Di halaman istana yang luas itu, kita bisa lihat ada seorang perempuan yang sedang terpaksa belajar menggunakan sihirnya dengan serius. Bahkan saking seriusnya, kita juga bisa lihat dia sampai terpaksa mengerutkan seluruh otot di wajah cantiknya supaya cahaya sihir yang muncul di tangannya berubah jadi bola api.
Plop...
Meski sayangnya setelah ditembakkan ternyata besarnya tidak lebih dari sebesar buah apel, buah apel muda yang kecil dan masih asam. Malah mungkin masih bau daun!
"Ugh, tenagaku sudah habis." Gerutu perempuan itu sambil langsung terjatuh ke tanah.
Dengan pakaian khusus latihan yang dijahit sedemikian rupa supaya dia bisa mudah bergerak sembari tetap memperlihatkan garis tubuhnya yang feminin, perempuan ini kelihatannya sama sekali tidak menyukai pakaian itu. Soalnya dia terus saja mengendurkan bagian kerah dan lengannya seperti sudah tidak sabar ingin melepasnya.
Di sisi lain, dua pelayan yang melihatnya dari pinggir lapangan ternyata sedang berusaha menahan tawa mereka. "Tuan putri payah sekali! Aku saja bisa lebih baik dari itu!" Gosip mereka sambil cekikikan.
Tuan putri itu mungkin tidak mendengarnya, tapi guru yang bertanggung jawab sebagai pengajarnya juga cuma bisa mendesah dalam hati. Mungkin karena dia tahu dia tidak bisa mengelak ejekan itu.
'Bagaimana bisa setelah diajari oleh lebih dari sepuluh guru sihir terbaik, kemampuan tuan putri hanya bisa seperti itu?! Walaupun Aku juga tidak terima, tapi para pelayan kurang ajar di sana memang tidak salah', dia bahkan sebenarnya berpikir demikian.
Gadis ini sama sekali tidak cocok menyandang gelar anggota keluarga kerajaan… Itu yang semua orang selalu pikir.
Memang, kalau dari penampilannya saja, dia jelas mewarisi keelokan yang dimiliki para leluhurnya. Dengan rambut coklat gelap yang bergelombang dengan sempurna, mata coklatnya juga sangat menarik perhatian.
Kalau saja dia sering keluar dan tidak diam di dalam istana terus, mungkin ada banyak laki-laki yang akan jatuh cinta padanya.
Tapi selain itu, tuan putri yang bernama Iris ini sama sekali tidak punya bakat lain. Terutama kemampuan sihirnya.
Padahal bakat utama keluarga kerajaan biasanya adalah kemampuan sihir mereka. Tapi bukan cuma tidak berbakat, tuan putri yang satu ini mungkin adalah keturunan yang paling payah dalam puluhan tahun terakhir.
Soalnya meski sudah berumur 16 tahun, tingkat kemampuan sihirnya masih sama dengan kemampuannya saat dia berumur 7 tahun.
Dan seakan belum cukup, tuan putri ini juga punya sifat yang tidak begitu menyenangkan. "Ah, bagaimana ini? Sepertinya Aku akan mati." Gerutunya.
"...Anda kelihatan baik-baik saja." Balas Emily sang guru.
"Tapi napasku sesak. Sepertinya paru-paruku rusak atau semacamnya."
"Latihannya bahkan belum sampai setengah jam, jadi saya yakin paru-paru anda baik-baik saja." Balas Emily lagi. "Dan anda juga sudah istirahat 3 kali, sekarang yang ke-4."
Masih berbaring di tanah, tuan putri itu melirik ke arah gurunya dengan malas. "Tidak ah. Mendengar para pelayan itu menertawaiku, Aku jadi semakin malas." Katanya. Dia memang tidak begitu mendengarnya, tapi dia jelas mengenali tawa-tawa itu.
"Sebagai guru yang baik, bukankah kau harusnya mengomeli mereka?" Katanya lagi.
"Kalau mau, anda saja yang omeli mereka sendiri. Dilempari pakai bola api sebesar apapun juga boleh. Saya akan dengan senang hati melihatnya." Balasnya.
Sekilas, benar-benar sekilas, Iris hampir terlihat ingin mempertimbangkan ide itu. Tapi detik berikutnya secercah motivasi itu langsung hilang begitu saja dan akhirnya dia pun kembali memeluki rumput di tanah. "Lain kali."
