Sepanjang perjalanan menuju ke tempat festival di adakan, Sasouke benar-benar berhasil membuat Yuna penasaran dengan sikap Sasouke. Apakah Sasouke mencoba untuk menggoda Yuna?
Yuna : "Sebenarnya apa yang ingin kau katakan padaku, Sasouke?"
Yuna bingung dengan sikap Sasouke yang tiba-tiba berubah.
Sasouke : "Kau yakin mau mendengarnya?"
Ucap Sasouke sambil menunjukkan wajah tersenyum dan satu alis mata terangkat. Benar-benar sikap yang tidak wajar. Dan pantas saja Yuna mencurigainya.
Yuna : "Katakan saja. Melihat sikapmu, justru membuatku semakin penasaran saja."
Yuna kelihatannya terpancing dengan sikap Sasouke yang misterius ini dan tidak seperti biasanya.
Sasouke : "Baiklah, akan kukatakan yang sejujurnya. Pertama aku ingin katakan, kau terlihat sangat cantik malam ini."
Ungkap Sasouke dengan nada lembutnya. Menatap Yuna dengan penuh makna bersamaan dengan senyuman lembutnya.
Mendengar pujian dari Sasouke, tentu berhasil membuat wajah cantik Yuna memerah dan malu. Yuna langsung memalingkan wajahnya.
Yuna : "Be-Benarkah? Kau tidak melebih-lebihkannya'kan? Jangan katakan seperti itu..."
Sasouke : "Tidak. Aku serius."
Senyuman Sasouke terlihat semakin merekah bahkan pada saat melihat Yuna yang tersipu.
Sasouke : "Karena itulah, aku ingin memperingatkanmu tentang penampilanmu yang berbeda di malam festival ini."
Yuna : "Apa..? Karena penampilanku?"
Sasouke : "Itu benar. Kau bisa mengundang banyak mata di festival nanti. Aku merasa yakin, kau akan menjadi pusat perhatian. Apa kau percaya?"
Sasouke tersenyum dengan penuh percaya diri. Membuat rasa malu Yuna semakin besar.
Yuna : "Jangan berkata seperti itu, Sasouke... Aku jadi semakin gugup jika memikirkannya... Aku jadi ingin kembali ke rumah saja dan mengganti pakaianku."
Sasouke : "Terlambat, Yuna. Kita bahkan sudah berada di depan pintu masuknya. Lihatlah sendiri."
Ucap Sasouke dengan ringan.
「 Entering The Cellestina Festival Area 」
Dan ternyata Sasouke benar. Tanpa Yuna sadari, mereka sudah sampai di tempat festivalnya. Walau hanya baru di depan pintu masuknya. Yuna terkejut dengan ramainya suasana di festival.
Yuna : "Ternyata, kita sudah sampai?"
Karena Sasouke baru saja mengatakannya, dari pintu masuknya saja, ada beberapa pria yang ada tidak jauh, langsung mengalihkan pandangannya pada Yuna.
Man 1 : "Waah... Cantik sekali. Siapa gadis yang bersama Sakagimaru itu?"
Man 2 : "Hey, dia Sakurana, bukan?"
Man 3 : "Sepertinya dia memang Sakurana, putrinya paman Akimiya. Cantik sekali..."
Man 1 : "Hee? Kau serius? Sakurana putrinya paman Akimiya!"
Bahkan dari kelompok pria lainnya juga membicarakan penampilan Yuna yang terlihat sangat berbeda.
Yuna bisa mendengar pembicaraan mereka dengan jelas. Dan langsung saja membuat wajahnya memerah. Yuna mulai berpikir bahwa ucapan Sasouke mulai menjadi kenyataan. Sasouke mengamati ekspresi wajah Yuna dan meresponnya dengan senyum.
Sasouke : "Kau mulai percaya?"
Yuna : "Apa sebaiknya aku pulang dan ganti pakaian saja?"
Ucap Yuna yang malu, apalagi setelah melihatnya sendiri.
Sasouke : "Aku sudah bilang, itu terlambat, Yuna."
Ucap Sasouke dengan mengaitkan tangan Yuna ke lengan Sasouke lagi.
Sasouke : "Jangan khawatir. Kau bersama denganku. Kalau kau merasa malu, kau bisa bersembunyi di belakang punggungku."
Ucap Sasouke yang terlihat sedikit bersemangat sambil menunjukkan punggungnya dengan ibu jarinya. Mendengar ucapan Sasouke di akhir kalimat itu, Yuna merasakan De Ja Vu masa kecilnya.
Dimana pada waktu itu, saat Yuna berusia 8 tahun baru saja dibuatkan mahkota dari bunga oleh Takako, penampilannya mencuri banyak perhatian anak-anak laki-laki lainnya yang sedang bermain sepak bola. Saat itu, Yuna mendengar banyak pujian. Bahkan ada yang secara terang-terangan memuji kecantikan Yuna. Sehingga berhasil membuat Yuna merasa malu dan wajahnya memerah seketika.
Saat itulah, Sasouke datang seolah melindungi Yuna. Dan mengucapkan hal yang sama. Sasouke bahkan membela Yuna. Dan hal tersebut tidak hanya terjadi satu kali. Namun juga di beberapa momen lainnya.
Seketika, Yuna tersenyum saat mengingat kembali momen masa kecilnya itu.
Yuna : "Rasanya selalu sama..."
Sasouke : "Kau masih mengingatnya ya? Kau bisa melakukannya sekarang kalau kau mau."
Bujuk Sasouke lagi. Namun Yuna meresponnya dengan menggelengkan kepala.
Yuna : "Tidak. Kali ini tidak. Aku ingin bisa menghadapinya."
Sasouke : "Apa kau yakin?"
Sasouke tersenyum sambil mengangkat satu alis matanya. Tiba-tiba, seseorang datang menghampiri mereka berdua. Seorang pria.
??? : "Waah... Siapa gadis cantik yang bersama denganmu, Sasouke? Dia cantik sekali. Ah, ternyata Yuna ya? Aku sampai tidak mengenalmu. Kau terlihat sangat cantik, Yuna."
Yuna : "Ka-Kak Akihiko..?"
Suaranya terdengar dewasa dan ramah. Bertubuh tinggi dan memiliki wajah yang serupa dengan Sasouke. Cerminan ketampanan yang sama. Dia adalah saudara tertua Sasouke, bernama Akihiko.
Mendengar pujian lagi, dengan cepat membuat wajah Yuna memerah seketika. Yuna bahkan mencoba menutup rona merah di pipinya dengan kedua tangannya.
Akihiko : "Eeh? Kau malu ya karena aku memujimu? Hehe, jadi terlihat semakin manis."
Yuna : "Terlihat manis?"
Wajah Yuna semakin memerah seketika. Apalagi jika pujian itu keluar dari mulut pria ramah dan tampan seperti Akihiko. Melihat momen tersebut, Sasouke tersenyum senang. Ia merasa terhibur.
Sasouke : "Hai, kak. Aku berharap, kami tidak terlambat untuk acara utamanya."
Sapa Sasouke dengan ramah.
