Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

I dead and was reincarnated as a young princess [pindah ke noveltoon ]

Renfiansyah
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.7k
Views
Synopsis
[ pindah ke noveltoon ] Asano Yuji, tiba-tiba meninggal karena kesalahan teknis Dewa. Sebagai permintaan maaf Dewa memberikannya kesempatan untuk reinkarnasi dan hidup kembali, tapi.... "Kenapa aku berada di tubuh seorang putri kerajaan? Apakah Dewa mempermainkanku." Bagaimana hidupku setelah ini? Aku laki-laki lo! Kenapa aku malah menjadi perempuan?
VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 1. Aku menjadi putri kerajaan?

Asano Yuji, itulah namaku. Hari ini adalah kelulusanku sebagai siswa SMA, sebuah hari kebahagiaan. Tentu siapa saja bersemangat dan sedih akan hari ini.

Semua bisa membayangkan isak-isak tangisan serta kebahagiaan yang akan terjadi.

Seharusnya seperti itu, tapi pada hari itu aku belum menyadari tentang takdir bodohku ini.

***

"Ibu aku akan segera berangkat!"

Aku berdiri dari tempat duduk ruang tamu dan hendak pergi menuju sekolah.

"Tunggu Yuji!"

"Ada apa ibu?"

Langkahku terhenti karena mendengar ucapan dari ibu. Aku menoleh kebelakang, menatap ibu yang memasang wajah sedikit sedih.

Apa yang membuat dia sedih...?

"Yuji, selamat atas hari kelulusan dan juga dasimu berantakan, hehehe~ anak ibu satu ini tidak pernah dewasa."

Ibu mengeluarkan senyuman manisnya, meskipun wajah dia keriput dan sedikit terdapat air mata, namun dia terlihat sangat cantik di sudut pandangku.

Dia berjinjit karena tubuhku sudah lebih tinggi dari dia dan tepat pada saat itu juga ibu merapikan dasi berantakan milik, dia melakukannya dengan senyuman.

Duh memalukan padahal sudah hampir lulus, tapi masih saja ceroboh...

Menyadari kecerobohanku, pipiku terasa hangat, aku cukup malu mengingat hari ini adalah kelulusanku.

Dan bahkan merapikan dasipun aku belum mahir sungguh memalukan.

"Ni sudah, hehehe~ Yuji kamu terlihat lebih gagah, seperti Ayahmu."

Ini membuatku malu hingga aku memalingkan wajah.

"Iya terima kasih Ibu."

"Maaf,ya Yuji ibu tidak bisa datang, padahal ini adalah hari pentingmu."

Ibuku sudah cukup tua, dia tidak terlalu sehat jadi dia tidak memiliki fisik yang cukup untuk berpergian dan bertingkah seperti dulu.

Bahkan untuk berjalan pun dia agak susah. Inilah kenapa alasanku senang, setelah lulus pasti aku akan membahagiakan ibu.

"Tidak apa-apa ibu, tenang saja. Setelah pulang aku akan membuat makanan yang banyak jadi sampai waktu itu tiba ibu istirahat saja di kamar."

Ibu menangis dengan keras.

"Uwaa Yuji, kamu benar... benar.. hiks... aku sangat bangga."

Aku tersenyum dan langsung membuka pintu keluar, berlari menuju ke sekolah.

"Yuji benar-benar sudah menjadi dewasa... benar, kan Sayang?"

Ibu Yuji menatap foto mendiang dari suaminya, dia meneteskan air mata mengelapnya.

"Tidak aku tidak boleh menangis, Yuji sudah merelakanmu. Jadi aku harus menjadi lebih tegar."

Setelah beberapa saat akhirnya aku sampai di sekolah.

Di sana sudah mulai ramai dengan banyaknya siswa yang berlalu lalang dengan pakaian wisuda.

Sejujurnya aku sudah cukup terlambat acara ini sudah dimulai.

"Yo, Yuji. Apa yang membuatmu terlambat?"

Bu Yui-sensei bertanya kepadaku, dia adalah guru wali kelasku untuk hari ini, jadi wajar apabila dia mengkhawatirkan tentang keterlambatan ini.

"Tidak bagaimana harus mengatakannya...."

Aku tidak mungkin berkata 'menghabiskan waktu dengan ibuku sebelum keluar, kan?' maka dari itu aku terdiam dan mencari jawaban lain, tapi...

