Baru saja satu hari setelah hari kejadian pertarungan antara Twillight dan Allysia, kelas kami berkurang satu orang dipindahkan ke kelas A.
Allysia dipindahkan kesana, ke kelas tertinggi karena ternyata kesalahan pindah yang dilakukan minggu lalu.
Tanpa pamit, kelas kami ke posisi semula kembali, dan rapat pemutusan anak-anak yang ikut festival nanti dirombak total karena kepindahan Allysia.
"Sayang sekali, padahal dia cantik," ucap salah satu anak cowok yang keluar dari kelas setelah rapat selesai.
Begitu banyak kekecewaan setelah Allysia keluar dari kelas itu, karena selain Twillight dan teman-temannya, semua orang taunya Allysia adalah seorang siswi yang punya paras begitu cantik dengan rambut halus.
Twillight termenung menatap langit dibalik jendela kelasnya.
Sesuatu yang tak aku bisa bayangkan bagaimana dia kesal kemarin, amarahnya memuncak, sangat-sangat memuncak, pijakan kakinya tertanam di ruang UKS karena sosok orang yang dia lawan.
[POV Queen]
"Kau tak apa, pahlawan?" Aku bertanya kepadanya yang masih termenung dan dia bergeming sedikit dan menghembuskan nafas panjang.
"Tak apa, ayo kita ke kantin, ajak Beel dan Riel sekalian." Twillight mengajak diriku untuk pergi ke kantin.
Belum saja sampai di pintu, sosok yang membuatnya seperti itu menunggu Twillight keluar dari sana.
"Tak ada yang bisa kita bicarakan, Ally." Twillight segera memutus komunikasi yang bahkan belum dimulai oleh sosok yang menunggunya di depan pintu.
Allysia ternyata menanti Twillight namun dia tak berbicara sama sekali dan menatap Twillight dengan tatapan yang menyedihkan.
"Sudahlah Ally, kau tidak puas dengan kemarin?" bisik Beel yang mendekati Allysia dan dia membuka mulutnya.
"Aku akan menunggu kalian merebut diriku," gumam Allysia kecil memberikan isyarat kecil kepada kami dan dia bergegas ke kelasnya kembali.
Kami bertiga mengejar Twillight yang berjalan duluan ke kantin dan akhirnya pesan tadi kami sampaikan kepada Twillight setelah kami selesai makan siang.
••••
"Selamat datang, Tuan Kelvin. Sudah lama anda tidak datang ke tempat ini,"
Pemimpin Luxury Palace menyambut kedatangan Sir Kelvin dari keluarga Terraheart yang menginjakan kaki di markas besar Luxury Palace yang diisi oleh bangsawan kelas atas yang dipilih oleh mereka.
"Terimakasih, Erwin atas sambutannya. Wah sudah lama sekali aku tak menginjakan tempat ini." Kelvin yang menjadi guru di tempat tersebut menduduki kursi tahta yang merupakan tempat duduk milik Erwin dan menjadi center diantara para siswa/siswi bangsawan yang fokus akan apa yang mereka lakukan masing-masing.
Erwin duduk di sebelah Kelvin dan sebelas murid yang tergabung dalam grup itu sudah dalam posisi siap mendengarkan apa yang diucapkan oleh Kelvin.
"Memang kalian adalah murid terbaik yang aku banggakan, apakah sudah waktunya memilih 4 orang kelas pemula untuk mengisi 4 kursi kosong Luxury Palace?" seru Kelvin sambil memakan daging yang menjadi makan siang semuanya saat itu.
Kaki yang naik ke atas meja dan posisi yang menatap langit-langit membuat semua orang terkejut melihat sosok yang tidak di undang dalam makan siang Luxury Palace.
"Dia siapa?" tanya Kelvin yang menyantap dagingnya dan semua orang menatap seksama pria yang
Siswa itu menatap Kelvin dengan tatapan yang meremehkan dan menendang meja yang yang membuat semuanya dalam posisi siap bertarung.
"Aku adalah siswa tingkat pemula terbaik di sekolah ini, salam kenal, senior sekalian."
Dia berbicara saat beberapa serangan menyerang dirinya, namun dengan keseimbangan yang sangat hebat dia menjatuhkan beberapa murid yang menyerang dirinya.
"Tuan Kelvin, serahkan ini kepada diriku, 1 menit cukup harusnya." Erwin memberikan lingkaran pemisah yang menjadi medan pembatas yang memisahkan dirinya bersama yang lainnya.
"Aku beri dirimu 3 kali kesempatan memukul diriku," seru Erwin mengaktifkan chakra yang terpendam pada tubuhnya dan membeludak setelah medannya berhasil menutupi semuanya.
Semuanya tertawa sembari bersantai kembali melihat ketua dari Luxury Palace turun tangan secara langsung.
"Hancurkan dia Erwin!"
"Hancurkan!"
"Beri dia pelajaran yang setimpal!"
"Jadikan dia saus tartar!"
