Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Kembalinya Sang Ilmuan Yang Menjadi Hunter

🇮🇩Fan_Cy
--
chs / week
--
NOT RATINGS
896
Views
Synopsis
Atsushi Akihiko, seorang Ilmuwan tingkat Paling Bawah mati di bunuh oleh Direktur New Path of Technology. Di saat Akihiko berpikir ia telah mati, ia justru terbangun di sebuah tempat yang gelap dengan seorang pria asing di depannya. Pria asing itu mengaku sebagai seorang Dewa yang membuat dunia menjadi kacau dengan sengaja. Akihiko rasanya sangat marah, namun ia tak bisa apa-apa karena ia hanya bisa berbicara. Setelah mereka mengobrol, Pria misterius itu tanpa basa-basi membuat Akihiko terlahir kembali 15 tahun sebelum kekacauan dimulai. Apa yang sebenarnya Dewa itu rencanakan? Apakah kekacauan yang terjadi bisa dihentikan?
VIEW MORE

Chapter 1 - Eps 1: Awal Dan Kematian

Atsushi Akihiko, seorang Ilmuwan tingkat Paling Bawah di organisasi New Path of Technology atau dikenal NPT sedang meniliti sebuah batu ungu bercahaya yang sangat besar didepannya.

Ia terlihat sedang mencatat sesuatu sembari melihat batu besar itu beberapa kali. Sepertinya batu itu sejenis batu meteor namun bercahaya dan berwarna ungu.

Ia terus mencatat sambil menggumamkan sesuatu, sampai seorang laki-laki lain datang menghampirinya.

"Hei, si tak berguna! Cepat bikinkan aku kopi! Cih, penelitian tentang batu meteor ini benar-benar menyebalkan!" kesalnya sembari menggaruk-garuk kepalanya.

Akihiko hanya menurutinya dan dengan segera pergi ke dapur untuk membuat kopi.

"Haah... sampai kapan aku akan begini..? Sudah 3 tahun lamanya aku masih di peringkat Paling Bawah di NPT..."

"Sebenarnya kenapa aku selalu gagal di ujian kenaikan peringkat sih? Padahal aku yakin jawabanku benar semua..." keluhnya sembari mengisi air di gelas.

Setelah selesai membuat kopi, Akihiko pun segera kembali ke tempat ia meneliti tadi dan memberikan kopinya kepada lelaki itu.

Lelaki itu dengan cepat mengambilnya dan meminumnya begitu saja. Bukannya mengucapkan terimakasih, ia malah memuncratkan isi mulutnya dan marah-marah kepada Akihiko.

"Hei bangsat! Apa-apaan ini hah?!! Puh, pahit sekali! Kau itu bisa tidak sih bikin kopi hah?! Udah tingkat Paling Bawah, juga gak bisa bikin kopi?! Dasar sampah!" Lelaki itu pun melempar kopi yang tersisa ke badan Akihiko.

Secara tak sadar, Akihiko pun berteriak kencang kesakitan. Mau bagaimana lagi? Kopi itu baru jadi dan masih panas tapi malah dilempar begitu saja ke tubuhnya.

"Dasar gak guna! Cih!" Lelaki itu pun pergi ke sudut lain sambil mengumpat-ngumpat.

Para Ilmuwan yang juga ada disana hanya diam saja sembari berbisik-bisik dengan yang lain dan bukan membantunya.

"..." Akihiko hanya terdiam lalu pergi ke kamar mandi dengan raut wajah sedih untuk membersihkan dirinya.

Sesampainya disana, ia pun dengan cepat mengganti pakaiannya dengan pakaian baru sebelum lengket ditubuhnya. Di tengah-tengah itu, Akihiko menangis dengan suara kecil sembari mengutuk hidupnya.

Beberapa saat kemudian, ia pun keluar dari kamar mandi, dan bertemu dengan salah satu Ilmuwan tingkat Menengah.

"Ah! A-Akihiko! Kau tidak apa-apa kan? Oh ya, k-kau jangan salah paham dulu, oke?" ucap perempuan itu dengan wajah tersipu malu.

Akihiko yang melihatnya cukup terkejut, karena baginya, seorang Ilmuwan tingkat Menengah tidak akan ada yang pernah ingin berbicara dengan ia yang seorang Ilmuan tingkat Paling Bawah.

"Kau.. Akiko Ami tingkat Menengah, kan? Kenapa kau ada di depan toilet laki-laki?" herannya.

Akiko dengan cepat menjawabnya dengan terbata-bata, "A-aku bisa jelaskan kok! Dan jangan panggil aku tingkat Menengah oke, itu gak enak didengar!"

