"Belajarlah rendah hati, rendahkan hatimu serendah-rendahnya hingga tidak ada seorang pun yang bisa merendahkanmu."
Alice Sandara, 1974.
Terlihat sebuah kilatan cahaya berwarna biru menyinari seluruh Kerajaan Andora. Semua orang yang berada di dalamnya tercengang dan tidak mengetahui entah darimana asal kilatan cahaya itu. Cahayanya begitu terang dan berkilau indah, membuat siapapun yang melihatnya akan takjub. Tentu saja Raja Albert dan istrinya, Ratu Alice ikut tercengang ketika melihat kilatan cahaya itu. Cahaya apa itu? Kemudian mereka mengutus beberapa prajurit untuk mencari letak dan asal dari kilatan tersebut. Saat tengah mencari, tiba-tiba ada salah satu prajurit yang berteriak.
"Dari sini! Sinar itu dari sini!" teriaknya.
Sontak Raja Albert dan Ratu Alice pun langsung datang ke tempat yang dimaksud si prajurit itu. Ternyata, kilatan cahaya itu berasal dari arah kamar Raja Albert dan Alice. Mereka berdua pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar dan tak mengijinkan orang lain memasukinya selain mereka berdua.
"Albert ... batu kristal itu." ucap Alice.
Kilatan cahaya indah itu rupanya berasal dari batu kristal yang disimpan di kamar mereka dalam sebuah peti khusus. Sontak mereka langsung menghampiri peti itu dan mencari tahu apa yang terjadi.
"Mengapa batu kristal ini bersinar? Apa artinya?" Hamzah pun tak pernah mengatakan apapun jika batu ini bisa bersinar seperti ini." ujar Raja Albert.
"Kau ambil saja, lakukan sesuatu menggunakan ilmu saktimu. Mungkin saja ia bisa memberi petunjuk." sahut Alice kepada suaminya.
Raja Albert pun segera mengambil batu kristal itu dan berusaha berkomunikasi menggunakan ilmu sakti yang ia punya. Hal itu pun berlangsung cukup lama, sampai akhirnya sesuatu pun dikatakan oleh Raja Albert.
"Alice ... batu kristal ini bukan batu sembarangan. Bahkan ilmu sakti milikku tak bisa menembus atau berkomunikasi dengannya." ucapnya.
"Tapi aneh, jika benar batu kristal ini peninggalan ayahku, dia pasti memberitahuku terlebih dulu, atau memberi tahu cara menggunakannya." jawab Alice.
"Hamzah sudah bilang jika kekuatan dan kegunaan batu kristal ini hanya bisa ditaklukan oleh ayahmu."
Tiba-tiba ...
"Arghh... dadaku!"
Raja Albert pun terkejut ketika tiba-tiba Alice menjerit kesakitan.
"Alice!!"
Darah pun tiba-tiba keluar dari bibir Ratu Alice. Ia meremas dadanya sambil menjerit kesakitan, seakan ada sesuatu yang telah menyakitinya. Raja Albert pun langsung merangkul sang ratu dan menidurkannya di atas ranjang, kemudian ia langsung membuka pintu kamar dan menyuruh salah satu prajuritnya untuk memanggil Hamzah, si tabib yang telah memberikan batu kristal itu.
"A-albert ... dadaku serasa ditusuk berkali-kali. Sakit sekali ..." lirih Alice.
Raja Albert pun semakin kebingungan dengan apa yang telah terjadi pada istrinya. Saat tengah dalam kepanikan, Hamzah pun tiba di depan kamar sang raja dan melihat Alice yang tengah kesakitan.
"Hamzah! Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa istriku kesakitan setelah batu kristal inj mengeluarkan cahaya?" tanya Raja Albert.
Hamzah pun segera mendekatkan dirinya kepada Alice dan mencoba untuk menyembuhkannya. Seluruh mantra ia ucapkan sampai akhirnya Ratu Alice pun tak sadarkan diri lagi.
"Ia hanya pingsan, Yang Mulia. Biarkan Ratu Alice terbangun dengan sendirinya, rasa sakit itu tak akan dirasakan lagi olehnya." ucap Hamzah.
"Jelaskan apa yang terjadi, Hamzah!" perintah Raja Albert.