Erwin mengangkat tangannya tinggi dan bagaikan seorang eksekutor yang menghabisi lawannya secepat kilat.
"Payah, kukira berlian ternyata hanya kertas."
Teknik yang begitu kuat di terima oleh siswa tersebut, badannya tersayat-sayat dan sekarang dalam posisi tak sadarkan diri.
Semuanya menyoraki kekuatan leader yang mereka angkat memimpin generasi tersebut dan Sir Kelvin tersenyum melihat juniornya tumbuh menjadi sesuatu yang sangat kuat.
Tubuh siswa tersebut di lempar ke luar dan pintu basecamp Luxury Palace ditutup dan saat dibuka oleh angin, ruangannya sudah menghilang begitu cepat.
"Sepertinya tak salah aku menjadikanmu ketawa dari Luxury Palace, kerja bagus Erwin." Pujian datang dari Sir Kelvin dan semuanya saling menatap.
"Terimakasih Sir Kelvin atas sanjungannya," ucap Erwin menerima pujian tersebut.
"Perketat keamanan tempat ini, kejadian tadi hanya boleh terulang sekali, ingat itu." Erwin membagikan telepati setelah dia menyentuh gadis yang menjadi pelayannya kepada sepuluh orang yang menjadi anggota dari Luxury Palace.
Erwin menatap tajam semuanya dan kembali tersenyum kepada Sir Kelvin yang baru saja akan pergi dari ruangan itu.
"Ah iya satu lagi Erwin, pekan depan anak pemula akan mengadakan itu, di kompetisi berburu, pilih kandidat yang kalian pilih dengan analisis kalian, kalian mengerti?" Kelvin membuat semua anak-anak itu menyeringai karena dari sanalah pertama kalinya juga mereka dipilih menjadi para pemilik kursi di Luxury Palace.
Ucapan tersebut adalah sinyal bahwa generasi baru Luxury Palace akan segera dipilih kembali.
"Dengan senang hati, Sir Kelvin." Semuanya mengatakannya dengan tatapan melihat satu sama lain karena ajang itu juga semuanya saling menjatuhkan lawan untuk mendapatkan peringkat baru dan berkesempatan mendapatkan kursi lebih tinggi atau turun peringkat.
Ya, Luxury Palace adalah tempat 15 kesatria bersaing meraih peringkat mereka sendiri dan rata-rata anak-anak disana adalah peringkat teratas sekolah dan gengsinya sangat lebih tinggi dari biasanya.
"Pangeran dan Tuan Putri" nan Elite, Elitis bangsawan kelas atas, Luxury Palace adalah tempat tersebut, tempat dimana kekuasaan yang kalian punya dapat menginjak siapapun yang ada di sekolah tersebut tanpa terkecuali.
Anak-anak yang dapat mematahkan perintah OSIS dan juga mendapatkan keinginan besar dan disetujui oleh Kepala Sekolah.
Luxury Palace, tempat pertama kali Pahlawan Fernandez yang agung, Barbara Ainz Fernandez mendirikan tempat paling agung di Akademi Tollbass.
Luxury Palace adalah tempat yang sangat menjadi rebutan bangsawan kelas atas.
Kecuali mereka yang melawan arus alam...
Beel dan Riel terlihat menatap papan berisikan nama anak-anak yang ikut festival Minggu depan, Twillight yang terlihat putus asa duduk di jendela yang sedang bertiupkan angin musim gugur tanda bahwa festival ini adalah penilaian bersama kelas yang harus mereka capai sebagai tahap awal kelas ini bangkit.
Timothy masuk ke kelas yang hanya berisikan Twillight, Beel, Riel, Queen dan 3 orang lainnya yang putus asa dengan apa yang terjadi hari tersebut.
"Terimakasih semuanya atas beberapa bulan ini, maafkan aku kalau sebagai ketua kelas aku hanya seperti orang idiot yang kesana kemari, selamat tinggal semuanya, semoga kalian menjadi pribadi yang hebat."
Timothy meninggalkan semuanya dan melepas lencana huruf F di bajunya, dan huruf lain dia pasangkan menggantikan huruf F dan itu adalah huruf D.
"Aku, Timothy Carnbule siswa kelas D mengembalikan apa yang menjadi hak kalian, sampai jumpa!" ucap dirinya setelah memberikan kartu dana milik kelas F dan dia meninggalkan kelas tersebut sebagai siswa terakhir yang menjadi pengkhianat kelas F saat itu.
Tragedi pindahnya Allysia kemarin menjadi rantai penghancur kelas ini, dari 30 orang siswa yang tersisa, 23 orang pindah atas kuasa bangsawan yang mereka miliki dan mengajukan perpindahan kelas dan semuanya di setujui oleh kepala sekolah melihat peran penting keluarga mereka terhadap perkembangan sejarah dunia.
Queen menarik telinga Twillight yang putus asa dan menariknya ke tengah-tengah dekat papan tulis, dia menampar Twillight seketika dan semuanya memperhatikan Queen kali ini.