Akihiko : "Tentu saja tidak. Kalian masih sempat. Kenapa kalian tidak segera masuk?"
Sasouke : "Ya, kami pasti akan masuk."
Balas Sasouke karena memikirkan Yuna. Tiba-tiba, terdengar suara seorang pria lainnya yang menghampiri Akihiko. Bernama Hotaru.
Hotaru : "Hei, Akihiko. Disini kau rupanya. Kau dimintai tolong ke tempat bagian mawar Ratu Cellestina. Mereka kekurangan orang. Tahun ini, antusiasnya besar. Ketua terlalu sibuk di bagian acara utama."
Akihiko : "Baik. Kita akan kesana segera. Untuk kalian berdua, masuklah ke dalam area festivalnya. Dan pastikan kalian mengikuti acara utamanya ya. Maaf ya, aku harus meninggalkan kalian berdua."
Hotaru : "Tunggu dulu! Siapa gadis cantik ini? Aku baru pertama kali melihatnya. Dia seperti seorang malaikat saja. Aku sarankan sebaiknya kau mengikuti acara mawar Ratu Cellestina tahun ini. Pasti peserta prianya akan semakin banyak tahun. Kau mau'kan?"
Hotaru menyadari kehadiran Yuna. Dan ternyata juga ikut terpesona dengan kecantikan Yuna. Yuna kembali terkejut.
Yuna : "A-Aku tidak tahu..."
Akihiko : "Itu tidak bisa, Hotaru. Kita biarkan saja. Ayo, ada tugas memanggil. Kita harus pergi."
Hotaru : "Sebentar saja, Akihiko. Setidaknya berikan aku kesempatan sedikit saja."
Akihiko berusaha menarik temannya yang tidak berhenti memandangi Yuna sembari memuji kecantikannya.
Akihiko : "Baiklah, kalian berdua. Selamat bersenang-senang ya! Ayo, Hotaru."
Akihiko berhasil menyeret Hotaru dengan mudahnya. Dari jauh, Hotaru memberi lambaian tangan manis untuk Yuna. Bahkan memberikan tanda cinta dari jari-jarinya. Yuna hanya meresponnya dengan senyum malu. Dan mereka berdua sudah menghilang di antara kerumunan.
Sasouke : "Kakak kelihatannya sibuk sekali."
Sasouke mengalihkan pandangannya lagi pada Yuna yang malu. Sasouke tersenyum senang sembari mendekatkan wajahnya agar bisa memperhatikan ekspresi wajah Yuna lebih dekat.
Sasouke : "Kau harus mengakuinya, Yuna. Aku benar'kan?"
Yuna terkejut. Rona merah di wajah menjadi semakin jelas. Yuna tidak sanggup membalasnya dengan ucapan apa pun. Karena jantungnya yang selalu berdebar dengan semua pujian yang ia dengar.
Sasouke : "Jangan khawatir. Tetaplah bersamaku. Kau akan baik-baik saja."
Yuna : "Apa kau yakin?"
Bujuk Sasouke yang mulai bersemangat. Sasouke menarik tangan Yuna bersama, agar memasuki area festival tanpa ragu. Dan akhirnya mereka pun telah memasuki area festival. Baru memasuki area awal pun, Yuna kembali memancing banyak perhatian. Banyak yang memuji kecantikan Yuna malam itu. Dan semua tepat seperti yang Sasouke katakan.
Sasouke memperhatikan lagi ekspresi itu. Dan meresponnya dengan senyuman.
Sasouke : "Kau percaya sekarang?"
Yuna : "Ba-Baiklah. Sekarang aku percaya padamu..."
Wajah Yuna tertunduk malu. Matanya selalu melihat ke sisi lain, terlihat berkedip beberapa kali.
Sasouke : "Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu malu. Tapi memang itulah faktanya. Kau memang yang tercantik. Kakakku dan temannya saja sampai memujimu. Artinya, fakta bahwa kau terlihat sangat cantik malam ini adalah benar. Aku juga bahkan mengakuinya. Kau ingat'kan?"
Jelas Sasouke dengan wajah senyumnya. Membuat Yuna terlihat semakin tersipu.
Yuna : "Ba-Baik. Kau benar dan benar lagi."
Gumam Yuna dibalik wajahnya yang tersipu.
Sasouke : "Kau mau melakukannya lagi seperti dulu?"
Sasouke dengan ringannya menunjuk kembali punggungnya. Ekspresinya terlihat sangat senang.
Yuna : "Ti-Tidak... Berhentilah menggodaku terus, Sasouke..."
Yuna memalingkan wajahnya karena malu.
Sasouke : "Baik, baik. Aku minta maaf. Kau benar-benar mudah sekali dipuji. Hehe..."
Sasouke terlihat senang. Ia selalu tahu bagaimana seorang Yuna yang akan mudah tersipu hanya dengan pujian. Yuna semakin merasa malu. Hingga tidak bisa berkata apa pun.
Sasouke : "Kau pasti ingin melihat keadaan tempat dimana kau akan menjual susu Rosalina Berrynya, bukan?"
Yuna : "Itu benar. Itulah yang sejak tadi ingin kutanyakan padamu."
Sasouke : "Baik. Kita akan mencarinya. Karena Ryuga dan Kai tidak memberitahuku lokasi tepatnya."
Mereka pun harus mencari stand yang dimaksud. Sepanjang pencarian, Yuna mulai menyadari dan memperhatikan ada begitu banyak orang yang menyapa Sasouke. Kebanyakan adalah wanita.
Yuna : "Sasouke, kau kelihatannya sangat populer diantara wanita di desa kita. Dan setelah kuperhatikan, semua wanita yang menyapamu itu memiliki wajah yang cantik. Apakah ada salah satunya yang pernah kau ceritakan waktu itu?"
Sasouke terkejut karena memahami apa maksud dari pertanyaan Yuna. Ya, tentang bagaimana Sasouke menceritakan tentang gadis yang sudah lama ia cintai.
Sasouke : "Aah, bu-bukan. Mereka semua hanya teman biasa. Tidak ada satu pun dari mereka."
Balas Sasouke dengan senyum dibalik sikapnya yang cemas. Terlihat sangat berhati-hati agar sikapnya tidak salah tingkah lagi.
Yuna : "Bukan salah satu dari mereka? Padahal mereka semua cantik. Apa kau tidak tertarik dengan wanita cantik?"
Yuna bertanya dengan polos, berhasil membuat Sasouke merasakan rasa cemasnya meningkat lagi.
Sasouke : "Bu-Bukan begitu, Yuna. Aku pria yang normal tentu saja. A-Aku juga tertarik pada wanita yang berwajah cantik. Tapi..."
Yuna : "Tapi..?"
Sasouke melirik ke arah Yuna yang sejak tadi menunggu jawaban dari Sasouke.
Sasouke : ("Kalau aku mengatakannya, apa dia akan menyadarinya?") "Kalau kau mau tahu... Gadis yang kucintai sejak lama itu adalah gadis yang tercantik di Desa Rashvarrina. Kecantikannya berbeda dengan semua wanita yang ada di festival ini. Di-Dia sangat lembut. Pokoknya bagiku dia... Gadis yang istimewa."
