Sejenak tersadar tak semua yang kita jalani berjalan dengan mulus layaknya jalan yang baru saja dibaluti dengan aspal. Hal ini juga dialami oleh seorang gadis bernama Clara, anak pertama dari keluarga pak Didi juga Bu Sukma dan dikenal sebagai keluarga yang berkecukupan hartanya.
Tahun 2018
Kedua orangtua Clara menghadiri acara wisuda Clara dan akan melanjutkan pendidikannya di pesantren sesuai keinginan ayahnya. " Kak," panggil ibunya usai menghadiri acara. " Iya mah, kenapa?" Tanya Clara menatap wajah ibunya.
Tak ada sahutan dari ibunya, Clara pun memanggil ibunya. " Mah," panggil Clara melambaikan tangannya di hadapan wajah sang ibu dan terlepas dari lamunannya.
" Iya." Clara sempat kebingungan melihat ibunya menjadi diam sejenak setelah memanggilnya. " Mamah mau ngomong apa tadi?"
" Hmm... Kamu beneran mau masuk pesantren?" Tanya ibunya bernada seperti ragu dengan anaknya. Spontan Clara menghembuskan napas berat melontarkan jawabannya atas pertanyaan ibunya.
" Yaudah mah, aku mau." Kedua mata sang ibu terbelalak atas jawaban anaknya. " Alasannya apa?" Clara sedang mencerna kata-kata agar mudah menyampaikan kepada ibunya.
" Yahh mau gimana lagi. Toh, itu juga salah satu keinginan ayah kan?" Jawab Clara pasrah dengan keinginan ayahnya.
" Kamu yakin?" Ibunya mulai ragu pada anaknya seolah-olah Clara terpaksa melaksanakannya berdasarkan keinginan ayahnya bukan keinginannnya.
" Bismillah, kakak yakin mah. Doain aja bisa sampe lulus," jawab Clara tersenyum tipis meski lubuk hatinya dipenuhi dengan rasa takut dan cemas dengan hal tersebut.
" Yaudah kalo gitu. Nanti mamah bilang ke ayah ya," ujar ibunya dan Clara mengangguk setuju.
" Ya Allah apa aku bisa? Jujur aku gak yakin akan hal ini." Hari demi hari, Clara tak dapat melepaskan pikirannya mengenai dirinya akan masuk ke pesantren. Demi mengabulkan keinginan ayahnya, Clara perlahan-lahan merelakan dirinya agar dapat mengabulkan permintaan ayahnya karena Clara selalu terpikir dalam hatinya, " aku pasti bisa. Aku juga bakal usahain sampe lulus demi mewujudkan keinginan ayah dan aku harus bisa lalui ini semua."
Juni 2018
Pertama kalinya Clara tiba di pesantren dimana jaraknya jauh dari rumah. Ia juga diantar oleh ibunya menuju asrama barunya membawa koper dan barang-barang milik Clara.
Sang ibu pun turut membantu Clara merapihkan pakaian juga barangnya di kamar baru Clara. " Ra," panggil ibunya sedang Clara melihat pemandangan dari jendela. " Iya mah." Setiap pertemuan tentu adanya perpisahan, tapi bukan perpisahan ini yang Clara mau sampai ia selalu menghabiskan waktunya untuk menyendiri juga melamun layaknya orang yang terbebani oleh sejuta pikiran.
" Barang kamu dah mamah beresin sekarang kamu tinggal pamitan sama ayah sama yang lainnya juga," jelas ibunya menggandeng tangan Clara keluar asrama.
Langkah demi langkah, Clara semakin tak tenang karena belum siap berpamitan dengan keluarganya. " Yah, kakak pamit." Clara mencium punggung tangan ayahnya yang perlahan berkerut mencoba menahan tangisnya.
" Belajar yang bener ya kak."
Clara pun mengangguk tanpa menatap wajah ayahnya takut meneteskan air matanya di hadapan ayahnya. Dilanjutkan berpamitan dengan ibu juga adik-adik nya kemudian Clara kembali ke asrama.
" Perpisahan yang menusuk bagi aku ketika berpisah dengan keluarga sih. Aku gak bisa walaupun baru ditinggal sebentar." Kedua matanya pun tak lagi sanggup menampung air mata nya yang ingin tumpah dan mulai menetes sedikit demi sedikit menatap keluarganya masuk ke dalam mobil dan meninggalkan nya di pesantren sendirian.