Chereads / Bocil 3 Tahun ini adalah Penjahat / Chapter 36 - Chapter 36: Dionera Astra

Chapter 36 - Chapter 36: Dionera Astra

Dahlia segera mendekat dan menangkup tangan Elliotte.

"Saya sedang menunggu hari dimana Saya dan Kakak akan berdamai. Saya tidak bisa menjelaskan bagaimana bersyukurnya saya karena Kakak mau hadir"

Elliotte kesulitan menyusun kata-katanya. Setelah membasahi bibirnya beberapa kali, akhirnya dia membuka mulutnya, "Yang terakhir kali, itu ada kesalahpahaman. Bukannya aku membencimu-"

"Awas!"

PRAANG-!! Semburan yang mengeluarkan suara tajam memenuhi Aula Pesta. Kekuatan yang merusak datang dari arah jendela.

Elliotte yang terkejut menutupi wajahnya dengan satu tangan. Dahlia yang juga terkejut dengan suara ledakan itu jatuh tersungkur, dan dia mulai kejang-kejang.

Semua orang berlari ke Dahlia yang telah jatuh. Wajah Dahlia memucat.

Grimie berlari dari kejauhan, Paman berteriak kepada para pelayan yang ada di luar ruangan. "Dokter! Panggil Dokter sekarang juga!"

Dengan hati-hati, Elliotte mengatup mulutnya dan mendekati Dahlia perlahan, "Apa yang-"

"Itu salahmu, Elliotte!", Joffrey memblokir Elliotte dan memekik

"Apa?"

"Aneh sekali kau menghadiri pesta ulang tahun Dahlia. Kau sengaja duduk di sudut dan membujuk Dahlia untuk mampir kesini, kan!"

"Apa maksudnya...."

"Dahlia itu sangat baik sehingga dia tidak tahan melihatmu menyendiri. Jadi kau memancingnya kesini!"

Tidak ada kesempatan untuk menjelaskan bahwa itu bukan perbuatan Elliotte. Karena orang-orang menatapnya dengan tajam dan di penuhi amarah, seolah-olah mereka memiliki pisau tajam di mulut mereka.

Mata besar Dahlia yang bagaikan seekor kijang, perlahan mulai basah. Dahlia menatap Elliotte, dengan air mata yang hampir mengalir turun dari kedua sisi matanya.

"Kakak...."

"A, AKU, AKU-"

Saat Elliotte hendak menjelaskan, semua orang berteriak bersamaan pada Elliotte

"PERGI!"

"PERGI!"

"Darah Kotor rendahan!"

"Setan penyiksa Dahlia!"

"PERGI!"

Elliotte yang mengepalkan tangannya, menggigit bibir bawahnya dengan keras. Demikianlah, Elliotte berbalik dan meninggalkan Aula Pesta. Dengan kata-kata kasar setajam anak panah menusuki punggung Elliotte.

Pada saat tidak seorang pun dapat melihatnya, langkah Elliotte melambat. Air mata yang menetes membasahi lantai.

"Seperti orang bodoh saja...", Setelah mengucek matanya dengan satu tangan, dia menghela nafas sedihnya. Kemudian dia membuang kartu ucapan itu ke tempat sampah di lorong.

TUK.. Kartu itu yang terbuka dengan lebar, menabrak bagian dalam tempat sampah dan jatuh di atas tumpukan sampah.

[Selamat Ulang Tahun. Untukmu yang bagaikan bunga matahari]

Elliotte berjongkok di depan tong sampah, membenamkan wajahnya di kedua tangannya. Air mata Elliotte menetes melalui celah-celah di antara ke-dua tangannya.

***

"Ugh!" , Aku terlompat, rambutku basah karena keringat dingin

'Apa? Mimpi buruk apa itu?'

Aku tidak memperkirakannya, karena adegan tersebut tidak ada di Novel. Tapi mimpi itu sangat jelas.

'Apakah aku melewatkan beberapa bagian saat membaca Novel-nya?'

Walaupun begitu, tidak ada yang masuk akal disana. Rasanya benar-benar berbeda dari Elliotte dari [IPTVG] yang ku-tahu....

Pada saat itu, suara ketukan keras terdengar dari pintu.

"Ya", kata-ku, dan seseorang masuk.

Seorang pelayan mendorong troli yang penuh dengan air untuk mencuci muka.

Melihatku, matanya melebar, "Oh, Nona Muda...."

Itu adalah Greta, pelayan yang merawatku selama aku tinggal di Kamar Cadangan Kastil Utama.