Ungkap Sasouke yang terlihat malu dan wajahnya juga mulai menampakkan rona merahnya.
Yuna : "Gadis yang istimewa ya? Kau terdengar sangat mengagumi kecantikan gadis ini ya? Aku juga merasa dia adalah gadis yang sangat cantik."
Respon Yuna dengan senyum.
Sasouke : "Aah, ya begitulah..." ("Jika aku menceritakannya pun, Yuna tidak akan pernah menyadari siapa gadis yang kumaksud ini... Mungkin lebih baik seperti ini dulu... Mungkin, ini bisa menjadi kejutan yang manis...")
Pikir Sasouke tanpa ragu. Dengan begini, ia bisa menceritakan kisah cintanya pada Yuna tanpa ragu. Sasouke pun merogoh sesuatu dari saku lainnya dan ia merasakan sebuah benda kecil yang membuatnya yakin tentang harapannya yang akan menjadi kenyataan di malam festival tahun ini.
Tiba-tiba, mereka dihadang oleh seorang wanita muda berambut hitam, panjang dan bergelombang. Wanita itu terlihat cantik dengan gaun berwarna merah yang dominan. Bahkan bagian dadanya sedikit terekspos dengan jelas. Wajahnya pun terpulas riasan wajah yang mampu menarik perhatian para pria di festival. Wajahnya tersenyum manis, ditujukan hanya pada Sasouke. Yuna dan Sasouke pun berhenti karena wanita ini.
Black Haired Woman : "Hai, Sasouke. Aku mencarimu kemana-mana. Seharusnya kita ke festival bersama-sama."
Sapa wanita itu dengan suara yang lembut menggoda dengan bahasa tubuh yang membuatnya terlihat menarik.
Namun, Sasouke terlihat tidak tertarik dengan wanita ini. Ekspresinya terlihat ia tidak menyukai kehadiran wanita ini.
Sasouke : "Haaah... Kau rupanya, Kishida. Kau mau apa? Aku memang tidak terpikirkan sama sekali untuk mengajakmu ke festival. Karena sudah kukatakan padamu sebelumnya, aku sudah memiliki janji dengan seseorang."
Kishida : "Maksudmu dengan Sakurana? Aku'kan yang lebih dulu memintanya dibanding dia?"
Balas Kishida dengan nada ketus, dengan mata birunya yang memandang tajam ke arah Yuna. Ia terlihat tidak menyukai Yuna. Yuna cukup terkejut dengan sikap Kishida.
Sasouke : "Sejak kapan? Aku ingin kau tahu saja, bukan Yuna yang meminta, tapi aku sendiri yang memintanya."
Balas Sasouke dengan nada yang tajam. Membuat Kishida merasa tersinggung.
Sasouke pun mengambil tangan Yuna, dan segera membawanya pergi. Yuna terlihat bingung.
Sasouke : "Sebaiknya, kau mencari pria lain saja."
Sasouke berlalu bersama sambil membawa Yuna melewati Kishida yang menahan rasa kekesalannya. Namun secara tiba-tiba, Kishida menahan lengan Sasouke. Berhasil membuat langkah Sasouke terhenti. Kishida terlihat kesal.
Kishida : Kau tidak boleh meninggalkanku seperti ini, Sasouke!"
Sasouke : "Itu sudah seharusnya, Kishida! Berhentilah menggangguku!"
Balas Sasouke dengan nada yang dingin sambil menarik lengannya dari cengkraman Kishida. Dan pergi meninggalkan Kishida.
Kishida terlihat semakin kesal karena sudah merasa telah diperlakukan tidak adil oleh Sasouke. Dan kekesalan semakin membesar karena Sasouke lebih memilih Yuna dibandingkan dengannya.
Kishida : "Sasouke..! Aku tidak suka kau lebih dekat dengannya! Aku benci padamu! Suatu saat nanti, aku akan membalasnya! Lihat saja nanti!"
Kishida mengumpat atas kekecewaannya pada Sasouke. Wajah cantik itu berubah seketika.
Sementara itu, Sasouke terus berjalan sambil membawa Yuna. Langkah menjadi cepat, Yuna menjadi kesulitan saat harus mengikuti langkah Sasouke. Yuna harus sedikit berlari.
Yuna : "Sasouke, tunggu dulu..!"
Ucap Yuna yang juga merasa cemas dengan Sasouke karena pertemuannya dengan Kishida.
Tiba-tiba Sasouke berbelok. Ke sebuah sudut yang cukup sepi lalu berhenti. Yuna pun berhenti. Ia kelelahan karena harus mengikuti langkah Sasouke yang tergesa-gesa. Yuna mencoba mengatur nafasnya. Sasouke pun tersadar dengan apa yang baru saja dia lakukan. Dan langsung mengalihkan pandangannya pada Yuna yang kelelahan.
Sasouke : "Ma-Maafkan aku, Yuna... Kau baik-baik saja?"
Tanya Sasouke yang cemas dengan kondisi Yuna.
Yuna terjongkok. Masih mencoba mengendalikan nafasnya yang tersengal-sengal. Lalu, memberikan isyarat dengan tangannya, yang berkata, "Tunggu sebentar lagi."
Sasouke : "Baiklah. Atur nafasmu dengan perlahan saja. Aku akan mencarikanmu air. Kau tunggu disini saja ya. Aku akan segera kembali."
Sasouke pun pergi meninggalkan Yuna untuk mencari air. Sasouke terlihat menyesali sikapnya tadi. Bukan pada Kishida, tapi pada Yuna.
Sasouke : ("Kau bodoh sekali, Sasouke! Karena Kishida, kau sampai melupakan Yuna...")
Ucap Sasouke dalam hatinya. Menyalahkan dirinya sendiri. Ia terus berlari demi mencari air untuk Yuna.
「 At The Fountain Garden - After Meeting With Kishida 」
Sementara itu, Yuna sedang duduk di tepi kolam air mancur yang ada, sambil mengatur nafasnya. Dan sekarang Yuna terlihat lebih tenang.
Karena pertemuan Sasouke dengan Kishida yang baru terjadi itu, Yuna merasakan sesuatu setelah melihat semuanya. Yuna memperhatikan ekspresi Sasouke pada saat itu. Terlihat begitu dingin terhadap wanita muda yang bernama Kishida. Dan melihat bagaimana sikap akhir Sasouke pada Kishida dengan meninggalkannya.
Yuna : ("Jika dilihat, sepertinya wanita yang bernama Kishida itu bukanlah yang Sasouke pernah ceritakan kemarin... Sasouke terlihat tidak menyukai wanita itu...")
Yuna teringat bagaimana setiap respon Kishida setiap kali Sasouke menolaknya. Benar-benar berbanding terbalik.
Yuna : ("Apa ada sesuatu antara Sasouke dan wanita itu ya? Aaahh... Sebaiknya aku tidak membahasnya dengan Sasouke... Karena dia pasti tidak akan merasa nyaman...")
Dari kejauhan, Yuna bisa melihat Sasouke yang membawa air dalam botol kaca, datang ke arah Yuna berada.