"Yah, lupakan saja. Omong-omong apa kamu sudah siap dengan pidatomu?"

Kebetulan aku ditunjuk oleh para guru untuk memberikan sebuah pidato untuk hari kelulusan ini, aku awalnya menolak. Tapi mau gimana lagi ini perintah, sebagai ketua Osis aku tidak bisa menolak.

"Baik tentu saja," sahutku dengan senyuman di wajah.

Kemudian aku berjalan di depan banyaknya murid, menghela napas dan mempersiapkan diri untuk memulai pidato.

Ketika aku hendak memulai pidato, tiba-tiba kepalaku terasa sangat sakit, napasku sangat berantakan. Seolah-olah seperti sesuatu di dalam tubuhku tertarik.

"Hei, ada apa!?"

Semua orang tampak panik dengan kondisi ku yang tiba-tiba menjadi buruk, beberapa siswa yang berbasis rapi langsung berjalan, berkumpul menatap ku yang tertidur lemas.

Guru-guru juga berkumpul menatapku dengan khawatir. Mereka semua berkata sesuatu dan berteriak, namun aku tidak bisa mendengarnya karena kesadaran ini langsung menghilang.

***

Mataku perlahan terbuka, dengan perasaan aneh aku mengangkat tubuhku.

Kepalaku masih berdenyut-denyut ada apa denganku?

Ketika aku menyadari tempat ini tidak seperti biasanya. Aku bukan berada di sekolah, bahkan ini tidak seperti dunia normal.

Kosong, benar-benar tempat kosong berwarna hitam, aku menyadari satu hal.

Aku mati?

Tapi kenapa?

"Duh ini benar-benar gawat."

Terdengar suara yang terasa sangat berat bergema di satu ruangan ini. Tidak kata bergema kurang tepat, bahkan suara ini mungkin bisa terdengar full di dimensi ini.

Aku menoleh dan mendapatkan seorang pria tua berjenggot duduk di sebuah kursi dan meja.

Dia meletakkan kedua tangannya ke meja dan memukulnya menggunakan jari, menciptakan melodi yang berantakan.

"Siapa anda?"

"Ini benar-benar gawat. Duh! Bagaimana, ya?"

Dia mengabaikan ku, aku sekali lagi bertanya dan akhirnya dia menoleh.

Pak tua itu menghela napas, bermain dengan jenggotnya.

"Tolong jangan terkejut ya anak muda! Kamu sudah mati."

Mana mungkin aku tidak terkejut, namun kalau dilihat dari kondisi sekitar, tampaknya ini adalah kenyataan jadi aku menerima fakta ini.

Aku bisa merelakan diriku yang mati, tapi...

"Kenapa aku bisa mati?"

Aku tidak keracunan, tertabrak truck-kun, dan beberapa plot lain di novel yang kubaca, lantas bagaimana aku bisa mati. Inilah yang membuat bingung.

Pak tua berjenggot itu menggaruk rambutnya dan menundukkan kepala.

"Maaf!!! Aku salah cabut nyawa orang."

"Ha!?... Tadi kamu bilang apa!?" Aku berteriak dan terkejut. Serius aku meninggal karena ketololan dari dewa ini?

"Ya, sebagai Dewa ini sangat memalukan. Aku terlalu sibuk dengan game yang baru kubeli, jadi kupikir aku akan menyelesaikan tugas secepatnya agar bisa memainkan kelanjutannya... jadi aku membuat kesalahan dan malah mencabut nyawamu... aku benar-benar minta maaf."

"Maaf matamu! Ini nyawa orang, lo. Kerjalah yang benar! dasar dewa bodoh! Ini tidak lucu sama sekali... aku harus hidup untuk ibuku dan aku malah mati karena hal konyol ini? Anda benar-benar seorang bajing**."

"Oi, tidak perlu mengatakan seperah itu, kan? Dan juga untuk masalah ibumu tidak perlu khawatir."

Aku mengerutkan kening karena kebingungan. Apa maksudnya dari tidak perlu khawatir?

Dewa menatapku tampaknya dia paham akan kebingungan ini.

