Chereads / Let me be carefree, please / Chapter 49 - Plotter's Invitation

Chapter 49 - Plotter's Invitation

Eideth menunduk ingin memandang mata Carmilla, dengan melakukan itu, lukanya yang belum sepenuhnya sembuh berdenyut. Eideth menahan sakit dan rekan-rekannya khawatir, "sudah kubilang jangan banyak bergerak, Kamu baru saja dioperasi" marah Penyihir. Eideth menjawab Ia tidak apa-apa, dan lanjut melihat Carmilla. Eideth melihat keadaan Carmilla yang menyedihkan.

 

Carmilla berlutut karena lumpuh, Ia bahkan tak bisa mengangkat sebuah jari karena [Stasis] miliknya. Tangan kanan Carmilla jatuh ke tanah, berubah kembali menjadi dahan pohon. Kekuatan Transmutasi miliknya terputus saat Ia melepas konsentrasinya, walaupun tangannya terputus kembali, darahnya tidak keluar bagai [Stasis] membekukan semua sel termasuk darahnya.

 

Eideth bertanya, "apa yang Kamu ingin lakukan selanjutnya". "Mungkin Aku akan pulang, Aku perlu memulihkan tanganku" jawabnya pasrah. Eideth mengembalikan tangan kanan Carmilla yang terputus lalu menyambungkannya kembali. Rekan-rekannya kaget namun melihat Carmilla masih dalam keadaan lumpuh, mereka tidak bisa terlalu berkomentar. Eideth menoleh pada Reinhardt, Ia tak menyembunyikan identitasnya lagi. Ia hampir saja mati sebelumnya, Reinhardt pasti sudah melihat wajahnya dengan jelas dan mengetahui siapa dirinya.

 

"Jadi, apa yang Kau ingin lakukan padanya" tanya Eideth. "Kami akan membawanya ke penjara Kekaisaran Lucardo dan menginterogasinya, ini adalah kali pertama Kita berhasil mengalahkan seorang Apostle, semua ini berkat—", "ya, ya, Aku senang Kamu senang, tapi Aku ingin melepaskannya" potong Eideth. Betapa terkejutnya wajah mereka mendengar perkataannya itu. Setelah mereka susah payah mengalahkan Apostle itu, Eideth ingin melepasnya begitu saja.

 

"Apa Kau gila" teriak Reinhardt tak percaya. "Haah… yang benar saja Aku harus melanjutkan pembicaraan bodoh ini, apa Kau gila" Eideth melontarkan pertanyaan itu kembali padanya. Reinhardt tertegun diteriaki seperti itu, Pengawal Reinhardt mencoba memarahi Eideth tapi Reinhardt menghentikan mereka, Ia ingin mendengar penjelasan Eideth. 

 

"Coba pikirkan baik-baik, apa Kamu bisa membawanya ke penjaga Kekaisaran Lucardo, Kita bahkan tidak bisa melukainya dengan benar, dan Carmilla masih bermain-main dengan Kita sedari awal" Eideth mengungkapkan fakta yang mereka tidak percayai. "Seekor Naga dan Wyvern yang bisa merobek baju besi dengan cakar mereka, ditepis kesamping dengan ayunan tangan, serangan sihir dan tebasan pedang tak bisa menggoresnya, bagaimana Kamu punya ide untuk membawanya kesana" tegur Eideth.

"Kamu lihat bukan kekuatannya barusan, Ia memegang sebuah dahan dan merubahnya menjadi lengan, Kamu ingin membawanya ke Penjara yang terbuat dari besi dan membiarkannya membunuh tahanan lain, tidak lebih baik dari itu, bagaimana jika Ia menggunakan tahanan lain untuk memberontak pada Kekaisaran" Eideth mengungkapkan semua kemungkinan terburuk dalam kepalanya. Carmilla melihat Eideth dengan terkagum-kagum, bagaimana Eideth tahu apa yang bisa saja Ia lakukan. 

