Chereads / Void Frame: Reincarnation Strongest Demon King LEVEL 1 (Indonesia) / Chapter 49 - Hal yang sangat sulit dilakukan

Chapter 49 - Hal yang sangat sulit dilakukan

Tanteku benar-benar sudah gila, membawaku ke neraka?

Pemikiran macam apa itu?!

Aku tidak ingin mati sekarang!

Sungguh kegilaan motor yang luar biasa, badanku mati rasa dan selalu hampir terjatuh ketika dia berkendara seperti pembalap sungguhan. Keahliannya dalam mengendarai sepeda motor memang tidak pantas untuk dicoba oleh siapapun.

Bahkan aku yang duduk di belakang sepeda motor pun merasakan kematian itu benar-benar ada dan menimpaku tanpa aku sadari.

Ketakutan terus menghantui pikiranku, perkataanku, dan pikiran halusinasiku yang membawaku pada kematian. Tak ada satu kata pun yang mampu menenangkanku selain berteriak ketakutan dan rasa panik luar biasa yang selalu aku rasakan.

"Hoi! Tante, tolong pelankan kecepatan motornya ... Ini gila!!" Jawabku sambil berteriak sambil memeluknya erat dari belakang.

Hembusan angin kencang membuat perkataanku sedikit terhambat. Membuatku selalu harus berteriak saat berbicara dengannya.

"Ha? Apa yang kau ucapkan?!" Dia tidak mendengarnya dan berteriak balik kepadaku.

"Tolong perlambat kecepatan motornya!!!"

"Apa?!!!"

"Perlambat kecepatan motornya!!"

"Huh?!!" Dia masih berusaha untuk mendengarnya.

Dengan berani, aku segera mendekati telinga kanannya dan berteriak keras. "Aku mohon, perlambat kecepatan motornya sekarang juga!!!"

"Apaan? Tambah kecepatan motornya sekarang juga?"

"Jangan!! Bukan itu yang aku maksud!!"

"Baiklah jika itu yang kamu inginkan, anak muda. Bersiaplah untuk menuju ke neraka tingkat pertama!"

"T-Tunggu ... Bukan ini yang kuinginkan ...!!!"

Ia menambah kecepatan motornya, melakukannya dengan senang hati dan sambil melakukan aksi mengangkat ban depan motor (Standing the motor) yang membuatku benar-benar merasa tidak berguna dan putus asa saat bersamanya.

".... Ahhhhhhhh ... Dasar tante gila!!!"

Bukan itu yang kuinginkan, aku benar-benar merasa seperti akan mati karena kehilangan suaraku. Sungguh menjengkelkan, teriakanku sungguh percuma jika dihalangi oleh hembusan angin kencang seperti ini yang bisa menghambat jalannya suaraku.

Aku tidak akan pernah memaafkannya.

Mulai sekarang, aku akan membenci angin.

Itulah hal bodoh yang aku pikirkan saat ini.

Tiba-tiba, mata semua orang di setiap sisi jalan terbuka tak percaya ketika dia melakukannya dengan santai di tengah jalan raya.

Bahkan tanteku pun tidak peduli jika mereka melihatnya seperti itu. Kini yang ada di pikirannya bukan soal keselamatan, melainkan disiplin soal manajemen waktu yang tidak bisa dianggap remeh.

Yah, meskipun jalan raya sepi dan tidak ada mobil atau motor lain yang menghalanginya. Tapi itu tetap merupakan hal gila yang tidak boleh dilakukan oleh siapa pun.

Mataku dengan jelas melihat bagaimana mereka menyaksikannya. Mereka menatapku seperti orang bodoh dengan kepala hampir terbentur aspal jalan karena aksi gila yang dilakukannya.

Bahkan 2 anak kecil, satu perempuan dan satu laki-laki yang sedang memegang es krim, membuat mereka tak percaya dan bingung dengan mulut terbuka polos sambil menatap kami. Menyebabkan es krim terjatuh secara tidak sengaja saat mereka menatap polos ke arah kami.

Ketika mereka sadar, mereka hanya bisa menelan angin yang membuat mereka menjerit dan menangis setelah menyadari es krim itu hilang di tangan mereka.

Kemudian ibu mereka hanya bisa khawatir dan berusaha menenangkan kedua anaknya.

Kayaknya enak banget kalau es krim itu bisa disantap sekarang di atas motor. 

