Bobi mengatakan dan membahas bagaimana jikalau kita membuat sebuah acara yang bagus pada tahun baru nantinya. Karena kawan-kawan yang lainnya ada yang mengajak menonton pertandingan bola kaki saja sambil menunggu pergantian malam tahun baru.
Namun disisi lain, mereka-mereka tidaklah berselera jikalau pergi menonton bola ataupun membuat acara tanpa adanya wanita, tentulah tidak akan membahana.
Karena bagiku dan kawan-kawan, kehadiran wanita adalah sebagai pelengkap suasana, sehingga kami pun menjadi tidak bosan.
Namun ku tidak begitu bersemangat karena tadi ku telah merasakan sedikit cemburu.
Risa pun jugalah belum pasti dalam mengabarkan apakah Nia juga akan datang nantinya jikalau kami mengadakan acara tahun baru. Diriku mengobrol dengan Bobi pun menjadi terasakan sedikit sungkan.
Sejauh yang ku tahu bahwasanya Bobi memanglah banyak mengenal para wanita, sehingga ku juga bisa ikut melihat jikalau saja ada yang cocok kepadaku, karena pada saat ini diriku sedang terbingung rindu, namun perasaan sukaku telah timbul pada Kenia.
Bahkan telepon dari Kenia yang tadinya terdengarkan olehku dan seolah-olah saja mereka berdua tertampak seperti sudah akrab, tentu perasaan dan hasratku yang begitu menggebu-gebu tadinya sedikit berubah, namun tidak berpindah.
"Bagaimana Bang kalau kita nonton sepak bola sambil tahun baruan nantinya disana, di kafe Yike-Yiku-Yiki Bang," ujar pendapat Bobi padaku.
"Ya, diriku oke-oke saja Bob, apalagi ku juga tidak punya acara," ujarku.
Maka setelah itu kami pun berbincang-bincang sejenak mengenai acara tahun baru, namun ku melihat ada pikiran yang sedikit bingung dari raut wajahnya pada waktu itu dan tertampak seperti memikirkan sesuatu.
Terkadang dirinya termenung sejenak beberapa detik ketika kulihat, karena kami masih mahasiswa dan tentunya kesenangan di malam tahun baru merupakan sesuatu yang berbeda.
Berbeda nuansa dari malam lainnya yang ingin kurasakan, mungkin saja keramaiannya dan juga kesan-kesannya. Bobi memang pandai dalam bermain musik rock dan bahkan kami pun sangatlah menyukai ragam-ragam musik yang ada.
Bilamana mendengar musik maka dapat membangkitkan gairah, begitu jugalah dengan perasaan yang seketika saja dapat tergairahkan.
Namun pada sore hari ini sungguh berbeda, manakala perasaan senang telah hadir namun telah bercampur dengan cemburu. Terkadang diriku memang cukup sulit untuk menutupi perasaan cemburuku, mungkin karena lebih besar rasa sayangku daripada cemburuku sehingga itu dapat tertimbul.
Apalagi diriku yang masih sangatlah muda dan belum paham apa-apa mengenai percintaan, tentulah dapat membuatku bingung. Setelah kami memperbincangkan rencana menonton bola, akan tetapi nampaknya si Bobi juga ingin mengadakan acara lainnya.
"Bagaimana kalau kita ajak para wanita mengumpul disini Bang untuk acara bakar-bakaran, mungkin saja Risa dan Kenia bisa hadir," ujarnya padaku.
"Ya baguslah, diriku juga senang," ujarku padanya karena ku cukup suka pada Kenia.
"Baik kalau begitu, nanti aku coba tanyakan pada mereka-mereka," ujarnya.
Rumah kos Bobi memanglah cukup luas dan memiliki teman kos lainnya, namun temannya itu jarang terlihat karena kesibukan.
Diriku bilamana akhir pekan tiba jugalah tidak begitu sibuk, sehingga jadinya ku punya sedikit waktu untuk bercengkrama dengan mereka-mereka.
Beberapa hari ini diriku terbayang dan sedikit memikirkan Kenia, Mungkin karena perasaan suka tadinya yang telah hadir kurasakan. Namun ada juga ragu di dalam diriku bilamana melihat wajahnya yang begitu cantik dan mempesona.
Sehingga percaya diriku pun sedikit menurun, akan tetapi ku hanyalah manusia biasa maka wajar saja bila diriku pun merasakan itu. Merasakan perasaan yang terasakan seperti berjuang.