 

"Satu-satunya alasan Kita selamat hari ini, karena selamat hari ini karena Ia menargetkanku, dan Ia gagal, itu saja" Eideth benar-benar memarahi Reinhardt dan rekan-rekannya. "Tapi lihat dia, kekuatanmu bisa melumpuhkannya, kalau Kamu ikut bersama Kami ke Lucar—", "belum lagi karena Kamu," Eideth memotong perkataan Reinhardt dan menunjuka padanya, "Kami terjerat dalam masalah ini, Aku hampir jadi korban, Kamu minta Aku mengabdikan diri pada negara karena masalahmu Pangeran, bukankah Kau harusnya memberiku dan rekanku kompensasi atas kejadian ini" bentak Eideth. benar-benar meluapkan kekesalannya pada Reinhardt.

 

Carmilla hanya duduk disana melihat kejadian seru berlanjut didepannya, ikut menyoraki Eideth mengambil sisinya dan memanaskan suasana. "Benar, Pangeran harusnya memberi kompensasi yang setimpal" seru Carmilla bergabung dalam pembicaraan. Ia masih mencoba menghasut demi kesenangannya sendiri. "Hey, gak usah ikut-ikut, Aku masih ingin memukulmu karena ini" Eideth mengingatkan lukanya dan fakta mereka bukan teman. "Kamu sudah tahu Aku siapa dan masih berkata seperti itu" guman Reinhardt dengan pelan.

 

Reinhardt memikirkan semua perkataan Eideth, dan Ia benar. Walaupun mereka berhasil membawa Carmilla ke Lucardo, membuat penjara itu kebal dari kekuatan Apostle, mereka tidak mampu menginterogasi Carmilla walau mereka menyiksanya. Meskipun begitu mereka masih perlu menanyai Carmilla berbagai pertanyaan, Reinhardt meminta pendapat Eideth apa yang harus mereka lakukan dengan ini.

 

"Baiklah, Aku akan bantu, tapi Aku punya syarat, tunggu sebentar," Eideth mengambil ponselnya dan menelpon seseorang, "Linzel, bisakah Kita melanjutkan yang tadi". Selagi menunggu Linzel, Eideth mengungkapkan syaratnya. "Dengar, Pangeran, syaratku tidak banyak, jangan banyak tanya, jangan pernah mengungkit ini lagi, anggap Kita tidak pernah bertemu hari ini karena Aku tidak ingin kabar ini mempengaruhi faksi politik kekaisaran, mengerti" itulah syarat yang Ia ajukan dan Reinhardt menerimanya tanpa berpikir panjang.

 

Linzel muncul dari udara dan melihat betapa banyaknya orang melihat dirinya, "Eideth, kenapa banyak sekali orang" tanya Linzel. "Tenang saja, Aku sudah beri mereka aturan itu, kerjakan saja tugasmu dengan santai" jawabnya meyakinkan Linzel. "Haah… baiklah kalau begitu, siapa kliennya sekarang" tanya Linzel pada mereka. Eideth menunjuk Reinhardt dan Carmilla, kemudian menjelaskan situasi mereka. 

"Jadi, Klien Reinhardt menginginkan jawaban, sebagai balasannya Klien Carmilla ingin dibebaskan" Linzel memastikan dan Reinhardt menjawab iya. Linzel segera menyatakan beberapa peraturan terkait persetujuan ini. "Pertama, klien Carmilla tidak bisa harus menjawab tiga pertanyaan, Ia takkan dibebaskan sebelum memuaskan tiga pertanyaan klien Reinhardt. Kedua, klien Carmilla boleh memilih satu topik yang tidak boleh ditanyakan kepadanya sebagai ganti dari hak menolak menjawab, topik apakah itu" tanya Linzel. "Dia tidak boleh menanyakan apapun tentang Dewaku" Linzel menerima dan menetapkan keputusan tersebut. 

 

"Baiklah, interogasi bersyarat ini dimulai" Linzel menghentikkan jarinya dan membuat kubah mengelilingi mereka bertiga. Kubah itu dibuat untuk mencegah kebocoran infomasi kepada pihak yang tidak terkait, Reinhardt dan Carmilla bisa merasakan kekuatan asing merasuki tubuh mereka setelah kubah itu tercipta. "Apa-apaan itu" tanya Reinhardt terkaget, "yang benar saja, Kamu juga seorang—", "Aku tidak akan berkomentar tentang itu, tolong klien Carmilla fokus dengan prosesi ini" potong Linzel. Reinhardt pun mulai menginterogasi Carmilla dengan tiga pertanyaan.