Seperti biasa, emosinya cepat sekali mereda. Yang walaupun bisa terdengar sebagai hal baik, dalam hal ini sayangnya sama sekali tidak.
Dalam riwayat pembelajaran sihir Iris, hampir segala metode sudah dilakukan. Dari membuatnya marah, sedih, diancam, dibuat bahagia, pokoknya semuanya sudah.
Tapi karena Iris jarang menunjukkan emosi yang kuat, semua percobaan itu juga tetap tidak ada yang berhasil. Bahkan beberapa guru juga sudah ada yang berpikir bahwa mungkin masalahnya ada di kepribadian Iris sendiri.
Tapi, yaa, terus? Tentu saja mengubah kepribadiannya justru lebih susah daripada mengajarinya sihir, jadi hasilnya nihil juga!
Padahal awalnya, penyihir hebat yang ingin menjadi pengajar tuan putri ada sangat banyak--karena mereka berasumsi pasti tidak akan sulit mengajari seseorang yang sudah punya bakat dari lahir.
Tapi sekarang, itu justru jadi tawaran yang paling dihindari semua orang, karena dinilai bisa merusak reputasi seorang guru.
Apalagi seiring berjalannya waktu, gosip mengenai Iris terus saja bertambah buruk. Bahkan sekarang saja ada kabar yang beredar kalau Iris suka memasukkan racun ke makanan gurunya.
Dan selain gosip tentang kelakuannya yang buruk, gosip yang mengatakan kalau Iris sebenarnya bukan keturunan keluarga kerajaan juga mulai beredar lagi. Karena bagaimanapun, gelar keluarga kerajaan biasanya selalu dibarengi dengan bakat sihir yang tinggi.
Tapi kenapa gadis yang satu ini malah lebih payah bahkan dari seorang pelayan sekalipun?!
Ada yang tidak beres. Atau setidaknya begitu yang Emily pikir.
Normalnya, aura setiap orang biasanya memiliki keunikan masing-masing. Dan untuk para penyihir tingkat tinggi seperti Emily, biasanya mereka sudah bisa membedakannya hanya dengan sekali lihat.
Tapi kalau Iris, entah kenapa sulit sekali membedakan auranya. Apa itu karena aura sihirnya memang terlalu tipis?
"Tuan putri, apa anda tidak suka belajar sihir?" Tanya Emily saat Iris sedang duduk santai sambil makan apelnya.
Tidak menoleh, wajahnya yang masih mengunyah apel tidak terlihat berubah. "Biasa saja." Jawabnya datar.
"Anda tidak kesal setiap hari orang-orang mengatakan hal buruk tentang anda? Tidak ingin membuat mereka menelan kata-kata mereka sendiri?"
"Hmm, yang membicarakanku terlalu banyak, jadi akan merepotkan kalau Aku mengurusi mereka semua kan?"
'...Oke, ganti cara lain.' Tuan putri ini sulit dibuat marah, jadi Emily pun harus sering-sering memutar otaknya.
"Mm, tidakkah anda ingin membuat orang terkesan? Misalnya raja dan ratu, atau tuan putri Arina juga. Anda tidak ingin pamer atau semacamnya?"
Dan ternyata Iris menyeringai kecil. "Yah, kuakui itu kedengarannya tidak buruk. Dulu Aku pernah pamer gaun baruku saat pesta dan rasanya menyenangkan."
'...Kenapa malah ke arah situ?'
Gadis ini mimpinya terlalu sederhana!
"Istirahatnya sudah. Latihan lagi." Kata Emily yang akhirnya kembali ke mode pengajarnya.
Emily sendiri sebenarnya baru mengajar Iris selama beberapa hari. Tapi dengan tidak adanya progres apapun dari tuan putri, rasanya sudah seperti sebulan.
Pendekatan lain! Emily harus memikirkan pendekatan lain yang tidak pernah dilakukan oleh guru-guru sebelumnya.
Kembali ke kamarnya sendiri, Emily mulai membaca-baca lagi dokumen riwayat pengajaran Iris. Dan dari sekian cara yang sudah dilakukan, kelihatannya dulu juga pernah ada guru laki-laki tampan yang mengajari Iris.
Tapi sepertinya tuan putri juga tidak terlalu tertarik dengan laki-laki. Malah, hal itu juga bisa dikonfirmasi oleh para pelayan, kalau Iris juga tidak pernah menunjukkan ketertarikan pada pangeran manapun.