Hamzah pun berdiri menghadap sang raja lalu menceritakan apa yang telah terjadi. Rupanya batu kristal itu mengeluarkan kilatan cahaya karena ia ingin menandakan jika Dewa Surya akan turun dari langit dalam waktu dekat. Untuk itu, seluruh orang yang berada di Kerajaan Andora harus melakukan pemujaan khusus untukNya, apalagi batu kristal itu sekarang tengah berada di dalam istana.
"Lalu ... istriku? Apa hubungannya?" tanya Raja Albert.
"Batu kristal ini tak mungkin menyakiti Ratu Alice, Yang Mulia. Ratu Alice seperti itu karena ada sesuatu hal yang misterius mencoba ingin menyakitinya dari dalam." jelas Hamzah.
"Apa yang bisa aku lakukan untuk mencegah hal ini, Hamzah?"
"Kau bisa memanfaatkan kekuatan dari batu kristal ini, Yang Mulia. Batu kristal ini sangat sakti jika kau gunakan untuk membentengi kerajaan apalagi untuk melindungi istrimu, jalan satu-satunya kau harus melakukan meditasi 90 hari di bawah bukit untuk bisa mendapat anugerah dari Dewa Surya." sahut Hamzah.
Mendengar ucapan Hamzah, Raja Albert pun mengikuti saran dan membulatkan tekadnya untuk melakukan meditasi selama 90 hari di bawah bukit. Itu semua ia lakukan karena ingin melindungi Alice dari hal-hal berbahaya.
"Jika kau mau, aku bisa mengantar dan membimbingimu untuk meditasi 90 hari itu di bawah bukit." ujar Hamzah.
"Ta-tapi aku istriku belum terbangun, aku tak bisa meninggalkannya begitu saja."
"Jadi kau memilih untuk menempatkan Ratu Alice dalam mara bahaya, Yang Mulia? Lebih cepat lebih baik." sahut Hamzah.
Dalam perasaan bimbang dan khawatir, akhirnya Raja Albert memutuskan pergi ke bawah bukit untuk melakukan meditasi 90 hari dan meninggalkan Alice yang masih belum sadar dari pingsan.
"Tenang saja, Yang Mulia. Ratu Alice akan aman di istana, aku siap jika kau utus aku untuk menjaganya." ucap Hamzah.
****
Perlahan mata Alice kembali terbuka dan sadar dari pingsannya. Ia masih kebingungan dengan apa yang telah terjadi. Namun, ia lebih kebingungan saat Raja Albert tak ada di sisinya saat itu, hanya ada beberapa prajurit dan pelayan kerajaan yang menemaninya.
"Dimana Raja Albert?" tanya Ratu Alice kepada pelayannya.
"E-eh, Ratu Alice kau sudah sadar, ya."
"Jawab pertanyaanku!"
"Ra-raja Albert pergi ke bawah bukit, Yang Mulia. Ia pergi untuk melakukan meditasi 90 hari bersama Hamzah. Ia bilang jika meditasi itu terpaksa ia lakukan untuk melindungi kerajaan termasuk melindungimu, Yang Mulia." jelas pelayan itu.
Sontak Alice terbangun dan kebingungan dengan apa yang telah terjadi. Ia tak tahu alasan mengapa Raja Albert pergi tanpa memberitahu atau menunggu ia sadar terlebih dahulu? Ditambah lagi ia masih tak tahu apa yang telah terjadi padanya sehingga ia kesakitan sampai tak sadarkan diri. Ada sedikit rasa kecewa dalam hatinya saat itu.
"Aku akan menyusul Raja Albert ke bukit! ujar Ratu Alice.
"Jangan! Yang Mulia! Raja Albert tak mengijinkanmu untuk menyusulnya ke bawah bukit. Dan, jika kau pergi juga siapa yang akan memimpin Andora selama 90 hari itu? Akankah kau biarkan Kerajaan ini tak beraturan, Yang Mulia?" sahut si pelayan sembari menahan langkah sang ratu.
Mendengar ucapan dari pelayan itu, Alice pun mengurungkan niatnya untuk menyusul Raja Albert ke bawah bukit dan memilih menunggu suaminya sembari ia menggantikan tugas Raja Albert dalam mengatur dan memimpin Andora selama 90 hari. Namun, risau hati pun tak bisa dibendung lagi oleh Alice saat itu. Meskipun suaminya adalah seorang raja yang sangat sakti, namun ia tetap mengkhawatirkan Raja Albert saat ia tidak bersamanya.