"yah! Kunci rumahnya juga ada di adik ana. Ana lupa tadi sebelum berangkat ngasihin dulu kuncinya ke adik ana" terang Yana
Kita sudah sampai kembali di depan rumah Yana, namun ia lupa bahwa kunci rumahnya telah ia titipkan kepada adiknya dan adiknya telah pergi jalan-jalan bersama nenek dan kakeknya. Dan kita pun terjebak di sini.
"Jadinya kita mau kemana nih?" tanya Lala yang sudah mulai kepanasan
"ke taman anggur kukulu aja weh yuk!" usul Pian
"ih... gak mau! Udah tau aku ge disana mah panasnya ih… naudzubillah!" Lala menolak keras ajakan Pian
"Yan bentar ya" bisikku pada Yana. Aku baru ingat bahwa aku belum memberi tahu Bila tentang hal ini. Dimana aku bermain tapi dengan umur panjang juga. Yang ia tahu hanyalah aku bermain bersama Yana dan Pian. Dan saya tidak ingin jika Bila mengetahui hal ini dari orang lain dan akan menimbulkan kesalah pahaman. Memang aku bukan siapa-siapanya dia, dan aku pun tidak tahu sebagai apa aku dimatanya, tapi yang jelas dia adalah orang yang sangat berarti perlindungan.
"mau kemana?" tanya Yana penasaran
"mau ngasih tahu Bila dulu" jawabku masih berbisik dan langsung menghindari kerumunan
"Assalamu alaikum" ucapku saat telepon telah tersambung dengan Bila
"wa'alaikum salam, iya kenapa a?" jawabnya
"ini Bil aa mau ngasih tau, yaa takutnya nanti Bila tau dari orang lain kan gak enak"
"ngasih tau apa?" dia pun penasaran
"ini kan aa main sama ahy Yana sama ahy Pian, terus tiba-tiba ahy Pian bawa temen-temennya, ada ceweknya juga. Tapi udah punya pacar kok mereka" jelasku pada Bila
"alaaah billang aja ahy gak ada pawangnya hahaha..." jawab teman yang ada di sebelahnya
"ya engga begitu juga. Maksudnya takutnya nanti Bila tau dari orang lain terus salah paham kalau aa main sama cewek"
"iya engga apa-apa kok, itu juga sama ahy Yana kan?"
"iya ada" aku melirik ke arah Yana
"iya ga papa silahkan aja"
"tapi engga ah"
"ko engga?" ia kebingungan
"aa mau pulang aja" jawabku tegas
"ko pulang sih? Yaudah gak papa main aja"
"aa gak mau. Baru juga aa baikan sama Bila gara-gara tadi pagi, masa sekarang tiba-tiba aa main sama cewek" terangku
"beneran aa mau pulang aja?" tanya Bila menguatkan keputusanku
"iya beneran"
"yaudah. Makasih ya"
"iya sama-sama"
"awas jangan ngebut-ngebut pulangnya"
"oke siap. Yaudah udahan dulu yah. Wassalamu alaikum"
"Waalaikum salam"
Telepon pun terputus dan dengan berat hati aku menyampaikan kepada Yana dan teman-teman yang lain bahwa aku tidak bisa mengikuti kegiatan hari ini. Maafkan aku tapi ini untuk kebaikan hubunganku dan agar tidak menimbulkan salah pahaman.
*****
"Nanti pas di pondok lupain Bila ya. Maap gara-gara Bila"
Kata-kata itu membuat saya berpikir keras, maap gara-gara apa? Memangnya apa yang telah ia lakukan sebagai aku? Perasaan selama ini kita baik-baik saja. Ia tidak pernah melakukan sesuatu yang dapat merugikan bahkan merugikanku. Lalu kenapa?. Ia pun mengirim chattannya dengan seseorang.
: si Aldi mana? Kok belum datang kesini?
Nabila : meneketehe?