Akihiko hanya menatapnya dengan aneh.

"O-oh ya, bagaimana dengan tubuhmu? Kau baik-baik saja kan?"

"Bagaimana kau tau? Seingatku kita tidak satu tim. Juga, tolong jangan pedulikan aku, itu hanya membuatku takut," ucapnya dengan mengalihkan pandangan.

Suasana antara mereka pun seketika hening.

"Ba-baiklah, a-aku mengerti... Aku hanya ingin tau keadaanmu, itu saja. Maaf kalau aku membuatmu tak nyaman..." Akiko pun pergi dari situ dengan tersenyum pahit.

Akihiko lagi-lagi hanya terdiam dengan tatapan kosong untuk beberapa saat. "Haah... Ayo balik saja..." Akihiko pun pergi dari sana dan segera ke tempat penelitiannya.

Beberapa jam pun telah berlalu. Jam dinding telah menunjukkan jam pulang. Para Ilmuwan segera membereskan barang-barang mereka dan pergi ke rumah mereka masing-masing.

Saat Akihiko sedang membesrekan barang-barangnya, ada seorang Lelaki lain yang merupakan pemimpin proyek penilitan Akihiko yang menghampirinya.

"Hei, Akihiko, kau jangan pulang dulu. Kau dipanggil oleh Pak Direktur," Setelah mengucapkan beberapa patah kata, Lelaki itu pergi begitu saja dengan tatapan sinis.

Akihiko hanya bisa menghela napasnya. Padahal ia hanya ingin pulang dengan tenang dan bertemu dengan orang tuanya, tapi ia malah dihampiri berbagai masalah.

Sesampainya di ruang Direktur, Akihiko pun mengetuk pintu tiga kali dan mengucapkan salam. Dan tak lama, ada suara berat dari dalam yang memperbolehkan Akihiko masuk.

Akihiko pun masuk ke dalam tanpa segan. "Pak Direktur, Anda memanggil saya?"

Di dalam ruangan itu, seorang Laki-laki tua memutarkan kursinya dan melipat tangannya di meja. Ia melihat Akihiko dengan tatapan tajam.

"Akhirnya kau datang juga, aku sudah menunggu lama."

"Maafkan saya membuat Anda menunggu," tunduk Akihiko.

"Omong-omong, ada hal apa sampai Anda memanggil saya?"

Lelaki tua itu tersenyum tipis. "Akihiko, ini sudah 3 tahun lamanya, dan kau masih saja ada di tingkat Paling Bawah..."

"Apa kau... tidak malu?" Tatapnya dengan sangat tajam.

"Tunggu! Pak! Ini bukan salah saya! Saya selalu mengikuti ujian dan saya yakin jawaban saya sudah benar!"

Lelaki tua itu hanya terdiam dengan wajah sinis. "Jadi maksudmu, pihak penilai yang ku pilih yang salah?"

Akihiko hanya terdiam dengan takut.

"Sudahlah, aku memanggilmu bukan untuk ini." Lelaki tua itu pun mengangkat tanggannya dan menjentikkan jarinya.

"CTAAK!!" Lampu seketika mati. Akihiko pun menjadi panik. Dan... "SRAAAKK!!" Tiba-tiba saja muncul dua orang laki-laki di belakang Akihiko dan membungkus Akihiko dengan sarung.

Akihiko yang terkejut pun memberontak sembari meminta pertolongan.

"Cih, berisik sekali. Pukul dia."

Dan dengan cepat, salah satu orang yang menangkap Akihiko pun memukulnya dengan keras sampai membuat Akihiko pingsan lalu menggendongnya.

"Bawa dia keruangan itu. Aku akan segera kesana," ucapnya dengan wajah licik.

Beberapa saat kemudian, Akihiko pun terbangun di sebuah gudang yang gelap. Ia diikat di sebuah kursi kayu. Tangannya diikat begitu juga dengan kakinya. Mulutnya juga ditutup dengan perban.

"T-tunggu, a-aku dimana ini?! B-bagaimana aku bisa disini?! A-aku diculik?! Uh, aku gak bisa mengeluarkan suaraku..!" 

Setelah cukup sadar, ia melihat sekitar berulang kali, sampai... "CTAAK" Lampu ruangan itu tiba-tiba menyala. Ruangan yang awalnya gelap gulita dengan cepat menjadi terang.

Karena lampu yang menyala mendadak, Akihiko pun tanpa sadar menutup matanya karena terlalu silau.

"Aku tak menyangka kau akan membutuhkan waktu lama untuk terbangun. Kau membuang-buang saja waktuku."