"Percuma juga kalian putus asa, mari tentukan sekarang kalian ingin tetap memilih kelas ini ada atau menghilangkan kelas ini!"
Semua menatap Queen kedepan dan Twillight yang sudah lepas dari Queen mengatur nafasnya dalam-dalam.
"Sebelumnya aku adalah Elvian Robinson dan tidak seperti yang lainnya, aku tidak bisa berbuat sesuka hatiku seperti mereka, aku hanya rakyat biasa yang dibawa arus oleh mereka para bangsawan yang hanya tau bersenang-senang."
Sosok pemuda yang bertubuh pendek yang mereka berempat sendiri masih belum mengenalnya pertama kali angkat suara.
Dua yang lainnya tertunduk saat Elvian mengatakan tersebut.
"Kami adalah yang tersingkirkan di awal saat kelas ini jatuh, bahkan semua orang tak pernah menyapa kami, bukankah lebih baik kalian minta kelas ini bubar saja?" Elvian melanjutkan perkataannya dan berjalan lurus menatap Twillight yang masih dalam keadaan setengah sadar.
"Jadi kalian ingin kelas ini bubar?" Twillight akhirnya menatap ke depan dan menatap tajam Elvian yang ketakutan karenanya.
Tubuhnya bergetar saat menatap bangsawan satu itu, hal yang paling mereka takut saat berhadapan dengan bangsawan adalah orang ini, Twillight yang merupakan peringkat pertama sekolah ini.
"Ya, aku ingin semuanya bubar. Kami bertiga hanyalah orang yang manut ketika keputusan sudah berbentuk tulisan, kami hanya rakyat biasa yang tak punya power untuk berbuat seperti kalian lakukan, kami hanya sisaan yang menunggu keputusan kalian, jangan tanyakan kepada kami apakah kelas ini akan bubar atau tidak, sialan!"
Elvian mendorong Twillight dengan tubuhnya yang bergetar, dan ucapannya bukanlah sesuatu yang salah, namun saat mendengarnya Beel segera mendekati anak itu namun Riel menahannya.
"Maaf!"
Suara siswi yang merupakan salah satu dari tiga murid itu berjalan dan mendekati mereka, lalu siswa bertubuh besar berjalan dibelakangnya dan berdiri di belakang Elvian.
"Elvian, kau terlalu menyalahkan keadaan mereka. Tak boleh seperti itu juga." Gadis itu menyentil laki-laki yang ada di hadapannya dan Elvian segera memegang dahi yang dia sentil.
"Aku ingin kejelasan semuanya, Tuan Twillight," lanjutnya sembari duduk di meja dengan rambut yang tergerai berantakan.
Twillight tersenyum pada akhirnya, tangannya menutup matanya dan tawa besar muncul dari dirinya.
"Hahahahaha, kejelasan ya, menarik!"
Suara Twillight berubah total, semuanya memperhatikan pria yang akalnya lebih gila dari siapapun.
"Apa-apaan ini Twillight? Apa yang harus dijelaskan?" Beel tergerak maju ke depan Twillight dan makin kebingungan saat Twillight terus tertawa dan membesar.
"Hoi Himeko, apa maksudnya?" Elvian bertanya kepada gadis yang ada di depannya dan gadis itu juga tertawa besar.
Riel, Queen, Beel, Elvian dan pria besar itu semakin bingung melihat kedua murid yang sejak awal belum pernah bercengkrama.
"Perkenalkan semuanya, pelayan setia keluarga Hernandez, Himeko Amegawa, aku adalah kakak tersayang sekaligus pelayan dari Tuan Twillight, salam kenal!"
Himeko membuat dirinya bersinar dan Elvian yang mengetahuinya termundur namun ditahan sosok besar dibelakangnya.
"Kau benar-benar membuat semuanya terkejut Hime, sangat menarik!" Twillight masih tertawa dan dalam langkahnya aura yang begitu besar menyelimuti seisi kelas dan dia tersenyum kepada semua orang.
"Jadi apa maksud semua ini, Twillight?" Riel segera membuka suara dan duduk di dekat Queen yang menyilangkan tangannya.
Beel berjalan menutup pintu dengan perasaan yang bingung, siswa berbadan besar mengambil kursi untuknya dan Elvian.
Semuanya fokus menatap Twillight yang sangat bahagia, berbanding terbalik dengan sosoknya tadi, sosok orang yang putus asa.
"Seleksi alam, itu yang aku lakukan kali ini," ucap Twillight yang membuat Beel yang kebingungan segera melesat dengan semua Cakra yang mengalir dan mencekik Twillight.
Riel mengambil langkah cepat menghentikan kaki yang mengincar Beel, Himeko mundur beberapa langkah melihat lawannya menghentikan serangannya.
Twilight dan Beel saling menatap satu sama lain dengan keangkuhan yang tidak mau mereka lepaskan di masing-masing pihak.