Chereads / IMAN KARAKTER / Chapter 63 - Hidup dalam Kerendahan Hati

Chapter 63 - Hidup dalam Kerendahan Hati

Hendaklah sikap hidupmu sama seperti sikap hidup Kristus Yesus." (Filipi 2:5)

Dalam dunia yang seringkali didominasi oleh persaingan, ambisi, dan pencarian popularitas, kerendahan hati tampak seperti sebuah nilai yang terpinggirkan. Tren sosial saat ini lebih sering mendorong kita untuk menonjolkan diri, menjadi pusat perhatian, dan mencari prestise. Namun, di tengah keramaian dunia yang bising, panggilan untuk hidup dalam kerendahan hati tetap menjadi prinsip utama bagi para pengikut Kristus.

Ayat pendukung kita dari kitab Filipi 2:5 menyatakan, "Hendaklah sikap hidupmu sama seperti sikap hidup Kristus Yesus." Ayat ini mengingatkan kita akan teladan Kristus yang mengutamakan kerendahan hati dalam hidup-Nya. Ketika Dia hidup di dunia ini sebagai manusia, Ia menunjukkan sikap yang penuh kerendahan hati dan kesediaan untuk melayani, bukan untuk dipuji atau dihormati, melainkan untuk memuliakan Bapa di surga.

Kerendahan hati adalah sikap batin yang mengakui bahwa kita tidak berdiri atas kekuatan kita sendiri, melainkan karena anugerah Tuhan. Saat kita hidup dalam kerendahan hati, kita menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki, termasuk bakat, karunia, dan kesempatan, adalah karunia dari Allah yang perlu kita gunakan untuk melayani-Nya dan sesama.

Kerendahan hati adalah pintu masuk menuju hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan. Ketika kita merendahkan hati di hadapan-Nya, kita melepaskan egosentrisme dan ambisi duniawi yang dapat menghalangi hubungan spiritual kita. Ketika kita mengosongkan diri kita, Allah memiliki ruang untuk mengisi kita dengan kasih-Nya dan kehendak-Nya.

Salah satu contoh nyata dari kerendahan hati adalah diperlihatkan oleh Kristus ketika Ia mencuci kaki para murid-Nya (Yohanes 13:1-17). Pada saat itu, mencuci kaki adalah tugas budak yang paling rendah. Namun, Kristus, sang Raja segala raja, dengan rendah hati membungkuk dan melayani para murid-Nya. Dalam tindakan ini, Dia menunjukkan betapa pentingnya sikap pelayan dan kerendahan hati dalam kehidupan orang percaya.

Kerendahan hati bukan berarti merendahkan diri dan merasa rendah diri, melainkan tentang mengakui bahwa setiap orang adalah ciptaan Allah yang berharga. Dalam surat Roma 12:3, rasul Paulus menasihatkan, "Oleh kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada kamu sekalian: janganlah menganggap diri kamu lebih tinggi dari pada yang patut kamu anggap, tetapi pikirlah sewajarnya, setiap orang menurut ukuran iman yang telah dikaruniakan Allah kepadanya." Kita diajak untuk menghormati sesama, menghargai keunikan dan bakat mereka, dan memberikan pelayanan dengan penuh kasih.

Kerendahan hati juga berarti mengakui kesalahan dan bersedia bertobat. Kita adalah manusia yang tak sempurna dan seringkali melakukan kesalahan. Namun, ketika kita hidup dalam kerendahan hati, kita dengan rendah hati mengakui kesalahan kita, meminta maaf, dan berusaha untuk memperbaiki diri. Dalam Surat Yakobus 4:6, tertulis, "Tetapi Ia memberikan kasih karunia yang lebih besar lagi. Sebab itu kata Alkitab: Allah menentang orang-orang congkak, tetapi Ia mengasihani orang-orang yang rendah hati."

Hidup dalam kerendahan hati juga membuka pintu bagi pemuliaan dan kebangkitan. Alkitab mengajarkan bahwa orang yang merendahkan diri akan ditinggikan oleh Tuhan (Lukas 14:11). Ketika kita melayani dengan kerendahan hati, Allah memberkati dan mempergunakannya untuk kemuliaan-Nya.

Dalam hidup ini, mungkin kita menghadapi tekanan dan godaan untuk mengejar kehormatan, pengakuan, atau kesuksesan duniawi. Namun, ketika kita hidup dalam kerendahan hati, kita akan menemukan bahwa penuh dengan kedamaian, sukacita, dan ketenangan. Karena itu, marilah kita hidup dalam kerendahan hati, mengikuti teladan Kristus, dan menjalani panggilan-Nya dengan penuh dedikasi dan cinta. Dalam kerendahan hati kita akan menemukan kedamaian, arti yang sejati, dan hadirat Allah yang selalu menyertai kita.