Di dalam gudang itu, terlihat seorang Lelaki tua yang merupakan Pak Direktur duduk di depan Akihiko dengan dua orang yang tergantung di kanan dan kiri Pak Direktur dengan dua Penjaga di kanan dan kiri pintu keluar.

Di sebelah kanan Pak Direktur, seorang perempuan cantik diikat gantung. Sementara di sebelah kanan Pak Direktur adalah seorang laki-laki paruh baya.

"Tunggu... Suara itu.. Pak Direktur?!" Akihiko membuka matanya perlahan-lahan, dan betapa terkejutnya ia. Bukan karena Pak Direktur yang menangkapnya, namun kedua Orang tuanya yang pingsan tergantung di langit-langit.

"Ayah..? Ibu...? AYAAAAAH!! IBUUUU!!" Akihiko pun meberontak untuk melepaskan diri sembari berteriak ke Ayah Ibunya. Namun, usahanya sia-sia. Talinya diikat dengan sangat kencang, mulutnya juga diselotip.

"Hm, karena kau sudah bisa memberontak, berarti kau sudah sadar," ujar Lelaki tua itu dengan bosan.

Lelaki tua itu menyuruh para Penjaga untuk membangunkan Orang tua Akihiko. Mereka pun langsung mengambil botol air dan menyiramkannya ke wajah Orang tua Akihiko. Tak perlu waktu lama, mereka berdua pun terbangun.

"Uh.. a-apa yang terjadi..? Huh?! Ta-tanganku?!" Ibu Akihiko berusaha untuk melepaskan ikatan di tangannya namun tak membuahkan hasil. Ibu Akihiko tak bisa apa-apa, ia hanya bisa melihat sekitar dan meminta penjelasan pada Lelaki tua itu.

"A-Akihiko?! Kau juga ditangkap?! Hei, kau! Bajingan sialan! Lepaskan anakku!" teriak Ibu Akihiko.

"Aku mau saja melepaskannya, asalkan kau memberitahuku soal 'Lingkaran Darah'."

Ibu Akihiko hanya terdiam. Ia cuma bisa menggemeratakkan giginya.

"Sayang, kau gak papa?" tanya Ayah Akihiko kepada Istrinya.

"Karena kalian sudah pada sadar, tak ada gunanya lagi aku menggangu kalian." Lelaki tua itu beranjak dari kursinya dan pergi ke pintu keluar.

"Kau, siksa kedua orang itu sampai kalian mendapatkan informasi itu. Jika tidak kunjung dapat, siksa saja terus sampai mati. Lalu kau, paksa si payah itu untuk melihat penyiksaannya."

Lelaki itu pun bergegas keluar dan menutup pintu gudang. "Khikhikhi, aku tak menyangka, akan tiba saat aku akan menyiksa Hunter kelas atas! Aku penasaran bagaimana rasa darahnya ya~?"

Penjaga yang bertugas melakukan penyiksaan mengambil pisau besi yang panas yang sudah disediakan dan berjalan menuju Ibu Akihiko.

"Kau.. Kau... Jangan apa-apakan Ibukuuu!!!" Akihiko semakin memberontak, namun ia ditahan oleh penjaga satunya.

"Nah~ Bertahan ya~" Penjaga tadi mulai menusuk bahu kanan Ibu Akihiko dan merobeknya sampai ke pergelangan tangan.

"AAAARRGGHHHH!!!"

"SAYAAANG!!!"

"IBUUUU!!!"

"Hihihi, ini menyenangkan~ Darah Hunter kelas atas memang lezat~" ucap Penjaga itu sambil merasakan tetesan darah dari pisau itu. Penjaga itu pergi ke salag satu sudut dan mengambil besi panas dan pergi ke arah Ibu Akihiko.

"Mari kita lanjutkan~"

"IBUUU!! LEPASKAN IBUKU KALIAN BAJINGAN!" Akihiko terus meronta-ronta, namun percuma. Ia tak bisa melepaskan diri, bahkan mengeluarkan suara.

Penyiksaan itu terus berlanjut sampai mereka berdua meinggal dunia. "Krieet" pintu gudang terbuka. Lelaki tua tadu masuk dan bertanya apakah ada informasi yang berhasil didapatkan.

Mendengar usahanya tak membuahkan hasil, ia sangat marah dan berjalan ke arah Akihiko yang hanya memiliki tatapan kosong.

"Hah, karena aku tak mendapatkan informasi yang kumau, maka kau sudah tak penting lagi."

Lelaki tua itu merogoh kantongnya dan mengeluarkan pistol lalu menodongkan pistol itu ke arah kepala Akihiko.

"Sampai jumpa, bodoh."

"DOOOORR!!"