Tapi kamu harus tahu apa yang sedang aku lakukan sekarang. Karena tidak mungkin dan tidak akan pernah terjadi jika dia menggunakan motornya seperti ini ketika aku mempunyai keinganan seperti 2 anak kecil itu.

Sepertinya jika aku terlihat bodoh seperti anak kecil akan membuatnya marah ketika aku melakukannya. Mungkin jika dia seorang ibu, dia akan terus memperlakukanku seperti bayi. Tapi, tanteku tidak seperti yang kalian pikirkan.

Dia tidak peduli apakah itu anak-anak, dia akan melakukan apa saja untuk mengubahnya menjadi orang dewasa yang berbakat.

Tak sampai disitu saja, setiap kali aku melihat ke pinggir jalan. Aku melihat banyak orang yang tiba-tiba mengeluarkan ponselnya untuk mengambil foto kami.

Wajah mereka terlihat sedikit bahagia setelah mengambil foto kami, mereka bahkan tidak peduli dengan wajah jelekku yang dicat karena panik saat melihatnya.

Mereka terus memotretnya. Itu adalah hal yang jarang dilakukan oleh orang lain pada umumnya, mereka menganggap itu adalah suatu keajaiban jika ada yang bisa melakukannya. Itulah pikiran orang-orang yang melihatnya.

Tiba-tiba dia mengagetkanku karena menurunkan ban depan motornya yang langsung mengangkatku ke depan.

Mendesah. ".... Hahhhhhhh ... Aku benar-benar seperti undead yang dihidupkan kembali ... Luar biasa." Jawabku datar dengan nada rendah.

Terkekeh, inilah yang membuatnya lucu dan tertawa setelah mempermainkanku. ".... Ahahahahahahahhaha ... Mayat hidup katamu?"

"Apa?! Sekarang kamu bisa mendengar suara mulutku yang pelan?! Kau benar-benar sedang mempermainkanku ya?!"

Dia terus menertawakanku dengan suara yang sangat nyaring. ".... Ahhhahahhahaha ... Ahahahahahahahhaa ...."

Dia benar-benar membuatku kesal. Aku tidak berpikir dia akan melakukannya kepadaku. "Dasar Tante gila, bagaimana bisa Tante mempermainkanku di saat seperti ini? Menurutmu aku ini apa? Sampah tak berguna ya?"

"Kamu bahkan menjawab pertanyaan bodohmu sendiri, jika kamu sudah mengakuinya, kamu harusnya tahu apa yang membuatmu menjadi seperti itu."

"Apaa? Mengakuinya? Aku?" Aku kaget dan kebingungan saat dia mengatakannya seperti itu, seolah-olah dia sedang berusaha menyadarkanku untuk peka pada diriku sendiri.

"Sadarilah kebodohanmu, menjadi beban dan tidak berguna itu ada batasnya."

"Beban? Tidak ada gunanya?" Aku menjawab dengan tatapan polos dengan mata terbuka sambil mengeluh bahwa itu adalah kebenarannya.

Ahh, aku mengingatnya. Benar sekali, aku memang tidak berguna dan selalu menjadi beban baginya. Bahkan kelahiranku sepertinya tidak diinginkan oleh dunia mana pun.

Entah kenapa ini berlalu begitu cepat ... Senyuman mereka ... Kasih sayang mereka, dan kebersamaan mereka yang dipenuhi dengan kehangatan. Banyak sekali kejadian yang membuatku merasa bahwa itu adalah takdir kebahagiaan sebelum kematian merenggut cerita itu.

Ini Beneran ... Setelah itu, tak ada lagi yang mampu membuatku berdiri lagi untuk menjadi kehidupan yang lebih bermankna dan mekar menjulang tinggi seperti pohon, sebelum musim kemarau kembali menidurkannya karena kehilangan sosok yang begitu berharga baginya.

Air ... Kesempurnaan keberadaan yang akan menjadikannya pelengkap utama. Tapi, mungkin mustahil bagiku untuk bisa mendapatkannya kembali selain satu bunga sakura yang selalu menemaniku hingga saat ini.

".... Ahh, Tante benar. Aku hanyalah sampah ...." Aku sedikit menundukkan kepala seraya merasakannya dalam diam.

"Tepat sekali. Kamu adalah sampah yang tidak berguna, memberatkan, bodoh, lemah, menyedihkan, dan pengecut." Dia mengatakannya dengan sangat lantang dengan kata-kata yang sangat jelas dan tegas.