Yuna : ("Mungkin lebih baik begitu saja... Aku akan menganggapnya tidak pernah terjadi apa-apa...")
Sasouke pun sampai di tempat Yuna duduk dengan wajah tersenyum cemasnya. Isyarat rasa penyesalannya pada Yuna. Lalu, memberikan air dalam botol kaca itu pada Yuna.
Sasouke : "Kuharap, aku pergi tidak terlalu lama. Karena aku tidak menyangkanya, area festival menjadi lebih ramai. Aku merasa sedikit kesulitan."
Jelas Sasouke dengan berharap, Yuna mau memahami alasan tersebut.
Yuna : "Tidak apa-apa. Aku mengerti. Terima kasih karena sudah sampai mencarikanku air."
Balas Yuna dengan senyum dalam haru. Ia juga merasa menyesal karena sampai membuat Sasouke cemas.
Sasouke : "Kalau begitu, minumlah airnya."
Bujuk Sasouke dengan nada lembut. Yuna pun tidak ragu untuk meminum air dalam botol kaca yang sudah Sasouke bawakan. Sasouke pun mengambil tempat duduk di sebelah Yuna. Ia memperhatikan Yuna meminum air tersebut dengan perlahan namun cepat. Yuna terlihat benar-benar kehausan karena harus berlari mengikuti Sasouke. Sampai menghabiskan setengah dari botol tersebut.
Yuna : "Aahh, lebih baik..."
Ucap Yuna dengan perasaan lega. Yuna pun memberikan air yang masih tersisa itu pada Sasouke. Sasouke pun terkejut.
Sasouke : "Hm? Maksudmu, kau memberikan air ini untukku?"
Yuna : "Kau juga membutuhkannya'kan? Kau juga pasti merasa lelah saat mencari air untukku. Minumlah."
Bujuk Yuna dengan suara lembut sembari memberikan botol air tersebut.
Sasouke terkejut. Bukan karena perhatian dari Yuna. Yang ia pikirkan adalah jejak bibir Yuna yang tersisa di mulut botol tersebut. Pikiran Sasouke tertuju pada satu kemungkinan saja jika dia pun meminum air tersebut. Membuat jantungnya berdebar dengan kencang.
Tiba-tiba, Sasouke seperti disadarkan oleh hati kecilnya sendiri yang berkata :
"Apa yang kau pikirkan, Sasouke? Itu cuma botol. Bukan benar-benar melakukannya dengan gadis cinta pertamamu itu! Sadarlah! Simpan dulu ekspektasimu itu..."
Sasouke kembali tersadar seperti habis mendengar letusan balon. Dan tanpa ragu, meminum air tersebut. Tapi Sasouke tetap tidak menyentuh langsung mulut botolnya. Ia menghabiskan sisa air dalam botol kaca itu tanpa tersisa. Perasaannya pun mulai membaik.
Sasouke : "Aahh... Segar sekali... Kau benar, aku membutuhkannya."
Ungkap Sasouke dengan perasaan yang sama leganya.
Yuna : "Terdengar bagus untukmu."
Balas Yuna dengan senyuman. Lalu memegang dadanya untuk kembali memeriksa nafasnya.
Seketika, wajah Sasouke tertunduk. Ia masih teringat saat pertemuan itu dengan Kishida. Sasouke menyadari, Yuna sudah melihat semua yang terjadi di pertemuan itu. Sasouke mulai cemas tentang apa yang akan Yuna pikirkan tentang pertemuan yang tidak menyenangkan itu. Bahkan karena sikapnya setelah meninggalkan Kishida, Sasouke menyadari kecerobohannya karena tidak memikirkan perasaan Yuna.
Sasouke : ("Apa yang harus kukatakan pada Yuna tentang pertemuan tadi? Yuna sudah melihat semuanya... Aku harus bagaimana?")
Sasouke terlihat cemas. Yuna sedikit mengalihkan pandangannya pada Sasouke yang tertunduk. Yuna paham dengan apa yang Sasouke pikirkan. Seperti yang baru Yuna katakan, bahwa ia tidak akan membahas yang baru saja terjadi pada Sasouke dan Kishida. Yuna sudah berjanji pada dirinya sendiri. Dan berpura-pura hal itu tidak pernah terjadi. Demi menjaga perasaan Sasouke.
Yuna menghela nafas dengan perlahan.
Yuna : "Sasouke, aku akan menganggap tidak terjadi apa-apa. Sudahlah, lupakan saja yang baru terjadi. Jangan khawatirkan apa pun lagi. Karena ini adalah malam festival Cellestina. Seharusnya, kita merayakannya dengan hati yang bahagia."
Ungkap Yuna dengan suara lembut dan senyuman yang menenangkan. Karena mendengar ucapan itu, berhasil membuat Sasouke terkejut tanpa bisa membalasnya.
Namun, karena melihat senyuman Yuna yang menenangkan itulah juga berhasil menyadarkan Sasouke, bahwa penilaiannya tentang apa yang dipikirkan Yuna setelah pertemuan itu adalah salah. Sasouke merasa lega karena nasihat bijak Yuna. Senyuman pun tergambar lagi di wajah tampan Sasouke setelah kecemasannya tergantikan oleh kebahagiaannya saat melihat senyuman Yuna.
Yuna : "Sebaiknya, kita harus cepat menemui yang lainnya. Aku sudah merasa lebih baik sekarang. Bagaimana denganmu?"
Sasouke : "Baiklah. Aku juga sudah merasa lebih baik. Ayo kita pergi."
Keduanya beranjak dari tempat duduk mereka. Dan meninggalkan taman air mancur tersebut. Akan tetapi tanpa mereka sadari, ada seseorang yang sedang mengawasi mereka dari balik bayangan pepohonan yang mengelilingi taman air mancur. Sosok misterius itu menatap dengan tatapan yang dingin. Siapa orang misterius ini?
Sekarang, keduanya tampak lebih baik dari sebelumnya. Dengan wajah yang lebih cerah. Bahkan Yuna mulai mengacuhkan pujian dari para pria yang terpesona dengan kecantikan Yuna. Keduanya terlihat menikmati suasana festival yang mereka hiasi dengan obrolan yang ringan dan menyenangkan. Dengan suasana seperti itu pun, membuat Sasouke mulai melupakan pertemuan yang tidak menyenangkan itu.
Yuna merasa lega karena bisa membuat Sasouke tidak harus berekspetasi negatif akibat pertemuan dengan Kishida. Berhasil membuat senyum di wajah teman masa kecilnya itu kembali tergambar dengan indahnya.
Karena kedekatan ini, Sasouke semakin merasa yakin dengan tujuannya. Ia ingin segera mewujudkannya malam ini.
「 At The Rosalina Berry Milk Sales Stand 」
Ternyata tanpa disadari, mereka sudah sampai di stand dimana Ryuga dan Kurosaki menjual susu Rosalina Berry buatan Yuna.