 

Diluar kubah, Eideth mencoba memulihkan diri sebaik mungkin. Ia memakan beberapa Goodberry yang Ia kepul kemarin, tak lupa Ia juga membagikan pada yang lain untuk memulihkan luka mereka. Claudias dan Wyvern mengungkapkan terima kasih mereka pada Eideth dan rekan-rekannya yang sudah membantu dengan kemurahan hati. Eideth hanya berbaring saja di tanah atas perintah dari Penyihir untuk tidak bergerak selagi pemulihan, "ya, sama-sama, terima kasih saja pada Paladin dan Vista, Aku mungkin harus istirahat karena semakin sulit untuk bernafas sekarang setelah adrenalin ditubuhku hilang" balasnya. 

 

Pengawal Reinhardt juga datang untuk mengucapkan terima kasih dengan caranya sendiri. "Terima kasih sudah membantu Kami Tuan Raziel, jujur saja Aku tidak suka dengan perkataanmu pada yang Mulia Pangeran, tapi Aku memahami sudut pandangmu, politik antar faksi memang sedang memanas sekarang, Raziel memang…" Eideth tidak menyangka Pengawal itu suka berbicara. "Ya sudah kalau begitu, biarkan saja Aku berbicara kasar pada Pangeran, Aku harus membuatnya tidak menyukaiku atau menjaga jarak denganku demi kebaikan Kami berdua" balas Eideth menghentikan Pengawal itu mengoceh.

 

Claudias dan Wyvern tidak bisa berhenti memperhatikan Eideth, demi memuaskan keingintahuan mereka dan menghilangkan keheranan. "Bagaimana Kamu bisa sekuat itu tanpa memiliki kekuatan yang besar" tanya Wyvern. Eideth mencoba menjawab semampu yang Ia bisa, "Aku belajar dari pengalaman hidupku bahwa kekuatan bukanlah kemampuan untuk mengeluarkan kemampuan yang besar, melainkan penguasaan dan pemahaman yang tinggi untuk mengeluarkan kemampuan maksimalnya, seperti itu" jelasnya.

 

"Eideth bukan, jika boleh bertanya berapa tua umurmu" tanya Claudias. Eideth memikirkan jawabannya dan mengingat spesifikasi naga muda dalam TTRPG, "Aku mungkin beberapa tahun lebih tua darimu". Pengawal dan Penyihir merasa Eideth hanya bercanda tapi anehnya para naga menghadapi jawaban itu dengan serius. "Kalian tidak serius bukan" tanya Penyihir memastikan, "Kami kaum naga dapat melihat umur setiap makhluk yang sesungguhnya, dia benar-benar lebih tua dariku" jawab Claudias.

 

Penyihir tidak bisa mempercayai ini dan mengira Ia dipermainkan jadi Ia bertanya langsung pada Eideth. "Tuan Eideth, katakan dengan benar berapa umurmu", "baiklah, umurku sebenarnya... aduh... lukaku, Kamu benar Penyihir, seharusnya Aku tidak banyak bicara dan beristirahat, Aku akan menoleh ke sana, tidak mengabaikan pertanyaanmu tentunya tapi Aduh… luka ini terus berdenyut lagi Argh…" Eideth berguling membelakangi mereka tak mau menjawab pertanyaan lebih banyak lagi.

 

Setelah beberapa waktu, Carmilla dan Reinhardt keluar dari kubah bersama Linzel. Ia memperingati mereka sebuah peraturan sebelum pergi. "Ingat, Kalian tidak boleh membunuh satu sama lain selama dua puluh empat jam ke depan atau yang lainnya akan mati, Reinhardt sesuai perjanjian Kamu tidak boleh memberitahu siapapun informasi tersebut selama waktu yang ditentukan, Eideth cepat bebaskan Carmilla Aku mau pulang" minta Linzel. 