Kata-katanya terlalu sulit untuk aku terima dengan lapang dada. Tapi, aku mengerti kenapa dia berkata seperti itu padaku. Aku yakin dia pasti mempunyai alasan tersendiri untuk mengatakan hal itu dengan jujur.

Tanteku melanjutkan. "Manusia bodoh, rupanya ini alasan mereka memohon padaku. Sampai kapan kau akan merendahkan diri untuk menyalahkan segala kekuranganmu? Kau akan terus terpuruk jika selalu berpikiran seperti itu ... Ingat, kematian belum merenggut nyawamu. Perjalananmu masih panjang!"

"Tapi … Aku tidak tahu harus mulai dari mana." Aku gugup ketika mengatakannya dengan rasa kurang percaya diri.

"Tidak masalah dari mana kamu memulai. Temukan jalanmu sendiri apa pun yang terjadi!"

"Bagaimana jika aku tidak bisa melakukannya?"

"Bangun, pecundang!! Tak ada waktu untuk memikirkan hal-hal menyedihkan seperti itu ... Jika kau benar-benar keponakanku, pergilah!! Hadapi semuanya dengan anggun dan bijak!!"

"Ta-Tapi ... Tidak peduli apakah itu sebuah jalan menuju kematian?"

"Tepat sekali. Tidak mungkin sampah sepertimu itu tidak bisa didaur ulang dengan sempurna. Bahkan orang buta pun bisa terus bergerak maju meski dia tidak bisa melihat apa pun. Tak peduli jika dia mati, dia akan terus bangkit untuk mencari tahu alasan dia dilahirkan seperti Itu!!"

Dia benar-benar membentakku tanpa berpikir panjang. Secara tidak langsung, beliau melatih pikiranku hingga menjadi baja yang kokoh. Mungkin inilah yang selalu kubutuhkan untuk bisa memperbaiki hidupku meski kekurangan dan penderitaan akan selalu mewarnai setiap kisahnya.

Aku tidak pernah melihat keraguan atau ketakutan di dalam dirinya ketika dia berbicara seperti itu atau melakukan sesuatu yang di luar nalar kemampuan manusia.

Aku tak peduli jika harus seperti ini saat menghadapinya, orang bodoh sepertiku tidak akan pernah mengerti bagaimana memahami perkataan orang lain dengan sebuah perasaan.

Dia perlahan membuatku mengerti bagaimana cara untuk bisa melakukannya.

"Jadi, begiu ya."

"Ya. Sebentar lagi, pelajaran pertama akan dimulai."

"Eh? Sebentar lagi? Pelajaran pertama? Mungkinkah ... Kita benar-benar akan melakukan sesuatu yang gila?!" Seketika dia mengejutkanku karena mengingatkanku pada kata-katanya sebelumnya.

"Bersiaplah, anak muda!" Jawabnya sambil nyengir sambil terus menambah kecepatan motornya.

"T-Tunggu … Apa yang akan kita lakukan?"

Aku mengintip ke depan lewat bahu kanannya, terlihat jelas 3 lampu merah di tiang jalan perempatan itu sudah menyala jauh di depan. Banyak mobil melaju dari kanan ke kiri dan dari kiri ke kanan.

Namun, aku tidak melihat ada mobil atau sepeda motor yang berhenti di jalan yang sama dengan sepeda motor kami. Mungkin ini hanya satu jalan lurus.

"Lampu merah ... Persimpangan Jalan? Itu mustahil ... Tante sedang bercanda, kan? Kita tidak mungkin bisa melewatinya kan? Apa yang aku katakan itu benar, kan?" Jawabku sambil mengoceh gugup karena aku takut dia benar-benar melakukannya.

"Hoi ... Kau bisa mendengarkan perkataanku, kan?!! Jawab sekarang juga!!"

Menyeringai. "Pembelajaran pertama, melewati kematian!!"

"Tidak mungkin, tidak mungkin ... Bibi gila ya?! Lihat, banyak mobil melaju di depan ... Apa tante akan melanggar peraturan lalu lintas?!"

"Perhatikan baik-baik …."

"Tunggu!! Jangan berpura-pura tuli seperti itu!! Bagaimana jika mereka melihat kita melakukan hal seperti ini?! Dan membawa kita ke kantor polisi?"