Greta segera berlari ke depan kasur, "Saya belum melihat anda selama beberapa bulan, tapi anda telah tumbuh begitu cepat...!", katanya sambil merengek, "Syukurlah!"

Namun pakaian Greta aneh. Awalnya, Greta mengenakan pakaian Pelayan Anak, tetapi sekarang berubah menjadi Seragam Bagian Kebersihan.

"Kenapa baju Greta sepwerti itu?"

"Ah, pekerjaan saya telah berubah"

"Bagaimanya Hilda?"

"Hilda juga!"

Awalnya, pangkat Hilda dan Greta adalah Pelayan Kamar Anak. Perannya adalah merawat anak-anak, membantu Nanny dan membantu pekerjaan lainnya. Hilda dan Greta merawatku karena mereka adalah pengurus kamar cadangan. Tapi sekarang dia mengenakan pakaian Kebersihan Kamar.

Greta menyeringai dan menggaruk kepalanya dengan malu-malu.

'Pangkatnya diturunkan'

Dia sangat polos sehingga dia tidak cocok dengan lingkungan Astra....

Pelayan lain masuk, Ia mengenakan pakaian Pelayan Anak seperti yang dikenakan oleh Hilda dan Greta sebelumnya. Pelayan itu juga datang untuk memandikanku tadi malam dan menidurkanku.

"Sekarang, mari kita mandi?"

Pelayan itu mengikatkan bib di leherku dan membasuh wajahku dengan air yang dibawakan Greta.

"Ow!"

Tangan pelayan yang mencuci wajah-ku begitu kasar sehingga terasa sakit. Greta membuka mulutnya dengan takjub, "Permisi...!"

"Ada apa?"

"Kulit Nona Muda itu sensitif, jadi kalau anda tidak melakukannya dengan lembut, itu akan menyakitkan..."

Mata pelayan itu menatap Greta dengan tajam. Ia mengerutkan keningnya dan berkata, "Apa kau pikir kamu seorang pengasuh? Jangan bicara omong kosong di depan Nona Muda"

Setelah berkata demikian, pelayan itu menatapku dengan senyum cerah dan ramah, "Apakah anda kesakitan? Maaf, aku akan lebih berhati-hati"

Dia berkata begitu, tapi hatinya tetap masam, dan tangannya terus bergerak dengan kasar. Dalam waktu kurang dari lima menit, pelayan yang mengganti pakaian-ku dengan cepat membungkukkan badan dan pergi begitu saja menutup pintu.

Ketika aku melihat ke cermin, kepalaku berantakan seperti terkena serangan bom. Aku memiliki rambut pirang dan keriting, jadi aku akan tampak menggumpal jika tidak menatanya dengan baik.

Greta melihat sekeliling syut, syut, dan kemudian mendekatiku dengan hati-hati. "Bolehkah saya mengikat ulang rambut anda?"

"Yap!"

Setelah aku menjawab, Greta dengan cepat merapikan rambutku lagi. Meskipun dia memiliki ekpresi yang tidak sabaran karena takut Pelayan Anak akan masuk lagi, namun tangannya menyisir rambutku dengan sangat lembut.

"Selesai" Greta yang mengepang rambut-ku menjadi dua kepang di bawah telinga, lalu meletakkan sisir, "Imut sekali"

"Aku juga syuka"

"Hehe", kata Greta dengan senyum lebar.

Sat itu TENG TENG bel berbunyi. Itu adalah tanda dari akhir dari jam pagi.

Greta bergegas keluar dan menyapa, "Semoga harimu menyenangkan!"

"Greta jugaa!", Aku pun melambaikan tanganku untuk menyapa Greta.

Hari ini, aku keluar kamar dengan tas tangan kecil di samping. Saat aku berjalan menyusuri lorong, seorang Pelayan Anak yang mengikat rambutku dengan seenaknya, berdiri di depan sebuah pintu.

'Itu kamar Joffrey'

Pelayan itu sedang berbicara dengan seorang wanita dengan gaun hijau polos.

"Kamu sudah melakukan yang terbaik untuk melayani Tuan Muda. Bagaimanapun, terima kasih karena selalu menjaga Tuan Muda Joffrey dengan baik"

"Apa maksudmu!", Pelayan itu menutupi mulutnya dan tertawa.

Dari percakapan itu, wanita berbaju hijau itu sepertinya adalah pengasuh Joffrey. Sementara Suara Pelayan terdengar semanis madu.

'Oh begitu', Aku dengan cepat memahami situasinya.

