aku secara tak sengaja mengatakan itu. Aku langsung menutup mulutku dengan tanganku. Yah, dia sangat cantik sekali dan keren. Sosok perempuan di depanku memiliki wajah yang cantik jelita, berkulit putih, mata biru laut dalam, bibir tipis yang lembut, rambut hitam panjang yang diikat ke belakang, dan tinggi badan yang mungkin sekitar 175 cm. Dia memakai jaket panjang bertudung berwarna hitam, dan di bagian pinggangnya diikat oleh ikat pinggang yang terdapat beberapa tas kecil. Dia memakai sepatu hak tinggi dengan desain yang keren, lalu tangannya memakai sarung tangan hitam yang terpasang beberapa perangkat canggih yang tak kupahami. Mungkinkah dia datang dari Zona robot? Atau Zona esper?

"Akhirnya, aku menemui mu kakak."

.....

Kakak? Siapa yang dia maksud? Aku?

"Aku bersyukur, aku masih sempat menemuimu di cabang takdir ini."

Setelah mengatakan itu, dia memelukku dengan erat. Aku terkejut dengan aksinya.

"H-Hey! Apa yang kau lakukan?! K-Kenapa kau memelukku?! S-Siapa kau?!" Kataku dengan gugup.

Setelah beberapa detik kami berpelukan, dia melepas pelukannya dariku. Lalu dia menatapku dengan mata berkaca-kaca.

"Aku adalah Kiara. Adikmu, yang berasal dari cabang takdir lain."

.....

Bersambung