'Aku hanya diberi waktu dua minggu untuk menunjukkan perkembangan tuan putri', Emily berpikir. Dan kalau saja Iris bisa menunjukkan perkembangan apapun, maka kontraknya akan diperpanjang.
Bukan cuma punya label lulusan terbaik dari sekolah sihir terbaik juga, Emily juga sebenarnya terkenal pandai mengajari teman-temannya sewaktu masih sekolah. Makanya orang-orang di sekitarnya selalu mengompor-ngompori kalau dia pasti akan jadi guru yang sangat hebat.
Jadi saat dia dapat tawaran untuk mengajari tuan putri, Emily sama sekali tidak berpikir dua kali untuk menerimanya.
Selain karena bayarannya yang sangat tinggi, Emily berpikir ini pasti akan jadi pengalaman yang langka untuk dapat mengajari keluarga kerajaan langsung, yang kebanyakan merupakan jenius dari lahir.
Tapi bukan cuma tidak berkembang, tuan putrinya ini bahkan sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan untuk belajar...
Tingkat sihir Emily sendiri sekarang adalah 'master'. Sudah naik satu tingkat lebih tinggi dari rata-rata lulusan terbaik lainnya, dan sudah menyamai para bangsawan yang biasanya sudah berbakat dari lahir.
Sedangkan kalau anggota keluarga kerajaan sendiri... Contoh mudahnya, kakak Iris, tuan putri Arina kabarnya sudah mendapat gelar master saat umurnya 12 tahun. Walaupun yaa, tuan putri Arina juga hitungannya terlalu jenius.
Tapi terlepas dari semua itu, tingkat Iris masih 'beginner'. Dia hanya bertambah tinggi saja sejak lahir!
Bahkan walaupun hanya dugaan liar, Emily juga sebenarnya pernah curiga kalau Iris memang bukan keturunan asli keluarga kerajaan...
Meski sayangnya di dokumen juga tertulis kalau keraguan itu sudah dipatahkan dengan tes darah, tes sihir, tes cenayang, dan semua tes lainnya. Pokoknya semua tes!
Ditambah, raja dan ratu juga kabarnya bersikeras kalau Iris adalah anak kandung mereka. Kalau saja bukan Iris sendiri yang berkata, 'yasudah, periksa saja', raja dan ratu, apalagi tuan putri Arina awalnya juga tidak berencana mengijinkan pemeriksaan-pemeriksaan yang menghina itu.
Lalu selain itu, beberapa orang juga pernah curiga kalau Iris mungkin terkena kutukan atau semacamnya. Tapi setelah banyak pemeriksaan lagi, tetap tidak ada yang bisa membuktikannya juga.
Pakai pendekatan hobi mungkin? Tapi sayangnya di dokumen juga tidak tertulis apapun mengenai hobi Iris. Hanya tertulis bahwa Iris kadang-kadang suka menyiram tanaman. Tapi tidak sering, hanya saat bosan saja.
Lalu kalau pengetahuannya? Standar. Fisiknya juga palingan hanya setara dengan penjaga perpustakaan yang kuat mengangkat beberapa buku.
'Apa lagi ya kira-kira?'
Berusaha mengingat-ingat temannya sewaktu sekolah, Emily berusaha mencari ide. Tapi dipikir bagaimanapun, teman-temannya dulu tidak ada yang seperti Iris. Karena setidaknya, orang-orang di sekolah biasanya memiliki ketertarikan dengan sihir. Dan sebaliknya, tuan putri ini tidak.
Ditambah, selain saat latihan dengan Emily, Iris juga tidak punya aktifitas lain dan hanya suka mondar-mandir di istana. Kadang minum teh di kebun, kadang di dekat kolam, dan kadang di gazebo.
"Tuan putri tidak bosan? Tidak ingin jalan-jalan ke luar istana atau semacamnya?" Emily menawarkan.
Iris mendesah. "Tapi di luar istana ada banyak orang aneh." Jawabnya datar.
'Dasar tuan putri rumahan!' Gerutu Emily dalam hatinya.
Dulu juga pernah ada gagasan mungkin Iris harus belajar di sekolah sihir saja sekalian. Tapi sayangnya Iris tidak mau. Karena katanya dia tidak begitu suka bergaul dengan anak-anak seusianya.
Mungkin tanpa sepengetahuan siapapun, tuan putri ini sebenarnya pernah diganggu oleh anak bangsawan lain?