Pengasuh Joffrey sangat terkenal disini karena latar belakangnya. Dia berasal dari Ibukota Kekaisaran, dan karena dia adalah seorang pengasuh dari banyak keluarga bangsawan, dia mengatakan bahwa dia bisa mengaturkan posisi pengasuh untuk para pekerja.

'Yah, aku tidak peduli'

Kalau dia berlaku kasar toh, aku tinggal meminta Kepala Pelayan untuk menggantinya. Aku adalah seorang anak yang langsung mengikuti pendidikan di semester 7. Hanya dengan satu kata, kepala pelayan akan dengan cepat mengganti pelayan.

Saat aku berjalan sambil memikirkannya, PHAK!

"Aw!", sesuatu terbang ke arah punggungku dan mengenaiku, benda itu jatuh ke tanah.

Ketika aku berbalik, Joffrey menatapku dengan seringai. Dia melemparkan sepatu ke arahku. 'Anak itu...!'

"Sakiit!"

Saat aku berbicara, Joffrey hanya mengangkat bahunya, "Itu salahmu karena tidak menghindarinya"

Aku melepaskan sepatuku dan memungutnya.

dan PHAK!

"Aduh!"

Sepatu itu mengenai wajah Joffrey

"Astaga, Tuan Muda!"

"Brengsek!", sepatu itu mengenai wajah Joffrey dan membuatnya mimisan. "Kau, kau, apa yang kau lakukan!"

"Itu salah Joffrey tidak bisa menghindarw"

"Kau...!", Joffrey mengerang dan menghentak-hentakkan kakinya ke arahku!

Di saat aku menunduk untuk mengambil kembali sepatu-ku-

Lengan-lengan tergantung di leher Joffrey dari kedua sisi.

"Apa!-...HIC!"

Itu adalah Joshua dan Balzac.

"Ikut aku sebentar yuk?"

"Tunjukan gigimu dan tersenyumlah"

Wajah Joffrey memucat saat bahunya terperangkap dari kedua sisi. Si Kembar membelokkan Joffrey dan berkata kepada-ku, "Baby, pergilah duluan"

"Ya!"

Joffrey akan diseret ke suatu tempat. Tak bisa berbuat apa-apa selain memanggil dengan ratapan, "Nanny..."

Pengasuh Joffrey, Nyonya Sarah, segera memahami tujuan anak-anak itu, "Ya ampun, Tuan Muda! Saya akan memanggil profesor!", Pengasuh itu terburu-buru berlari menuju Ruangan Profesor.

Aku melihat Joffrey diseret dan memulai langkahku untuk pergi ke kelas lagi. Aku masih muda dan aku akan mendapat Pendidikan Dasar.

'Hm, dimana ruang kelas pemula...'

Apakah itu di lorong timur atau lorong barat? Bangunan baru itu begitu luas sehingga aku harus berpetualang untuk beberapa saat demi mencari ruang kelas untuk pertama kalinya. Rasanya seperti berputar-putar di dalam Gedung Baru.

Kemarin, aku hanya harus mengikuti anak-anak, tapi aku tidak tahu dimana letaknya kelas itu kalau mencarinya sendiri.

'Karena ini adalah gedung laboratorium yang direnovasi, jadi strukturnya pasti rumit'

Tempat itu harus berstruktur kompleks untuk mencegah subjek melarikan diri.

'Aku harus mempelajari jalan-jalannya selama akhir pekan'

Berpikir demikian, aku tetap berjalan.

"Oh!", Suara terkejut terdengar

Aku berbalik dan melihat seorang gadis dengan rambut hitam keriting. Dia tampak berusia sekitar 8 tahun kalau wajahnya sedikit lebih terbuka.

'Itu Dionera', Dia adalah sepupu dengan kepribadian pemalu

"Oh maaf, Ruang Pendidikan Pemula dan Dasar bukan disana, tapi disana...", Setelah mengatakannya, dia memainkan jarinya dan menatapku. Dia tampak khawatir kalau mungkin dia telah mengajari hal yang sia-sia.

"Terima kasii"

Ekspresi Dionera menjadi cerah dan dia menjawab, "Ya"

"Apa kakak jugaa akan pergwi ke kelas Dasar?"

"Benar...."

"Sama-sama yuuk", aku mendekati Dionera dan mengambil tangannya.

'Aku beruntung mendapatkan orang yang bisa memandu-ku'

Kemudan Dionera menatapku dengan heran. Dia melihat tangannya yang di genggam dan kepada-ku beberapa kali, lalu menundukkan kepalanya. Telinganya memerah.