Dari kejauhan, ternyata antusiasnya begitu besar. Banyak yang tertarik untuk membeli susu Rosalina Berry buatan Yuna. Yuna terkejut. Yang membuatnya semakin terkejut adalah bahkan Ryoko dan Takako pun ikut mempomosikan dan menjual susu tersebut. Tidaklah mengherankan jika cara Takako dan Ryoko dalam mempromosikan susu tersebut berhasil menarik banyak perhatian dari pengunjung yang datang.
Yuna dan Sasouke memutuskan untuk mendatangi mereka. Takako pun menyadari kehadiran Yuna yang semakin mendekat. Wajahnya terlihat sangat senang saat melihat sahabat tersayangnya. Takako pun langsung berlari menghampiri Yuna dan memeluknya.
Takako : "Yunaaa! Akhirnya kita bisa bertemu lagi. Aku benar-benar senang bisa melihatmu lagi."
Yuna : "Iya, aku juga."
Akhirnya kedua sahabat ini bisa saling bertemu. Karena Takako harus pergi ke Kota Parallastrian untuk menimba ilmu. Takako bercita-cita ingin menjadi seorang desainer baju yang terkenal.
Takako pun melepas pelukannya, ia terlihat sangat senang hingga muncul aksen fantasi kuping kucing yang meruncing, ekor yang melambai ke kiri dan kanan, juga senyuman menggemaskan. Ia lalu membawa Yuna ke stand penjualan susu Rosalina Berry buatannya.
Takako : "Kemarilah, Yuna. Kau pasti akan merasa sangat senang dengan hasil penjualan susu Rosalina Berry buatanmu. Hanya tersisa sebelas botol lagi. Lihatlah."
Ryoko : "Banyak yang menyukai rasa susu buatanmu, Yuna. Itu juga berkat usaha Kai dengan memberikan sampel gratis."
Yuna : "Benarkah?"
Kurosaki : "Hehehe! Bukankah dengan begitu mereka akan percaya dengan kelezatan susu Rosalina Berry buatan Yuna? Dan akhirnya, kita bisa mendapatkan kepercayaan mereka."
Ucap Kurosaki dengan penuh percaya diri.
Ryuga : "Tapi kau juga malah ikut meminum sampel gratisnya juga."
Gumam Ryuga dengan kedua tangan yang menyilang, kembali ia mengeluhkan sikap temannya itu.
Kurosaki : "Ehehe... Kau tahu aku tidak tahan dengan susu seenak ini. Tenang saja, Yuna. Aku akan membayarnya. Aku juga membeli 15 botol."
Yuna : "Apa? Kau membeli sebanyak itu?"
Yuna terkejut jika ternyata Kurosaki sangat menyukai susu Rosalina Berry buatannya itu.
Ryuga : "Kau juga harus tahu, Yuna. Bahkan saat membantu saja, dia sudah habiskan 5 botol."
Gumam Ryuga lagi, sembari mengingatkan Kurosaki tentang momen tersebut. Ryoko dan Sasouke hanya bisa menahan tawa.
Kurosaki : "Tenang saja! Aku akan membayar SE-MU-A-NYA! Kau dengar'kan, Ryuga?"
Keluh Kurosaki sampai harus mengeja kata terakhirnya, karena sebenarnya ia merasa malu jika Yuna harus mendengar tentang momen ini. Karena momen itulah, semuanya merasa terhibur.
Yuna : "Ternyata kau sangat menyukainya ya?"
Kurosaki : "Sepertinya tidak hanya sekedar suka. Aku jadi penggemar susu Rosalina Berry buatanmu, Yuna."
Jawab Kurosaki dengan penuh semangat dan kesenangan.
Ryuga : "Aku juga membeli 5 botol susu buatanmu, Yuna."
Ryoko : "Aku juga membeli 3 botol. Ditambah 5 botol untuk Dr. Kazuna yang juga ikut memesan."
Takako : "Aku juga, Yuna! Aku membeli 3 botol darimu."
Yuna terlihat terharu dengan usaha teman-temannya yang membeli susu buatannya, yang juga sudah berusaha keras untuk menjual susu Rosalina Berry buatan Yuna.
Yuna : "Terima kasih, teman-teman. Kalian sudah banyak membantuku. Sampai ikut menjual susu Rosalina Berry buatanku. Aku tidak tahu harus membalas kebaikan kalian dengan cara apa."
Ryoko : "Tidak perlu kau cemaskan itu, Yuna. Aku selalu senang bisa membantumu."
Ryuga : "Ryoko benar. Dan aku sama sekali tidak merasa keberatan melakukannya. Karena kita sudah lama berteman. Benar'kan?"
Kurosaki pun mengangguk kepalanya, ia setuju dengan ucapan Ryoko dan Ryuga.
Takako : "Itu benar, Yuna. Karena kau adalah sahabat terbaikku, aku bahkan rela kembali ke Desa Rashvarrina lebih cepat agar bisa memberikan kemampuanku untuk membantu, Yuna."
Yuna : "Takako..."
Yuna semakin terharu dengan kebaikan teman-temannya yang luar biasa baginya.
Yuna : "Terima kasih semuanya..."
Respon Yuna dengan senyum bahagianya. Hingga semua pun ikut merasakan kebahagiaan yang Yuna pancarkan. Khususnya Sasouke.
Sesi penjualan pun selesai. Ryuga, Ryoko dan Kurosaki sedang bersantai sambil menikmati suasana festival. Sedangkan Takako berantusias mencoba mawar Ratu Cellestina. Kini hanya tersisa 6 botol susu Rosalina Berry. Yuna sedang menghitung hasil penjualannya. Sasouke pun ikut membantu menghitungnya. Ternyata, hasilnya melebihi ekspektasinya. Yuna begitu terkejut setelah hasilnya dijumlahkan bersamaan.
Sasouke : "Luar biasa, Yuna. Hasil penjualan susu buatanmu bisa sebesar ini. Kau hebat."
Puji Sasouke untuk Yuna. Yuna merasa senang dengan hasil tersebut.
Yuna : "Syukurlah. Hasilnya ternyata melebihi gambaranku. Ditambah karena bantuan dari teman-teman lainnya. Aku bersyukur sekali."
Ungkap Yuna dengan ekspresi kebahagiaan terbaiknya.
Sasouke : "Sudah kukatakan sebelumnya, bukan? Ryuga dan yang lainnya pasti akan senang membantumu. Sama halnya, aku juga senang membantumu apa saja."
Ucap Sasouke dengan nada lembut, begitu pun dengan senyumannya.
Yuna : "Iya, kau benar, Sasouke. Terima kasih."
Balas Yuna dengan senyuman bahagianya.
Tiba-tiba, seorang pria muda mendatangi stand Yuna.
??? : "Waah, kelihatannya susu Rosalina Berry buatanmu sudah terjual semuanya ya? Itu bagus sekali. Sepertinya tidak ada yang tersisa ya?"
Ucap pria itu dengan nada yang ramah. Ternyata pria muda itu adalah Ketua Akira. Seseorang dibalik berjalannya acara festival dan yang mengatur jalannya festival Cellestina tahun ini. Yuna pun menyambutnya dengan ramah. Tapi, berbeda dengan Sasouke. Dibalik sikapnya yang tenang, Sasouke menyimpan satu perasaan yang tidak menyenangkan saat bertemu dengan Ketua Akira.