 

Eideth melepas Carmilla dan Linzel langsung menghilang tanpa meninggalkan jejak. Reinhardt dan yang lain bersiap sedia jika Carmilla melakukan perlawanan sementara Eideth berbaring lemas memulihkan diri. "Akhirnya Aku bebas" Carmilla mengecek lengan kanannya yang sudah menyatu kembali, meregangkan otot dan menggerakkan sendi memastikan tangannya benar-benar kembali. "Jadi apa yang harus kulakukan pada Kalian, peraturan hanya menyatakan Aku tidak boleh membunuh Pangeran Kita tercinta disini, mereka tidak melindungi Kalian sedikitpun" ancamnya.

 

Carmilla melihat Eideth yang sama sekali tidak bersiap untuk melawannya, berbaring di tanah pasrah dengan keadaan. "Ayolah Eideth, Kamu tidak ingin bertarung denganku" tanya Carmilla mencoba memancing sebuah reaksi darinya. "Aku lelah dan tak bisa bergerak lagi, terserahmu mau ngapain, lakukan saja dengan cepat" jawabnya. "Aww… Kau tidak seru," keluh Carmilla kecewa, "baiklah, Aku akan melepas Kalian, anggap saja balasan setelah pertunjukan bagus yang kalian berikan" ujarnya. 

 

"Yeay…" Eideth bersorak senang sebisanya sementara yang lain masih bersiap-siaga. "Ayolah, ceria sedikit" Carmilla meminta hal yang paling sulit melupakan konflik mereka sebelumnya. Carmilla mendapat wahyu dari Dewanya, Ia benar-benar gembira mendapat wahyu tersebut. "Kalian tau, Dewaku baru saja mengizinkanku mengundang Kalian," Carmilla melempar sebuah amplop untuk masing-masing dari mereka, "Kalian bisa datang untuk menonton Kami, atau menghentikan Kami, terserah Kalian, sampai jumpa".

Carmilla menghilang dengan cepat, tanpa suara, tanpa satupun jejak di tanah tertinggal. Bagai angin, kehadirannya segera lepas setelah meninggalkan jejak kehancuran dari kekuatannya. Eideth mendapat panggilan dari Zatharna bahwa Ia bisa keluar sekarang, sekarang waktunya Eideth mendapat hadiah dari kerja kerasnya.

 

Sama seperti Carmilla memberi pertunjukan pada dewanya, Eideth juga melakukan hal yang hampir mirip dan kini waktunya Ia sembuh dari lukanya. [Kamu menaikkan level karaktermu menjadi level lima, pilih kelas baru] tulis Zatharna. Eideth tidak menyangka Zatharna begitu terang-terangan mengatakan Eideth akan mengambil kelas baru lagi dari pada meningkatkan yang sudah ada, Zatharna memang tidak salah. 

 

Eideth memilih kelas barunya, namun segera mendapat penolakan karena Ia belum memenuhi syarat. Kenaikan kelasnya ditunda sampai Eideth memenuhi syarat tersebut, tapi tidak untuk hadiah kenaikan levelnya. Reinhardt, Claudias, dan yang lain melihat fenomena langka itu. Pertunjukan dari sebuah sihir yang tidak dapat mereka mengerti terungkap didepan mereka. Mana mulai berkumpul ditubuh Eideth hingga volume yang besar, lalu pecah melepas semua muatan yang baru saja terkumpul. 

 

Hal itu terlihat sangat menakjubkan bagi mereka yang dapat melihat Mana, Eideth tidak bisa melihat apapun selain merasakan sensasinya. Luka di tubuh Eideth menghilang tanpa meninggalkan bekas dan Ia melepas perban itu dengan santai. Semua orang kecuali Vista terkagum melihat itu. Ia sudah melihat itu sebelumnya, Ia membuat ekspresi sedikit kesal melihat itu terjadi lagi. 