"Jadi karena aku salah mencabut nyawa orang. Maka sebagai Dewa aku mencoba mengembalikan jiwamu ke tubuh semula, tapi percuma. Tampaknya orang mati tidak bisa hidup lagi. Jadi aku membuat jiwa palsu yang mengisi tubuh aslimu dengan kata lain kamu masih hidup, tapi bukan dirimu yang asli."

Ini makin membingungkan. "Bicara pake bahasa manusia, biar paham as*!!" Aku menunjukkan jari tengah dan berteriak keras. Ini benar-benar membuatku emosi.

"Hikkk... maaf! Jadi bahasa gampangnya, identitas Yuji masih ada di bumi, tapi dengan jiwa palsu yang mirip kamu... tapi itu tetap palsu, jiwa Yuji yang asli tetap di sini."

"Kalau kamu melihat ini maka lebih gampang."

Dewa memperlihatkan gambaran di dunia manusia, di sana ada tubuhku yang bergerak bebas seolah memang memiliki jiwa.

Dia tersenyum dan makan bersama ibu. Semua tentang dia sangat mirip denganku.

Jadi begitu dengan ini aku tidak perlu khawatir dengan ibu..

Aku serahkan ibu untukmu jiwa palsu...

Aku meneteskan air mata karena merasakan kesedihan yang luar biasa. Melihat ibuku hidup tersenyum dan bahagia adalah mimpiku, tapi kalau yang berada di situ bukan aku, rasanya sesak.

"Jangan menangislah."

Aku menatap tajam dan memukul Dewa dengan keras.

"Aduh!" dia merintis kesakitan.

"Kamu kira ini karena siapa? Hah! Jawab pertanyaanku dasar Dewa bodoh."

"Sepertinya kamu harus dibunuh dan merasakan rasa sakit yang sama."

Aku tersenyum jahat dan merencanakan hal buruk.

"Tunggu, aku tahu! Aku tahu! Sebagai permintaan maaf akan kuberikan kamu kehidupan selanjutnya... yang sering umat manusia sebut 'reinkarnasi'"

'Reinkarnasi'? Sebagai Otaku tentu aku tersihir akan perkataannya.

"Apa kamu serius? Jadi kini aku bisa mengeluarkan sihir atau semacamnya?"

Dewa menganggukkan kepala.

"Yosh, keren... kalau begitu tolong lakukan Dewa, aku tidak sabar."

"Huh, dasar otaku bodoh. Hal seperti ini saja kegirangan," gumam Dewa.

Tapi, sayangnya aku mendengar itu. Aku menatap tajam dia.

"Apa kamu mengatakan sesuatu?"

Merasakan tatapan tajam dan hawa membunuhku Dewa menjadi ketakutan.

"Tidak ada apa-apa, bukankah ada hal penting yang lebih baik kamu lakukan? cepat berdiri di sana akan segera aku reinkarnasikan kamu."

Aku tersenyum dan tidak sabar.

Dewa membaca sesuatu seperti mantra dan dengan seperti itu aku melihat portal sihir di bawah kaki.

"Wow, inilah hidup! Yaho!"

Blum

Aku menghilang dari tempat tersebut.

Ketika aku membuka mata aku bisa melihat ornamen-ornamen yang terlihat mewah. Dan kasur ini sangat terlihat mewah, hal pertama yang muncul di benakku adalah.

Hahahaha, aku pasti reinkarnasi menjadi Putra kerajaan yang keren, pasti seperti itu...

Aku berdiri dari tempat tidur, walaupun aku merasakan tubuhku sangat menyusut dan ringan aku berjalan ke arah cermin besar di kamar.

Mari kita lihat tubuh keren ini..

Aku membuka mata. Imut sekali, anak siapa ini? Aku menatap sosok makhluk kecil yang imut di cermin.

Gadis kecil itu memiliki rambut perak yang bersinar seperti sinar bulan. Mata birunya yang lebar dipenuhi dengan rasa ingin tahu dan hatinya penuh dengan kepolosan. Dia seperti cahaya bulan, menerangi jalan di depan dengan kecantikannya.

Itulah yang ada dipikirkanku beberapa detik yang lalu. hingga akhirnya aku merasakan kejanggalan yang aneh. Aku melihat tanganku yang kecil dan memegang pipi yang serasa lembut ini. Dan pantulan di cermin memperlihatkan yang kulakukan.

Tidak salah lagi, ini adalah...

"Haaa!!! Aku berada di tubuh anak kecil ini!??"