"Suara aneh apa ini?" Ujar salah satu teman kerjaku, Raya. Ia melihat ke sekeliling untuk mencari sumber suara bising tersebut. Suara aneh yang sudah lama terdengar ini semakin terdengar jelas. Seperti suara angin ribut dengan dengungan yang berat, sangat menggangu pendengaran.
Aku melihat ke arah langit, cahaya matahari begitu terik. Tapi entah mengapa aku merasa hari ini lebih panas daripada biasanya? Seharusnya ini belum memasuki musim kemarau. Cuacanya sangat panas, keringatku sudah bercucuran sedari tadi.
"Nao, ambilkan ember dibelakang."
Nao, itu namaku. Aku tengah bekerja paruh waktu disebuah restoran kecil yang dikelola oleh sebuah keluarga, aku sudah bekerja disini selama 1 tahun. Aku hanya bekerja paruh waktu di restoran ini karena aku memiliki pekerjaan lain.
Aku pun mengambil ember yang berisi air dan menempatkan didepan pintu restoran. Aku memanggil nama Raya tapi sang empu tak kunjung menjawabnya. Aku masuk kedalam restoran untuk menemuinya dan ternyata ia sedang melihat berita.
"Batu meteor telah jatuh menimpa kota Pania pagi ini. Kejadian ini menimbulkan banyak korban yang tewas, beberapa warga sudah di evakuasi oleh pihak keamanan."
Batu meteor?
"Sungguh mengerikan, satu batu meteor saja bisa menghancurkan seluruh kota."
"Itu fenomena alam, kita tidak bisa mencegahnya."
Raya mengangguk, "Tapi tidak mungkin kan setelah ini kota kita akan di hantam oleh meteor juga?" Ia tertawa garing, menyelipkan humor pada kekhawatirannya.
Setelah itu, tepat saat Raya menyelesaikan kalimatnya sebuah batu meteor dengan ukuran yang sangat besar menghantam kota kami. Semuanya hancur, batu meteor itu mendarat tepat ditengah kota. Pecahan batunya terlempar ke seluruh tempat di kota kami, Chinen.
Aku tidak ingat bagaimana kejadian setelah itu karena aku sudah tidak sadarkan diri. Kota kami dengan sekejap mata berubah menjadi hancur berantakan. Semua gedung tinggi roboh, jalanan aspal pun sudah tak nampak. Sungguh pemandangan yang mengerikan.
Apa ini akhir dunia?
Batu meteor itu terus mengeluarkan asap panas yang menyebar keseluruhan kota. Seluruh kota pun diselimuti oleh kabut tebal oleh asap yang ditimbulkan batu meteor. Sepertinya tak hanya kota Pania dan kota Chinen yang terkena musibah ini. Seluruh dunia mengalaminya.
Waktu berjalan cukup lama hingga aku sadarkan diri, mataku rasanya perih dan badannya terasa berat. Terdapat beberapa luka di badanku akibat benturan dan gesekan dari bangunan yang roboh. Tapi itu bukan masalah besar, untunglah aku tidak mati.
Aku terbatuk karena menghirup asap dari batu meteor itu, aku harap ini tidak beracun. "Raya?" Panggilku berulang kali sembari melihat sekitar, namun tak ada siapapun disini. "Pak bos?" Aku masi berharap bahwa ada seseorang disini, siapaun tolong.
Aku keluar dari gedung dengan susah payah, mataku terbelalak ketika melihat keadaan luar. Semuanya hancur, dalam hidupku aku tidak pernah sekalipun membayangkan hal ini akan terjadi. Jantungku berdegup kencang, langkahku terasa berat. "Apa ada orang?"
Rasanya aku pernah melihat kejadian ini di suatu tempat, sebuah novel fantasi? Ya tentu saja, sangat masuk akal jika dunia fantasi tiba-tiba mengalami hal seperti ini. Diserang oleh monster dan iblis, kita akan berusaha untuk bertahan hidup dengan sekuat tenaga. Tapi ini dunia nyata, tidak mungkin hal itu terjadi.
Langit begitu gelap dengan awan yang mendung, udara dingin yang menusuk kulit dengan angin kencang yang berhembus membuatku semakin merinding. Dimana semua orang? Apa mereka mati?
Mataku memicing ketika sebuah cahaya yang begitu terang muncul dari langit. Bukan, itu bukan cahaya matahari. Cahayanya biru terang dan beberapa berkedip sangat terang hingga cahaya bulan pun kalah.
"Wahai manusia."
Sebuah suara yang begitu keras menggema ke seluruh dunia, suaranya begitu lembut tetapi lantang. Aku mendongak kearah langit untuk melihat cahaya itu, cahaya yang berasal dari sebuah makhluk. Apa dia seorang malaikat? Atau dewa?
"Iblis telah mengutuk tempat kalian, bumi yang kalian tempati ini akan menjadi tempat tinggal baru untuk para iblis jika kalian tidak melawannya."
Omong kosong apa yang dia bicarakan? Iblis? Apa apaan semua ini? Otakku masih belum bisa mempercayai semua ini.
"Kalian harus melindungi tempat ini, lawan lah iblis-iblis keji itu demi tempat tinggal yang kalian sayangi ini."
Oh tidak, perasaanku sungguh tidak enak. Apa hal ini nyata? Apa aku masih bermimpi? Bangun Nao!
"Tak ada waktu untuk ragu, kalian harus melangkah maju melindungi tempat ini. Jangan khawatir, aku akan meminjamkan kalian kekuatanku agar kalian bisa melindungi tempat ini."
Kekuatan? Apa maksudnya seperti sihir atau semacamnya?
"Kalian harus mengalahkan semua iblis itu, dengan kekuatan yang aku berikan kalian pasti bisa melawan mereka."
Ini pasti mimpi buruk. Kenapa aku tak kunjung bangun?
Makhluk yang seperti dewa itu mulai mengucapkan mantra, namun entah mengapa aku mendengarnya seperti lantunan sebuah lagu. Sungguh merdu, mantra itu terus berulang hingga cahaya biru mulai berterbangan dikelilingi dengan serpihan cahaya kecil di sekitarnya. Tersebar keseluruhan kota.
Sepertinya dewa itu membagikan kekuatannya untuk para manusia supaya kita bisa melawan iblis. Cahaya biru itu juga menghampiriku, mengelilingi seluruh tubuhku hingga akhirnya masuk kedalam tubuhku. Rasanya seperti kekuatanku bertambah.
Setelahnya, dewa itu pun menghilang setelah kata terakhir yang ia ucapkan. Ia mengatakan bahwa ia akan mengirimkan seorang Captain untuk melatih kita menggunakan sihir ini. Setelah itu aku tidak paham apa yang ia katakan karena kepalaku rasanya mau meledak, pusing.