 

"Bagaimana bisa…" tanya Reinhardt penasaran, "Satu kata, Talent" jawab Eideth. Mendengar satu kata itu, mereka berhenti bertanya mengetahui tabu umum di dunia mereka itu. Eideth tidak menyangka menghadapi masalah itu sangat mudah, Ia masih baru dalam memiliki Talent. Ia hanya sering melihat Zain dan Irena memakai perkataan itu untuk menghentikan orang lain bertanya, setelah merasakan dirinya sendiri rasanya luar biasa.

 

Claudias memahami perkataan Eideth tadi, bagaimana Mana berkumpul dan terlepas darinya begitu saja. Ia seketika mendapat pencerahan yang akan Ia renungkan untuk waktu yang lama kedepannya. Itu adalah satu-satunya hal yang curang dari Talent miliknya, pemulihan dalam TTRPG adalah hal yang curang. Ia dapat pulih sepenuhnya dari luka fisik hanya dengan istirahat delapan jam sehari, namun jika istirahatnya terganggu, semua waktu itu terbuang percuma. Sebuah taruhan besar yang bisa berbuah sama besarnya atau tidak mendapatkan apapun sama sekali.

 

Setelah Penyihir memastikan Eideth benar-benar pulih, Ia baru mengizinkannya bergerak bebas. Eideth tidak bisa memaksa hal itu walaupun Ia mau, hanya Zatharna yang bisa memberinya kenaikan level. Walaupun pemilihan waktunya memang kurang tepat, Ia akan mengingatkan Zatharna dengan ramah nanti. Setelah masalah penjelasan Talent sudah terselesaikan, kini mereka tengah memikirkan undangan dari Apostle dunia lain di tangan mereka. 

 

Apa mereka harus membukanya, bagaimana jika itu sebuah perangkap, banyak sekali kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Ketika mereka membuka amplop itu, mereka tidak bisa lagi mundur mengetahui apa yang ada didalamnya. Meskipun begitu, Eideth membuka amplop itu dengan santai. Reinhardt dan yang lain kaget dan ikut membuka amplop mereka terdorong secara tidak langsung.

 

Saat Mereka mengeluarkan surat dari amplop itu, surat itu mulai mengeluarkan suara seperti membaca dirinya sendiri. "Halo semuanya, Aku tidak menyangka Kalian akan membuka surat ini bersamaan jadi Aku meninggalkan sebuah kejutan kecil yaitu suaraku, Kami mengundang Kalian untuk melihat acara perekrutan Apostle baru di Kota Danau Larcova, Kami akan mulai beberapa hari ke depan, jadi datanglah jika Kalian penasaran, sampai jumpa" setelah membacakan isi surat, pesan suara itu segera berhenti dan surat di tangan mereka luruh menjadi debu.

 

Mereka semua menerima berita itu dengan respon berbeda, terutama Reinhardt. Sebagai Pangeran dari Kekaisaran, Ia menerima itu paling berat. Kini Ia bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu, berkebalikan dengan Eideth. "Kalian dengar itu kan, Vista, Paladin, Kita gak jadi ke Larcova, ayo pindah huluan" seru Eideth. Mengetahui bahaya didepannya, Eideth memutuskan untuk lari dan tidak melihat ke belakang.

 

"Apa" Reinhardt tak percaya Eideth pergi semudah itu setelah mendengar pesan barusan. Walau mereka sesama bangsawan, pandangan mereka berdua begitu berbeda. Ia bertanya bagaimana Eideth bisa memutuskan untuk pergi semudah itu. "Apa yang Pangeran inginkan dariku, Aku hanya orang biasa" ujarnya, "tapi Kamu seorang bangsawan, tidakkah Tugas Kita melindungi yang lemah dari bahaya" lanjut Reinhardt. Eideth menyadari kompleks bangsawan milik Reinhardt dari perkataannya itu, Ia tidak bisa menyalahkannya tapi Ia hanya mengambil pilihan yang logis.

 

"Pangeran tahu bukan Kita hampir mati hari ini," Eideth mengingatkan, "Kita hanya menghadapi satu Apostle, dan Kita bahkan tak bisa menggapai rambutnya". Reinhardt menyadari ironi situasi mereka, betapa putus asanya apa yang akan mereka pikir untuk lakukan. Tidak berhenti disitu, Eideth terus menambah minyak ke dalam api. "Tidak menutup kemungkinan hanya ada Carmilla disana, jika Apostle lainnya datang, Kita tidak punya kesempatan" ungkapnya.

