Chereads / I dead and was reincarnated as a young princess [pindah ke noveltoon ] / Chapter 4 - Chapter 4. Apa-apaan situasi memalukan ini

Chapter 4 - Chapter 4. Apa-apaan situasi memalukan ini

"Itu putri Alice."

"Serius? Betapa imutnya dia."

"Ah, aku tahu. Bagaimana kalau kita dekatin saja?"

"Jangan bercanda, levelnya berbeda dengan kita."

"Kau benar, ya. Hahaha."

Ketika aku berjalan menuju Akademi, aku dengan cepat menjadi pusat perhatian para lelaki.

Aku tidak bisa menyalahkan mereka, aku memang imut..

Bibirku terngkat ketika memikirkan hal tersebut, aku menyibak rambut silver ini agar terlihat lebih memukau.

Angin berhembusan memainkan rambutku, dengan bola mata biru yang polos aku menatap para lelaki dan tersenyum.

Seperti baru saja melihat keajaiban mereka langsung merona, malu akan keimutanku.

Reaksi mereka sungguh imut..

Aku paham perasaan kalian, jadi bergembiralah. Aku berbaik hati memberikan senyuman..

Memikirkan hal tersebut membuatku menjadi aneh dan sedikit gemetaran.

Tunggu kenapa aku malah berlagak seolah-olah aku adalah prempuan. Sadar Yuji, kamu lelaki lo..

Dengan perasaan yang campur aduk aku berlari menjauhi mereka.

"I- imut!"

Meskipun sedang berlari aku masih dapat mendengar jeritan para lelaki menyedihkan, tidak aku juga lelaki! Sial dianggap imut itu benar-benar memalukan.

Sekarang aku paham bagaimana perasaan para gadis ketika dipanggil imut. Pantas saja mereka selalu berkata 'bodoh!' dan tersipu malu, ternyata rasanya menjadi pusat perhatian para lelaki itu benar-benar memalukan. Rasanya seperti tubuhku ingin terbakar.

Wajahku terus memanas, menjadi pusat perhatian. Aku nenyembunyikan wajah yang merah dengan kedua tangan. Tapi ketika aku melakukan itu, dapat terdengar beberapa orang berkata bahwa reaksi ini 'menggemaskan' itu membuat jantungku makin berdetak.

Bodoh, berhenti dengan ucapan imut dan menggemaskan..

Setelah menggalami beberapa kejadian memalukan akhirnya aku sampai ke kelasku. Beruntung di sana lebih banyak perempuan dari pada lelaki, jadi tindakan seperti sebelumnya tidak akan terjadi.

Namun, ini terlalu sepi!

Apa para gadis memang seperti ini!?

Ketika aku melihat sekeliling, hanya ada anak perempuan yang seumuran denganku sedang sibuk akan dunia masing-masing, beberapa membaca buku dan hanya berdiam diri tanpa mencoba berkomunikasi.

Anak jama sekarang memang seperti itu, kenapa mereka sangat egois!? Yah, tapi ini mungkin terbilang wajar. Akademi baru saja dimulai, bahkan jujur saja aku tidak ingin terlalu terlibat dengan para gadis.

Di kehidupan sebelumnya para gadis adalah malapetaka. Mereka terlalu sok berkuasa, mentang-mentang imut dan juga aku tidak paham dengan pola pikir perempuan.

Tapi karena aku menggunakan tubuh Alice aku harap aku paham dengan pola pikir perempuan..

Untuk sekarang mari memilih tempat duduk..

Aku berjalan dan memilih beberapa kursi kosong. Sebenarnya sangat banyak kursi yang tidak digunakan, mengingat semua orang hanya menjaga jarak dan duduk sendirian.

Tapi kursi idaman bagi pria tidak lain adalah tempat paling belakang. Aku tersenyum, kursi bagian belakang kosong dengan aku mengamankan jackpot.

Aku mengeser kursi dan duduk di sana.

"Hei, namamu siapa?"

Tepat setelah aku duduk dan memperhatikan jendela, sedang berlagak sebagai MC anime. Tiba-tiba suara gadis terdengar di sampingku, aku menoleh dan melihat sosok imut di dekatku. Karena ini adalah hari pertama sekolah tentu aku tidak tahu siapa dia.

Gadis kecil ini memiliki rambut pirang ponytail, mata kuning dan memiliki wajah yang imut seperti boneka.

Aku memerah melihat sosok seperti malaikat ini.Imut.Jangan beranggapan buruk denganku, meskipun tubuhku perempuan, tapi jiwaku tetap lelaki. Aku suka dengan sesuatu yang imut.

"..hmm.. Halo."

Aku terbangun dari pikiran sendiri. Menggaruk rambut yang tidak gatal aku mengeluarkan senyuman.

"Namaku Alice."

"Alice... kamu, anak dari raja Aron!?" Dia terkejut dan hampir saja berteriak. Agar menghindari keributan aku menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Hei, jangan berteriak." Bisikku.

Aku melepaskan tanganku, dan dia menatapku dengan mata agak bersalah. "Maaf."

"Tidak apa-apa... omong-omong apa aku boleh tahu n- n- namamu?"

Aku bertanyan dengan wajah yang memerah. Ini sangat memalukan mengingat sudah sejak lama aku tidak mengobrol dengan gadis dan dia adalah seorang malaikat, mana mungkin aku bertindak normal.