: dia sebelumnya gak pernah ngaret kayak gini loh, pokoknya ini semua gara-gara Nabila
Apa? Siapa yang berani berkata seperti itu? Memang aku telat untuk datang ke pondok, tapi bukan dia penyebabnya. Dan bahkan tidak ada angkut-pautnya sama sekali. Keputusan ini murni dari orang tuaku. Kalau seperti ini aku jadi tidak enak dengan Nabila, seolah-olah dia adalah penyebab dari semua ini. Aku takut kalau nanti dia menjauhiku.
Aldi : siapa yang ngomong?
Nabila: kenapa emang?
Aldi : yaa aa jadi gak enak aja ke Bila masa tiba-tiba disalahin. Enak banget dia ngomong kayak gitu
Nabila : Bila ngerasa bersalah banget gara-gara Bila aa jadi dipandang jelek
Aldi : jangan ngerasa salah gitu, justru aa yang salah. Gara-gara aa bila jadi dicap pembawa pengaruh jelek buat aa
Nabila : udah aa ih, padahal Bila cuman mau minta maaf. Itu yang berbicara ustad Hakam (ustad Hakam adalah salah satu alumni pondok yang dipilih untuk mengabdi)
Ustad Hakam? Maksudnya dia berkata seperti itu apa? Aku tahu bahwa Bila juga dekat dengan ustad Hakam, karena dia pernah bercerita padaku. Tapi sepertinya ustad Hakam ini tidak terima kalau aku dekat dengan Nabila.
Nabila : lupain kamu
Aldi : gak! Yang harus Bila tahu bahwa buat ngelupain Bila itu susah
Kenapa sih pengen banget dilupain? -batinku. Aku tidak ingin melupakanmu, aku sudah merasa nyaman denganmu. Bagaimanapun juga kamu adalah orang pertama yang berhasil mencuri pandanganku dan membobol hatiku. Jadi, tidak mudah untuk bisa menghilangkan pikiranku.
Aldi : emang kenapa sih mau banget dilupain?
Nabila : takut ngeganggu ke belajarnya aa aja
Aldi : enggak lah, malah Bila jadi penyemangat aa
Nabila : yaudah deh iya, tapi jangan nakal ya
Aldi : iya siap
Nabila : aa
Aldi : iya?
Nabila : kalau di pondok ada yang nanyain Bila sudah punya pacar atau belum gimana?
Aldi : yaa bilang aja udah punya pacar gitu, sama ahy Aldi
Nabila : enak aja
Aldi : hehe becanda. Ya bilang aja punya tapi jangan disebutin namanya soalnya aa takut kalau temen-temen aa yang cewek melakukan hal yang tidak menyenangkan ke Bila kalau mereka tau kita deket.
Entah suatu tradisi atau bagaimana, tapi faktatanya bahwa setiap ada pasangan lintas angkatan (apalagi yang adik kelas yang ibunya) maka dia akan mendapatkan hal yang tidak menyenangkan dari kakak kelas yang seangkatan dengan laki-lakinya. Memang bukan berwujud fisik tapi bisa berupa sindiran, atau jika melakukan salah hukumannya akan sedikit berbeda dengan yang lainnya. Jangankan adik kelas, saya pernah mendapatkan kabar dari temanku yang dimana ia berpacaran dengan anak intensif (orang yang masuk dari SMA). Padahal jika dipikir, intens ini masih seangkatan dengan kita karena saat itu aku juga masih mencapai kelas 1 SMA hanya saja aku berada di pondok dari SMP. Tapi tetap saja anak intens ini mendapatkan hal yang tidak menyenangkan dari temannya yang sudah masuk dari SMP. Maka dari itu aku takut Nabila akan mendapatkan hal yang sama oleh teman-teman perempuanku nantinya. Dan itu hanya berlaku pada perempuan. Kalah berkata?
Nabila : iya itu
Aldi : biasanya juga gitu kan kalau misalkan laki-laki deket sama adik kelas nanti si adik kelasnya dimusuhin sama temen cewek laki-lakinya
Nabila : iya katanya mah gitu. Tapi gak semua
Aldi : tapi menjaga labih lebih baik daripada mengobati. Aa gak mau nyampe Bila digituin. Pokoknya kalau ada apa-apa bilang ya