 

Eideth tidak menyangka Ia harus melakukan ini, tapi Zatharna benar. Pada pembicaraan Eideth dengan Zatharna jauh di awal, Zatharna meminta pendapat Eideth tentang suatu hal. "Eideth, apa Kamu punya alasan untuk berjuang demi dunia ini" tanya Zatharna. "Apa maksudmu" Eideth bertanya balik, Zatharna mengungkapkan pendapatnya setelah memperhatikan Eideth semasa hidupnya di Artleya. "Aku baru saja mengerti satu hal tentangmu, sedari kecil, Kamu rela mengorbankan dirimu demi orang lain tahu jika Kamu mati di kehidupan ini, Kamu akan kembali ke kehidupan akhir dunia aslimu, Aku berterima kasih Kamu berjuang keras, tapi jika hanya itu motivasimu, Aku tidak ingin menerimanya" ujar Zatharna.

 

Eideth juga menyadari itu secara tidak langsung, Ia mengaku pada Zatharna itulah pendorongnya selama ini. Selama ini, Ia menjadi budak dari takdir yang lebih besar, kehilangan makna akan nilai hidupnya sendiri. "Kamu pasti sudah tahu bagaimana Aku hidup selama ini bukan Zathy, tapi bisakah Kau menyalahkanku, maksudku, kehidupanku berubah setelah Aku menjadi pendamping dari orang itu, Aku menyadari betapa luasnya alam semesta ini, bagaimana Kau bisa mengatakan padaku bahwa hidupku sedikit lebih berarti dari yang seharusnya, bahwa Aku berarti". Zatharna tidak bisa menjawab itu, ataupun mengerti sepenuhnya perasaan Eideth.

 

Eideth sudah melihat berbagai dunia lain setelah kematian pertamanya, membuatnya terus mengingat betapa menyedihkan kehidupan pertamanya itu. Ia tak bisa bersikap egois walaupun Ia mau karena Ia mengakui, dirinya yang egois itu terlihat menyedihkan. "Hingga saat ini… Aku berpikir, mengapa Aku terus hidup, mungkin sekarang Aku belum menemukan alasannya, tapi Aku masih mencari, kuharap itu jawaban yang cukup untukmu" lanjut Eideth. Zatharna berterima kasih karena Eideth telah memberitahu itu semua, Ia mulai sedikit mengerti orang seperti apa didepannya ini. 

 

"Kalau begitu, bisakah Aku memintamu melakukan satu hal selagi mencari alasan itu" tanya Zatharna. Eideth sedikit tertarik dan mau mendengarkan. "Tolong bantu roda takdir berputar," pintanya, "melihat bagaimana takdir mulai bergulir saat ini, mungkin pengaruhmu yang tidak dapat dideteksi dapat membuat perubahan, Kami ingin Kamu mencari orang-orang yang ingin berjuang untuk dunia ini". 

 

"Jadi, apa pilihanmu Reinhardt" tanya Eideth padanya. Ia bertanya pada Reinhardt ingin melihat karakter yang dimilikinya. Seorang Pangeran Mahkota yang akan menjadi Kaisar di masa depan, seorang pemimpin untuk sebuah bangsa. Eideth penasaran orang seperti apa dirinya. 

 

"Aku akan melakukan semua yang kubisa" jawab Reinhardt, Ia segera mengerahkan pengawalnya untuk kembali lebih dulu ke Ibukota sementara Ia melakukan pengejaran pada Apostle. Ia berniat untuk melakukan operasi ini serahasia mungkin, agar Apostle tidak bertindak gegabah dan melukai rakyat sipil. Rencana itu langsung ditolak oleh rekannya tapi mereka tidak bisa menghentikan Putra Mahkota. Eideth sedikit tertarik dengan rencananya tapi bertanya lanjut, "apa hanya itu, apa yang akan Kamu lakukan untuk menghentikan mereka". "Aku akan mengulur waktu selagi bala bantuan dikerahkan oleh Kekaisaran, melihat mereka sebelumnya sangat suka bermain-main, Aku pasti cukup untuk membuat mereka sibuk sementara waktu" ungkapnya dengan yakin.