Mendengar pertanyaanku, dia ternsenyum bahagia dan mengacungkan tangan lembut miliknya.

"Aku Liana, salam kenal Alice."

Senyuman indah yang dia pancarkan berhasil membuat kebahagian dan rasa negatif dihatiku tersuci, seperti malaikat kecil dia membersihkan perasaan buruku dan merubahnya menjadi kebahagian.

Tanganku bergetar untuk meraih tangannya. "A- A-.. aku harap kita bisa.. menjadi akrab." Aku menoleh ke arah lain, menolak bertatapan dengannya untuk menyembunyikan pipiku yang terbakar.

Melihat respon maluku, dia tertawa jahil dan menusuk pipiku dengan jari-jari kecilnya. Awalnya aku membiarkan dia, namun untuk tujukan kedelapan aku menatap dengan rasa malu.

"Liana berhenti memainkan pipiku! Moo~"

Liana tertawa keci. "Maaf, habisnya reaksimu mengemaskan. Kamu orang yang cukup pemalu~" Bukannya berhenti menggoda, dia malah semakin bersemangat menusuk pipiku.

"B- berhenti mengatakan imu!, Dasar bodoh!"

Aku tidak bisa menahan rasa malu dan menaikan nadaku.

"Baik-baik, maaf."

Liana berhenti menggodaku dan kembali fokus menatap ke depan. Entah apa yang dia pikirkan, kini Liana menjadi sedikit diam.

Hening. Suasana kami menjadi lebih tenang sekarang. Ketika aku merasa bersalah dan ingin mengatakan permintaan maaf.

Tiba-tiba pintu bergeser dan menampilkan seorang lelaki yang seumuran denganku. Dia memiliki rambut hitam dan mata merah, suasana yang dia miliki seperti sebuah duri, jika didekati makan pasti akan terluka. Dengan kata lain dia seperti.

Preman.

Dia terlihat sedikit babak belur dengan perban di pipinya, aku tidak mau berpikir buruk, tapi tampaknya dia baru saja terjerumus dalam perkelahian.

Dia menatap seisi kelas dengan dingin dan berjalan ke arahku.

"Oi, menyingkirlah! Aku mau duduk di sana, jangan menganggu!"

Jujur saja ini bukan sikap yang layak dilakukan oleh perempuan dan orang dewasa, tapi sikap anak kecil ini sangat menyebalkan. Aku menatap dan mengeluarkan senyuman sinis.

"Hah! coba ulangi sekali lagi!"

Seperti sebuah adegan film, dengan cepat kami menjadi pusat perhatian. Aku dan lelaki itu saling menatap tajam, sedangkan Liana mengigit jarinya sendiri tampak ketakutan dengan apa yang terjadi.

Ini wajar seorang gadis seumurannya bertemu dengan orang seperti dia, jadi pasti gemetaran.

"Kamu berani juga untuk seukuran wanita."

Beruntung berkata perkataan 'wanita' aku menjadi tenang. Ini bukan cerita gelud, dan juga sekarang aku adalah perempuan. Setidaknya hingga aku belajar sihir untuk merubah gendre menjadi lelaki.

Jadi gelud baku hantam akan menjadi pilihan buruk. Untuk sekarang bertindak layaknya gadis adalah pilihan yang tepat.

"Dan kamu beraninya menganggu istirahat perempuan! Dasar bodoh~"

Aku mengembungkan pipi, bersikap seimut mungkin. Aku dapat melihat pipi dia menjadi merona karena tingkahku.

Hehe, tampaknya menggoda pria dengan wujud ini cukup asik..

"H.. berisik! Jangan bersikap sok imut."

Air mataku menetes deras, namun tentu ini hanyalah bohongan dan sandiwara. "Hiks.. hikss.. sangat jahat kamu mengatakan seperti itu untuk seorang gadis! Aku sakit hati tahu."

Dengan perkataanku satu kelas menatap anak laki-laki itu dengan pandangan menjijikan seolah berkata 'karena salahmu dia menangis tangung jawab' 

"Apa!? Jangan menangis!"

"Cih, menjijikan... tangung jawab karena membuat Alice menangis."

"Itu benar, bisa-bisanya kamu membuat gadis manis seperti dia. Kamu yang terburuk!"

Mendengar keluh kesah dari teman sekelas anak lelaki itu hanya bisa menghela napas dan tampak malu-malu.

"B- baiklah aku yang salah maaf!"

Sebenarnya aku merasa bersalah, tapi sepertinya menjahili dia akan menjadi lebih menarik.

Aku memiringkan wajah dengan pose imut dan tersenyum manis.

"Hem.. Alice memaafkanmu, tapi jangan ulangi lagi, oke."

Dengan senyuman dan sikap manis ini. Dia menjadi makin malu, sekujur wajah anak laki-laki itu menjadi merah padam. Dia membalikan badan dan berlari keluar kelas.

Aku mencoba memanggilnya, namun dia sudah terlanjur lari dan menghilang.

Aku menghela napas. Tampaknya aku terlalu berlebihan.  Sebagai sesama lelaki aku tahu perasaannya yang dipermainkan, Setelah ini aku akan meminta maaf.

Tapi saat itu aku tidak menyadari. Bahwa tindakan bodoh ini akan membawaku ke jalan yang sesat.

Author dan reader: kue lanang lo mas!