Yuna : "Oh, Ketua Akira. Seperti yang kau lihat, semua susu Rosalina Berry buatanku hampir habis terjual. Ini semua juga berkat bantuan dari semua teman-temanku. Hanya tersisa 6 botol susu lagi. Aku bisa mendapat hasil yang bagus. Dengan begini, sebagian uang dari hasil penjualan susu buatanku bisa kusumbangkan untuk sekolah di desa kita."
Akira : "Benarkah? Itu bagus sekali. Kau beruntung memiliki teman-teman seperti mereka. Seperti Sasouke juga."
Ungkap Ketua Akira sembari melihat ke arah Sasouke.
Sasouke : "Itu pujian yang bagus, Ketua. Memang sudah seharusnya, teman saling membantu. Karena itu juga aku datang untuk membantu Yuna."
Balas Sasouke dengan senyuman, namun sayangnya itu adalah senyuman palsu Sasouke untuk menutupi sesuatu di dalam hatinya.
Akira : "Itu bagus, Sasouke. Kau teman yang baik."
Sasouke kembali merespon pujian dari Ketua Akira dengan senyuman yang sama. Tanpa kata.
Akira : "Oh ya, apa tadi kau bilang susu buatanmu masih tersisa 6 botol'kan? Kalau begitu, aku ingin membeli 3 botol untukku. Dan sisanya--"
Sasouke : "Maaf, Ketua Akira. Tapi sisa 3 lainnya sudah kubeli. Jadi mungkin kau hanya bisa membeli 3 botol saja."
Ketua Akira dan Yuna sama-sama terkejut.
Akira : "Ooh, benarkah? Kalau sudah begitu, sepertinya aku hanya bisa membeli 3 botol saja. Tolong berikan aku 3 botol susunya, Yuna."
Yuna : "Baiklah. Ini susu Rosalina Berry untukmu, Ketua Akira."
Yuna memberikan 3 botol seperti yang diminta. Ketua Akira pun membayarnya di muka.
Akira : "Aku tidak sabar ingin mencobanya. Aku sudah mendengar dari salah satu temanku yang juga membelinya, dan katanya susu Rosalina Berrymu itu sangat enak. Tentu saja aku juga merasa penasaran. Tapi aku terlalu sibuk menyiapkan persiapan untuk acara utamanya. Ngomong-ngomong, kau pasti akan datang ke acara utamanya'kan?"
Yuna : "Tentu saja, kami akan hadir di acara utamanya. Dan--"
Sasouke : "Kami sudah berjanji akan pergi bersama-sama. Jangan khawatir, Ketua Akira. Aku sudah mengajak Yuna."
Sasouke tiba-tiba memotong pembicaraan. Seolah Sasouke bisa membaca pikiran Ketua Akira yang nantinya ingin mengajak Yuna ke acara utama festival nanti. Sasouke juga tahu, jika Ketua Akira memiliki perasaan pada Yuna. Sepertinya, Sasouke ingin mencegah hal tersebut. Apakah karena Ketua Akira sama seperti Yukito? Ya, Sasouke mengetahui sesuatu tentang Ketua Akira.
Akira : "Ooh, begitu rupanya. Aku mengerti. Jika tidak ada Sasouke, aku memang terpikirkan untuk mengajakmu ke acara utama festival nanti. Tapi, apa boleh buat? Aku berharap, kalian bersenang-senang di acara utamanya nanti."
Ungkap Ketua Akira yang tersenyum namun dalam hatinya ia kecewa. Dan memilih untuk mengalah.
Akira : "Baiklah. Aku harus pergi sekarang. Dan mengecek ulang persiapan acara utamanya. Terima kasih untuk susunya, Yuna. Sampai nanti."
Yuna : "Terima kasih kembali, Ketua Akira. Sampai nanti."
Ketua Akira pun berlalu. Sasouke terlihat lega setelah melihat sosok Ketua Akira menghilang di antara kerumunan.
Yuna : "Sasouke, kau juga membeli susu Rosalina Berry yang terakhir ini?"
Sasouke : "Tentu saja. Aku juga ingin merasakan susu Rosalina Berry buatanmu yang kebanyakan orang katakan itu enak. Aku juga tidak ingin kehilangan kesempatan itu untuk mencicipinya. Asalkan, kita berdua mengikuti acara utama nanti. Kau mau'kan?"
Bujuk Sasouke dengan penuh harap dalam hatinya.
Yuna : "Baiklah. Kita akan mengikutinya."
Yuna membalas ajakan Sasouke dengan sepenuh hati.
Sasouke : "Baguslah. Kau masih ingat dengan gerakan tarian Raja dan Ratu, bukan? Karena kita akan mengikuti bagian tarian secara berpasangan."
Yuna : "Kau mau mengikuti bagian tarian yang itu?"
Yuna sedikit terkejut.
Yuna : "Entahlah, Sasouke. Aku masih mengingatnya. Tapi, aku merasa lupa dengan urutannya."
Ucap Yuna degan senyum malu. Mencoba untuk mengingat kembali urutan tariannya di dalam kepalanya.
Sasouke : "Jangan khawatir. Aku akan membantumu."
「 Enter The Main Event - The Dance 」
Secara kebetulan, acara utama sudah dimulai. Dengan banyaknya orang-orang yang berlarian menuju tempat diadakannya acara utama. Sasouke dan Yuna menyadarinya. Sasouke pun meraih tangan Yuna dan bersama mereka pun menuju ke tempat tersebut.
Sasouke : "Ayo, Yuna! Sudah dimulai."
Yuna : "Benarkah? Tapi aku merasa belum siap, Sasouke."
Balas Yuna dengan cemas. Tapi Sasouke tidak mempedulikannya. Ia terlihat bersemangat untuk mengikuti acara utamanya.
Antusiasnya begitu besar. Tarian Cellestina adalah bagian terpenting dalam acara festival tersebut. Semua warga Desa Rashvarrina diharuskan mengikuti acara utama ini.
Alasannya, tarian yang dinamakan dengan nama Tarian Rashvarrina untuk bagian pertama, lalu Tarian Raja dan Ratu untuk bagian kedua tersebut adalah tradisi utama untuk mengucapkan rasa syukur mereka pada tanah subur Desa Rashvarrina yang satu-satunya membuat pohon buah Rosalina Berry tumbuh dengan subur. Sekaligus, ucapan rasa syukur mereka kepada Dewi Arwen. Dewi yang menjaga Desa Rashvarrina dan penduduknya. Yang memberikan kemakmuran pada seluruh warga Desa Rashvarrina.
Bagian pertama adalah tarian secara berkelompok. Satu kelompok terdiri 6 orang. 3 orang pria dan 3 wanita. Musik pengiring pun dimainkan. Iramanya membuat perasaan menjadi bersemangat dan gembira. Tarian bagian pertama pun dimulai. Semua melakukannya dengan kompak dan seiring dengan alunan musik pengiringnya yang sedikit cepat.
Semua yang menonton merasa sangat terhibur dan ikut bertepuk tangan menyesuaikan irama musiknya. Semuanya ikut bergembira.