 

Eideth kaget mendengar perkataan seperti itu dari mulut seorang Pangeran, bukan seorang prajurit. Tapi Ia bisa melihat kepemimpinan darinya dan berpikir tidak buruk untuk membantu orang seperti itu. "Kau tahu, Pangeran, Aku tertarik, tapi ayo buat sebuah taruhan" ajak Eideth. "Aku masih belum yakin dengan rencana Gila yang Kamu punya, tapi Aku mau bertaruh padamu," Eideth memberinya koin milik Gerard, "Aku akan membantumu dari samping jika Kamu bisa menebak sisi koin ini dengan benar, tapi kalau Kamu salah… yah…" Eideth menggoyangkan kepalanya ke samping dan mengangkat kedua bahunya.

 

"Aku pilih kepala" Reinhardt menerima penawaran itu tanpa ragu dan melempar koinnya ke udara. Eideth sekilas bisa melihat tekad di mata Reinhardt, yang mau bertaruh untuk menggapai tujuannya. Karakternya yang berpikir jauh kedepan, tahu Ia butuh banyak kekuatan disisinya, pendirian dan kesungguhannya meyakinkan Eideth. Tahu Ia menjalani misi bunuh diri, Eideth menangkap koin itu di udara sebelum jatuh ke tanah. Ia menjabat tangan Reinhardt dengan tangan yang sama berisi koin itu. "Senang bisa bekerja sama denganmu Pangeran" jawab Eideth.

 

"Tapi hasilnya—", "hasilnya tidak penting, karena tujuan Kita adalah untuk berhasil" potong Eideth. Melepas tangannya, Reinhardt mendapati koin tersebut menunjukkan sisi kepala di tangannya. Eideth tidak menyangka Ia bertingkah sedikit simbolis seperti itu, tapi Ia mengakui itu sedikit keren. Eideth bahkan tidak yakin koin tersebut akan menunjukkan sisi itu, jika bukan karena Zatharna melempar begitu banyak dadu di kepalanya, untuk mewujudkan guliran sempurna itu.

 

'Kamu benar-benar brutal dengan dadu-dadu itu Zatharna, tapi kerja Gm yang bagus' ujar Eideth dalam hati. [Zatharna berterima kasih padamu juga karena mau membantu] tulisnya disana. Eideth sedikit senang Zatharna bersenang-senang menjadi Gm karena memang tugasnya seperti itu. Membuat permainan yang menyenangkan untuk dirinya dan untuk Eideth sendiri sebagai pemain. 

 

Setelah itu, Reinhardt mengirimkan Pengawalnya kembali untuk mengirim bantuan. Eideth tidak lupa meminjamkan mereka tiruan ponselnya untuk mempermudah komunikasi. "Sebuah cermin sihir, bagaimana bisa" tanya Penyihir itu hanya untuk langsung dibungkam oleh Eideth. Ia mengabaikan pertanyaannya dan menjelaskan cara kerja ponsel itu. Mereka terbang pergi menaiki Wyvern agar bisa sampai secepatnya ke Ibukota. 

Eideth menyerahkan posisi pemimpin pada Reinhardt dan Ia segera menjalankan tugasnya. Sebagai pemimpin yang baik, Reinhardt perlu tahu kekuatan masing-masing dari mereka agar bisa membagi tugas. Mereka melakukan perkenalan singkat dan menjelaskan kelebihan dan kekurangan masing-masing. "Jadi begitu, Vista seorang Breaker dan Paladin seorang Vanguard dengan sedikit kemampuan Hunt, sangat mengesankan, bagaimana denganmu Eideth, apa posisimu" tanya Reinhardt. Eideth sudah menunggu pertanyaan itu sejak lama, "Aku seorang Catalyst" ungkapnya dengan percaya diri. "Catalyst???" Reinhardt tak percaya apa yang didengarnya.