"Mereka tidak akan punya waktu untuk melihatnya. Jangan khawatir, serahkan semuanya pada tantemu ini!"

Bahkan ia mengucapkannya semudah itu tanpa memikirkan hal lain yang akan membebaninya. Dia benar-benar meremehkan sebuah keselamatan, tidak peduli tingkat kesulitan apa yang akan dia hadapi, dia akan terus maju meski kematian harus dipertaruhkan.

"Apa?! Semudah itu Tante mengatakannya? Yang benar saja?!! Benar-benar mustahil ...."

"Tenanglah sedikit, tidak usah khawatir seperti itu."

"Bodoh, mana bisa aku tenang di saat seperti ini!! Aku mohon, jangan lakukan itu … Aku mohon!!" Melirik ke kanan dan ke kiri seraya memelas. "Berhenti … Hentikan sekarang juga!! Apa Bibi tidak melihat ada 2 truk kontainer pengangkut panjang yang sedang melaju berlawanan arah?"

"Benar, aku melihatnya ... Sungguh sebuah keajaiban yang sedang aku harapkan untuk bisa melakukannya. Ini adalah waktu yang tepat, aku tidak menyangka akan mendapatkan 2 sekaligus ketika aku ingin melakukannya."

Aku memandangnya dengan mata terbuka ketakutan, melihat 2 buah truk kontainer berwarna putih yang membawa muatan panjang sudah ada di depan mataku. Entah apa yang dia pikirkan saat ini, aku hanya bisa menatap ketakutan dan pasrah setelah melihat lubang di bawah truk.

Membuatku tak percaya bahwa dia bisa melakukannya. "Mustahil, mustahil ... Firasatku kita akan mati. Kita akan masuk ke bawah truk itu?"

"Tepat sekali. Namun, kita hanya memiliki 1% keberhasilan untuk lolos. Kemungkinan besar ...." Jawabnya dengan nada rendah dengan gerakan mulut yang hati-hati saat ingin mengatakan kata selanjutnya.

"Kemungkinannya?"

"Kita akan mati."

"Kalau Tante tahu!! Kenapa kita harus melakukannya?! Hentikan motor ini sekarang juga. Aku tidak ingin kita mati hanya karena hal bodoh seperti ini!"

Bahkan ketika aku mengatakannya seperti itu, tanteku tetap tidak peduli, aku merasa dia sangat ingin melakukannya. Aku benar-benar tidak berguna dan tidak bisa berbuat apa-apa.

"Tidak, sudah kubilang, kan? Tidak ada yang mustahil di dunia ini."

"Ini sangat mustahil!!"

"Percayalah padaku, percayalah kita akan bisa melewatinya tanpa ada salah satu dari kita yang mati. Memang benar, kamu pasti tidak akan percaya jika aku terus mengatakannya seperti itu. Tapi ... Percayalah!"

"....Tidak ...Tolong ... Jangan ...." Aku sudah pasrah sepenuhnya pada ketakutan luar biasa yang aku rasakan saat ini, bahkan kematian sudah menghantui isi pikiranku saat melihat persimpangan jalan sudah semakin dekat.

"Percayalah kepadaku."

"Tidak ... Jangan lakukan itu ...." Sambil menggelengkan kepala, rasa takut benar-benar mengguncang jiwaku. "Jangan ... Ini sama sekali tidak mungkin dilakukan ...."

Kami berdua sudah berada dekat dengan persimpangan lalu lintas.

"Percayalah kepadaku."

"Tidak, ini bukan dunia fantasi. Ini bukan dunia sihir yang bisa menghidupkan kembali orang yang telah mati."

"Percayalah!!!"

Aku benar-benar takut, dia terus berteriak untuk meyakinkanku agar bisa melewatinya.

"Percayalah padaku!!!!!"

Bahkan dia mengucapkannya dengan keras dan tegas sehingga membuatku merasa seperti semut lemah yang tidak bisa mendengar suaranya meski berada di dekatnya.

" .... Percaya ...."

"Lebih keras!!!"

"Percaya."

"Lebih dari itu ...."

Aku memejamkan mata dan memeluknya erat sambil berteriak keras karena terus memaksaku untuk melakukannya.

"Aku percaya padamu!!!!!!!"

Dia hanya bisa nyengir bahagia dan percaya diri saat aku mengatakannya dengan lantang.

"Yosh! Mari kita mulai!"

.

.

*********