Dan bagian pertama pun telah selesai. Waktunya memasuki bagian kedua. Bagian yang ditunggu oleh Sasouke. Tarian secara berpasangan. Sasouke pun membawa Yuna ke tengah area dengan semangat. Yuna cukup terkejut dengan sikap Sasouke. Saat berada di tengah area, Yuna mulai merasa gugup.
Yuna : "Sasouke, aku merasa kurang yakin dengan ingatanku."
Sasouke : "Jangan khawatir. Ikuti musiknya dan rasakan dengan hatimu."
Sasouke tersenyum, sembari menawarkan tangan yang terbuka dengan satu tangan lainnya terlipat di belakang punggungnya, lalu membungkukkan sedikit badannya. Pertanda bahwa bagian kedua akan segera dimulai.
Sebagai jawabannya, Yuna pun merendahkan tubuhnya di depan Sasouke. Dengan tangan kanan tersimpan di depan dada. Dan tangan kirinya menarik rok gaunnya dengan anggun. Yang berarti, Yuna telah menerima tawaran Sasouke untuk menari secara berpasangan.
Kemudian, keduanya menegak kembali tubuh mereka. Dengan satu tangan yang terlipat ke belakang punggung dan kedua telapak tangan mereka bertemu. Sambil menanti musik penggiring dimainkan.
Yuna terlihat gugup. Ia pun menghela nafas panjang. Berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. Sasouke memperhatikan sikap Yuna. Hingga membuatnya tersenyum.
Musik pun dimainkan. Awal pembukaan dimulai dengan irama musik yang lembut.
Pada bagian pertama ini, Yuna bisa melakukannya dengan baik. Ia masih bisa mengingat bagian ini. Sasouke dan Yuna melakukannya bersama dengan gerakan yang seirama. Mereka terlihat menikmati bagian pertama. Khususnya Sasouke, yang bisa menikmati kebersamaan ini. Apalagi jika dilakukan bersama dengan seseorang yang dicintainya. Membuat perasaan dalam hatinya bertumbuh semakin indah. Semua yang menonton ikut merasakan kelembutan alunan musiknya.
Lalu, mulai masuklah ke bagian kedua. Dari sinilah, Yuna terlihat bingung.
Yuna : "Sasouke, aku tidak ingat dengan bagian yang ini..."
Ucap Yuna dengan ekspresi yang cemas. Sasouke pun langsung mengambil tangan Yuna sambil memberikan senyuman termanisnya.
Sasouke : "Jangan khawatir. Kau hanya harus percaya padaku. Ikuti saja musiknya. Dan cobalah rasakan gerakanku."
Yuna : "Percaya padamu?"
Sasouke menatap Yuna dengan lembut. Ia ingin bisa memberikan spirit kepercayaan pada Yuna.
Musik pun dimulai kembali. Kali ini iramanya sedikit lebih cepat. Tarian pun dimulai.
Sasouke memberikan gerakan awal. Namun Yuna masih terlihat bingung. Sasouke lebih mengarahkan tubuh Yuna. Dan tetap saja, Yuna terlihat kaku. Hingga masuk ke dalam gerakan dimana Sasouke memutar tubuh Yuna, sehingga posisi Yuna sekarang adalah membelakangi Sasouke.
Sasouke : "Lepaskan saja, Yuna. Biarkan aku yang membimbing gerakanmu."
Bisik Sasouke dengan suara yang lembut, hingga membuat jantung Yuna berdebar kencang.
Tarian pun dilanjutkan. Sasouke berusaha mengarahkan tubuh Yuna agar dia bisa merasakannya. Bergerak ke kiri dan ke kanan. Sedikit berputar. Kedua tangan mereka tetap menyatu dalam keselarasan. Secara perlahan, akhirnya Yuna bisa memahami arahan Sasouke dengan cepat, karena kemampuan Yuna yang dinilai mampu belajar dengan cepat. Tubuhnya terlihat mulai dibiarkan bergerak sesuai dengan irama musiknya. Yuna terlihat bisa melepaskannya.
Sasouke : "Bagus, Yuna. Aku tahu kau bisa melakukannya. Karena kau cepat belajar."
Sasouke memuji kecerdasan Yuna yang memang Sasouke sadari sejak mereka masih kecil.
Dan akhirnya pun, Yuna dan Sasouke berhasil menemukan hubungan chemistry mereka dalam melakukan gerakan tarian bagian kedua ini. Yuna terlihat menikmatinya, sama halnya dengan Sasouke. Kebahagiaan menyelimuti hati mereka di malam festival itu. Berbagi senyum bahagia mereka.
Bagi Sasouke, Yuna terlihat semakin cantik dan menawan saat menari. Sasouke menikmati pemandangan terindah di malam festival Cellestina tahun ini. Ia merasa sangat beruntung bisa melihatnya. Sasouke sangat berharap dapat menikmati keindahan ini setiap hari.
Sasouke's Voice : "Aku tidak pernah melihat kecantikan apa pun yang melebihi gadis yang menari bersama denganku malam ini... Kau selalu terlihat lembut bagiku... Mata birumu... Senyumanmu... Sentuhan tanganmu... Suaramu... Wangi bunga Gardenia rambut panjangmu yang selalu membuatku merindukanmu... Aku sungguh beruntung bisa mengenalmu, Yuna... Dan malam ini pun aku ingin mewujudkannya..."
Dan sesi tarian pun berakhir. Dengan kedua tubuh mereka saling berdekatan. Dada mereka menyatu, seolah kedua jantung mereka bertemu. Seperti halnya kedua pandangan mereka. Sasouke tidak ragu memandang Yuna dengan sorot mata penuh perasaan.
Yuna dan Sasouke sama-sama merasakan lelahnya karena tarian itu. Nafas mereka naik dan turun. Namun mereka terlihat bahagia. Tepuk tangan pun bergelora dengan riuhnya. Pertanda bahwa para penonton ini merasa sangat terhibur. Yuna dan Sasouke pun mengakhiri sesi tarian ini dengan melakukan gerakan penghormatan yang sama seperti di awal.
Yuna : "Terima kasih banyak, Sasouke. Berkat arahanmu, aku jadi bisa mengingat gerakannya."
Sasouke : "Sudah kukatakan, bukan? Kau pasti bisa hanya dengan percaya padaku."
Keduanya terlihat sama bahagianya. Tiba-tiba, Sasouke dihampiri oleh Ryuga dan Kurosaki yang ikut merasakan euforia setelah tarian bagian kedua itu. Mereka mengakui kemampuan tarian Sasouke.
Ryuga : "Tadi itu gerakan yang hebat, Sasouke!"
Kurosaki : "Ryuga benar. Aku tidak tahu kalau kau berbakat menari, kawan! Harusnya, aku meminta bantuanmu saja untuk mengajariku. Benar'kan, Ryuga?"
Ryuga : "Aku setuju denganmu, Kai."
Karena melihat keakraban mereka bertiga, Yuna pun ikut merasakan kebahagiaan mereka juga. Tiba-tiba, Takako datang menghampiri Yuna dengan wajah senangnya. Dan langsung menggenggam kedua tangan Yuna sebagai bentuk ekspresi kegembiraannya.
