Alunan musik mengiringi para tamu yang sedang menari-nari. Semua orang mengenakan pakaian terindah yang mereka miliki ke pesta dansa ini. Disana seorang bangsawan yang tampak biasa-biasa saja membaur ditengah kerumunan, bergerak sedikit tergesa-gesa. "Permisi" ujarnya dengan sopan melewati kerumunan bangsawan lain. Tak satupun dari mereka yang memperhatikan dirinya.
Tak jauh dibelakangnya. Pria muda dengan perawakan menawan menarik setiap perhatian di pesta itu. Saat Ia berjalan, kerumunan orang yang terpesona memberinya jalan untuk lewat. Dia terlihat seperti bintang utama di pesta itu.
Bangsawan yang tidak mencolok itu melihat kebelakang lalu mempercepat langkahnya, seperti melarikan diri dari sesuatu. Jarak mereka berdua semakin dekat, Ia tak sempat melarikan diri. "Kakak" Bangsawan tampan itu akhirnya menangkap kakaknya. Sang kakak yang sudah tertangkap tertawa kaku, "Zain, apa kabarmu, kamu menikmati pestanya?"
"Ayolah Kakak, Ayah sudah memanggilmu, kamu jangan menunda-nunda lagi" Si adik, Zain menyilangkan tangannya. "Apa Aku tidak bisa ke kamarku saja" Si kakak masih mencoba melarikan diri. Zain hanya menatap kedua mata kakaknya tanpa berkata apa-apa. Si kakak yang tidak tahan dengan tatapan adiknya pasrah dan mengikuti kehendak adiknya.
Mereka berdua berjalan melewati ruang dansa dengan Zain berada didepan. Kerumunan orang langsung menepi ketika Ia lewat. 'praktis sekali, andai saja bisa begitu ketika aku kabur tadi' pikir Si kakak. Kedua saudara tersebut menghadap Ayah mereka.
"Kemana saja Kamu pergi, baiklah akan ayah mulai pestanya" Si Ayah mengambil sebuah gelas dan sendok dari pelayan. Ayah mereka mulai mendentingkan gelas tersebut menarik perhatian dari tamu undangan pesta, satu ruangan tersebut seketika terdiam dan memperhatikan tuan rumah pesta. "Terima kasih tamu undangan semuanya, telah datang ke pesta kedewasaan anakku ini" Ayah melirik kepada sang Kakak. Sang Kakak dengan pasrah mengangkat gelasnya, hal itu mengagetkan para tamu.
Walau tidak terdengar tapi bisikan kecil tidak dapat disembunyikan, mereka salah mengira bintang pesta nya. Ini adalah pesta kedewasaan sang Kakak. Si Kakak sudah tahu ini akan terjadi namun merasakannya langsung adalah perasaan yang berbeda. Zain mencoba menghibur kakaknya sedikit, "ayolah, jangan menunjukkan wajah itu" ujarnya.
"Aku ingin ke kamarku saja" wajah Si Kakak menjadi lebih lesu. "jangan begitu terus, ayo kita berkenalan dengan para tamu" Zain mendorong kakaknya dari belakang.
'Kehidupan ketiga inipun akan menyulitkan' pikir Si Kakak sembari menahan tubuhnya agak tidak terdorong. Mereka berdua mendekati sekelompok bangsawan yang tengah mengobrol. Dengan dorongan dari adiknya, Si Kakak mencoba bersosialisasi.
"Halo semuanya. Perkenalkan, namaku...."