"Oke..."

Aku berjalan menyusuri lorong bersama Dionera. Ketika kami mencapai ujung dari lorong barat, kami melihat pintu besar.

Ada dua penjaga yang menjaga pintu. Para penjaga melihat-ku dan membukakan pintu.

Saat masuk, anak-anak yang sudah datang lebih awal telah mengambil tempat duduk.

'Mereka semua anak-anak'

Karena, Ruang Pendidikan dasar awalnya dibuat untuk anak-anak kecil.

"Ehm, tempat duduknya....", Dionera melihat sekeliling

Aku melambai padanya, "Sini, duduk sama-samaa"

"Bolehkah....?", pipi Dionera terbakar, dia terlihat sangat malu.

'Imutnya'

Saat aku hendak duduk di kursi kosong, orang yang familiar dalam pandangan-ku menundukkan kepalanya. Seorang gadis dengan rambut pirang melingkar.

"oh, kak Liantyn"

Liantyn adalah anak yang mencuri Pil Regresi Fisik palsu dariku dan memberinya kepada Kakek di hari ulang tahunnya, tapi itu jelas merugikannya.

Anak itu terkejut! Bahunya gemetar. Dia sepertinya menundukkan kepalanya ketika mengetahui aku akan mendekat.

'Liantyn seharusnya lebih dari cukup untuk berada di Kelas Dasar'

Lalu aku mengingat apa yang di katakan Liantyn tempo hari

"Mereka tidak tulus. Mereka mengabaikanku karena peringkatku paling terendah di antara garis Keturunan Langsung!"

Tampaknya Dia masuk di Kelas Dasar karena nilainya tidak bagus. Kalau diingat-ingat, deskripsi tentang Liantyn di [IPTVG] tidak selalu bagus.

'Bahkan jika dia belajar dengan baik, nilai ujian-nya selalu buruk'

Tapi itu aneh, Kupikir dia akan mengatakan sesuatu yang menusuk saat kami bertemu lagi, tapi dia diam saja?

Setelah berpikir sejenak, aku segera menyadari, 'Itu karena Aku berada di peringkat #7'

Liantyn adalah anak perempuan yang menganggap peringkat sebagai hidupnya. Sampai-sampai dia melakukan apa pun untuk bisa dipandang Kakek dan menaikan pangkatnya.

Liantyn meraih bukunya dan berdiri. Dan ketika dia mencoba untuk pindah, BANG! terdengar suara keras dari pintu.

Itu adalah Joffrey.

Liantyn terkejut melihat Joffrey, dan duduk kembali serta menundukkan kepalanya.

'Huh, Joffrey mengambil kelas yang sama?'

Joffrey menatapku tajam. Namun, dia tidak bisa melakukan lebih dari itu. Karena Joshua dan Balzac melambai padaku dari luar jendela. Joffrey mengatup giginya dan duduk di kursi yang tersisa.

Itu di sebelah Liantyn.

Tidak lama kemudian, pintu Kelas terbuka dan Profesor memasuki ruangan. Si Kembar yang melambaikan tangan dari jendela, mengawasi sampai jam pelajaran dimulai, lalu pergi ke kelas mereka.

Profesor membagikan kertas pertanyaan ke setiap anak.

"Tidak seperti Kelas Menengah dan Lanjutan, Kelas Pendidikan Dasar melakukan pembelajaran secara individu sesuai tingkatan masing-masing. Sebelumnya, kami akan memeriksa tingkat akademik anda"

Itu seperti kertas ujian.

Aku menuliskan namaku dengan bengkok di bagian atas, dan memperhatikan soal-soalnya.

'Ini benar-benar soal yang sulit untuk anak-anak'

Mereka diminta untuk menafsirkan kalimat sulit dalam Bahasa Kuno, ada juga masalah pembagian dengan tiga angka. Mengingat anak tertua disini berusia 10 tahun, tingkat kesulitannya sangat tinggi.

'Apakah tidak masalah kalau semuanya dijawab dengan benar?'

Aku hanya perlu menebak-nebak beberapa soal yang cukup mudah. Dengan pemikiran itu, aku fokus pada ujian.

Bagiku, lebih sulit menulis huruf kecil dengan alat tulis dari pada menjawab soal-soal. Ini karena otot jariku belum berkembang.

Setelah menyelesaikan semua soal, aku melirik ke Joffrey dan Liantyn yang ada di depan-ku....

'Eh?'