Namun yang membuatku sedikit berkecil hati karena tadinya si Kenia menelpon Bobi dan bahkan tidak membalas pesanku, mungkin saja Kenia tidak mengetahui bahwa ku sedang berada di tempat Bobi sekarang ini.
Jika saja ku tidak ada di tempat Bobi dan mungkin saja perasaanku pun tidak akan merasakan itu. Namun ku hanya bisa menjalankan saja apa-apa yang ada di depanku. Karena ku masih penasaran dengan mereka berdua, lantas ku tanyakan lagi kepadanya.
"Bob, apakah mereka-mereka Risa, Kenia dan yang lainnya mau datang ke acara malam tahun baru nanti,?" ujar dan tanyaku menanyakan.
"Mungkin saja Bang, beberapa hari yang lalu Kenia juga mengirimkan pesan singkat padaku," ujarnya.
Kemudian ku terdiam sejenak mendengar ceritanya bahwasanya Kenia juga mengirimkan pesan kepadanya, karena ku tidak mengetahui apa-apa dan akhirnya ku jadi tidak banyak bertanya.
Sembari duduk-duduk kami pun membahas lebih jauh lagi mengenai acara tahun baru, nantinya akan seperti apa diriku pun tak tahu.
Namun gambaran dan bayang-bayang itu telah ada dan tergambarkan. Diriku memanglah belum matang layaknya jagung bakar tahun baru, karena ku masih seorang mahasiswa namun setidaknya ku sedang beranjak dan berusaha untuk mematangkan itu.
Apalagi harapanku yang tentu saja ku sangat berharap tidak terbakar pada apa yang tak kutahu. Namun bilamana ku sendiri dalam menjalani tahun baru, tentulah tidak akan enak dan bagaikan masakan tanpa garam dan gula.
Tetapi bilamana ku merayakannya dengan teman-teman dan wanita damba yang kusuka, tentulah akan cukup enak dan bagaikan masakan pakai garam dan gula, lebih enak lagi bila saja pas dengan takaran.
Karena mencari sesuatu yang enak dan berharga di dalam kehidupan ini, sungguhlah teramat susah, apalagi mencari kebahagiaan, maka dari itu diriku juga berlomba, berjuang dan berusaha walau ku hanya seorang diri, walau semampuku dan sewajarnya juga.
Begitu banyak orang-orang diluar sana yang berjuang dalam mencari kebahagiaan dan juga tambatan hati yang di inginkan, namun mereka pun tentulah penuh cerita dan juga pengorbanan.
Baru saja kami memperbincangkan mengenai acara dan lalu telepon Bobi berdering lagi dengan cukup keras, sontak seketika itu juga perasaan cemburuku tadinya bergetar dan berdebar lagi tatkala kudengarkan bahwasanya tadi dari Kenia.
Bahkan tertanya di dalam diriku ini apakah mungkin telepon yang kali ini jugalah dari dirinya lagi, maka tentu saja ku tidak mengetahui. Namun kali ini si Bobi sedikit menjauh ketika mengangkat telepon yang baru saja hadir tersebut.
Beranjak berdiri kemudian Bobi berjalan keluar ruangan dan tentu ku tidak mendengar dan mengetahui siapa yang menelponnya pada kali ini. Tetapi walaupun begitu, cemburu yang kurasakan tadi telah ada dan seperti terabaikan.
"Ya halo....." ujar Bobi terdengarkan kemudian berlalu keluar ruangan.
Diriku duduk sejenak sembari membaca keadaan dan situasi. Melihat langit-langit ruangan dan sudut-sudutnya yang cukup luas sungguhlah menceriakan.
Menceriakan suasana pada saat ini dan juga gambaran bayangan akan tahun baru nantinya, walaupun nantinya akan seperti apa tentulah tidak akan ada yang tahu, siapapun juga tidak akan tahu.
Karena Bobi menjauh dalam mengangkat telepon itu, maka tentu diriku hanya bisa menebak-nebak saja dan ku juga tidak bisa curiga apalagi berburuk sangka, karena dia sudah ku anggap temanku.
Teman dalam berbagi cerita dan juga merangkai impian dan rencana acara tahun baru. Namun tentu ku merasakan gusar dan gelisah karena tertanya dalam diriku siapakah yang menelpon itu.
"Apakah Kenia lagi?."
Tetapi walaupun begitu, perasaan cemburuku semakin larut dan terasakan begitu cemburu dan semakin cemburu, sehingga dalam benakku bertanya-tanya.