Takako : "Yunaa! Tadi itu tarian yang bagus. Padahal gerakan tariannya sama seperti biasanya. Tapi kau dan Sasouke terlihat lebih bagus dibandingkan yang lain. Oooh! Aku senang sekali melihatnya. Seperti sebuah keajaiban saja."
Yuna : "Benarkah? Tapi kau memuji kami terlalu berlebihan."
Balas Yuna dengan senyum malu.
Takako : "Kalau begitu, aku akan mencarikanmu air. Kau pasti merasa haus setelah melakukan tarian bagian kedua tadi'kan? Tunggu sebentar ya. Aku akan segera kembali."
Takako pun berlalu, meninggalkan Yuna sendirian.
Kurosaki : "Kalau begitu, kita harus merayakannya. Ayo, Ryuga! Kita harus membawa kabur dulu sahabat kita ini."
Ryuga : "Aku setuju! Aku sudah siap untuk bersenang-senang!"
Ucap keduanya dengan penuh semangat. Sambil merangkul Sasouke dan mulai membawanya pergi. Sedangkan Sasouke merasa bingung.
Sasouke : "Ka-Kalian mau membawaku kemana? Tunggu dulu! Tapi sebenarnya, aku--"
Kurosaki : "Sebentar saja, Sasouke. Sekarang ikut saja dengan kami ya."
Sasouke : "Tapi..."
Meskipun Sasouke sudah memohon, kedua temannya tetap membawa Sasouke. Sasouke sempatkan menoleh ke arah Yuna, seperti memberikan isyarat sesuatu. Yuna menyadari bahasa wajahnya. Tiba-tiba, Sasouke mengeluarkan sesuatu dari sakunya, dan melemparkannya ke tanah. Sasouke pun menunjuk ke arah benda seperti kertas itu pada Yuna.
Yuna melihat kertas yang baru saja Sasouke jatuhkan setelah ia dibawa pergi oleh Ryuga dan Kurosaki. Yuna pun mengambilnya. Dan membuka kertas tersebut. Ternyata berisi sebuah pesan.
Sasouke's Message : "Yuna. Tunggu aku di taman kecil di belakan monumen Raja dan Ratu. Aku ingin menunjukkan sesuatu itu disana."
Yuna : "Katanya di taman belakang monumen?"
Yuna terlihat bingung. Tapi, ia tidak bisa beranjak dari tempat itu karena ia sudah berjanji pada Takako. Yuna pun memutuskan untuk menunggu Takako terlebih dulu. Yuna pun duduk sendrian di sebuah bangku taman yang ada.
Suasana festival di malam itu semakin ramai. Semua warga Desa Rashvarrina masih menikmati dan merayakan festival itu dengan penuh kegembiraan. Sementara itu, Yuna masih menunggu kedatangan Takako. Namun, ini sudah dirasa sangat lama. Kemana Takako pergi?
Yuna mulai merasa cemas. Ia pun memutuskan untuk mencari Takako. Namun terasa sulit karena harus mencarinya ditengah kerumunan.
Dan, akhirnya Yuna pun menemukan Takako. Namun terlihat sedang bersama dengan seorang pria. Mereka terlihat malu satu sama lain. Yuna bisa melihat sebuah mawar berwarna jingga ditangan pria itu. Ternyata, Takako juga memegang mawar dengan warna yang sama. Yuna menduga, bahwa mereka berdua sama-sama mengikuti mawar Ratu Cellestina. Dan akhirnya, mereka menemukan kecocokan warna mawarnya
Meskipun Yuna tidak bisa mendengar apa yang mereka berdua bicarakan, namun Yuna bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Yuna merasa bahagia dengan sahabatnya itu.
Yuna : ("Syukurlah, Takako... Semoga kau bisa menemukan kebahagiaanmu sendiri... Seperti Raja Zallexander dan Ratu Cellestina... Aku ikut senang melihatmu...")
Yuna melihat Takako dan pria itu mulai memiliki rasa ketertarikkan satu sama lain.
Yuna : "Sebaiknya, kubiarkan saja mereka berdua."
Yuna pun memutuskan untuk meninggalkan Takako bersama dengan pria tersebut. Yuna juga memutuskan untuk menunggu Sasouke di tempat yang sudah dijanjikan.
「 In The Promised Garden 」
Taman kecil yang dimaksud ternyata jauh dari keramaian festival. Dan tidak akan satu pun yang menyadari jika Yuna pergi ke tempat tersebut.
Yuna baru saja sampai di tempat yang dijanjikan. Sebuah taman kecil dengan satu bangku taman. Dari bawahnya, Yuna bisa melihat patung Raja dan Ratu yang membelakangi. Tidak ada seorang pun ditaman itu. Yuna pun duduk di bangku taman tersebut.
Suasana taman terasa sunyi. Terdengar suara serangga malam. Dan sayup-sayup suara musik yang terdengar dari area festival. Malam ini ternyata malam bulan purnama. Terlihat bulat, putih bersih dan bersinar begitu terang. Sehingga semua tempat terlihat jelas di malam hari berkat cahaya bulan purnama. Gugusan bintang terlihat ikut menghiasi langit malam itu. Malam hari itu terasa sangat indah dan tenang.
Yuna masih menunggu. Namun Sasouke belum juga datang.
Yuna : "Kenapa Sasouke belum juga datang? Apa masih bersenang-senang bersama dengan Ryuga dan Kurosaki?"
Yuna menghela nafas panjang. Sambil menutup kedua matanya. Dan menyandarkan kepalanya di atas sandaran bangku taman hingga kepalanya tertarik ke atas.
Yuna : "Tapi, aku sudah mulai merasa mengantuk sekarang. Apa sebaiknya aku pulang saja?"
Yuna membuka kedua matanya. Hingga pandangannya hanya melihat langsung ke arah bulan purnama yang berada tepat di atasnya.
Yuna : "Bulannya indah sekali malam ini."
Yuna memandangi bulan tersebut dengan tatapan lurus tanpa berkedip sedikit pun. Yuna seperti merasakan sesuatu karena memandangi bulan purnama tersebut. Seperti terhipnotis. Terlihat sesuatu yang janggal pada Yuna. Kedua matanya terlihat seperti akan berubah warna. Yuna terlihat tersenyum. Senyuman yang tidak biasa.
Yuna : "Bulannya memang sangat indah..."
Yuna menghalangi sinar bulan tersebut dengan tangannya. Sehingga menciptakan bayangan di sebagian wajah Yuna. Sesuatu pun terjadi kembali. Bagian mata Yuna yang tertutupi bayangan tangannya, menunjukkan perubahan warna. Berubah menjadi warna merah yang terang dan berkilau seperti permata.
Yuna : "Aaahh... Bulan purnama malam ini terasa sangat indah... Jika saja dia melihat ini, dia pasti akan menyukainya juga. Sungguh malam festival yang sangat indah..."
Yuna tersenyum indah. Namun terlihat seperti bukan Yuna. Apakah terjadi sesuatu lagi pada Yuna?