Chereads / Biar Aku Memujamu / Chapter 11 - HANCUR

Chapter 11 - HANCUR

"udah yuk ah bentar lagi mau Maghrib, takut kemaleman nanti pulangnya" ujar Yana

"yuk, lagian udah beres juga sih" ucapku sambil menyimpan handphone di saku sebelah kanan "tapi Yan, disini ada konter ga?"

"ada tapi agak jauh. di jalan yang mau ke jalan raya" jawab Yana

"yaudah ga papalah, tapi anter ya"

"iya"

"eh bentar dulu!" Yana menarik tanganku

"kenapa?" tanyaku heran

"katanya si Yuni mau kesini" ucapnya sambil melihat ke arah handphone miliknya

"Hah? mau ngapain? please lah gak usah cari gara-gara" ucapku sambil membulatkan mata menatap Yana "ente tau sendiri kan sekarang ana lagi Deket sama siapa"

"iya-iya tadi pas di rumah ana kan ente bilang. Tapi ana juga gak enak sama si Yuni, soalnya dia udah ada di Subang"

"yaudah biarin weh, mau ke temennya mungkin" jawabku simple

"emang tujuan awalnya mah mau ke temennya sih, terus ana kasih tau kalau ente ada disini. eh enggak! sebelumnya si Pian duluan yang ngasih tau ke dia. malah dia foto ente diem-diem pas di rumah ana" terang Yana padaku

"dikirim ke si Yuni?" aku masih bingung

"iya" jawabnya enteng

"deuuuh ngapain sih dia segala kirim-kirim foto ana" aku pun kesal dan menggerutu "yaudah lah sekarang kita pulang aja"

"yuk"

Akhirnya kita pun keluar dari tempat wisata. kita pulang dengan beriringan 3 motor, yang memimpin jalan ada Yana, dilanjut dengan Pian dan terakhir aku. Karena emang aku tidak tahu-menahu tentang jalanan sekitaran sini. Setelah perjalanan yang cukup panjang, kita pun berhenti di depan konter. Namun yang membuat aku heran adalah mengapa Pian tidak ikutan berhenti? padahal ia kan yang mengajakku untuk menginap di rumah Yana? atau mungkin ada barang yang harus ia bawa dari rumahnya ke rumah Yana-positive thinking-

Setelah membeli kuota, kita pun pulang ke rumah Yana. Disana, aku disambut baik oleh keluarganya. diberi makan, tempat tidur dan sebagainya.

Aldi : Bil

Nabila : iya

Aldi : AA punya temen baru tau, cewek orang cisalak

Nabila : anak pondok?

Aldi : bukan

Nabila : kok bisa kenal?

Aldi : itu gara-garanya pas AA manggung Hadroh di cisalak. Temen aa kan ada yang kenalan terus yaudah jadi pada kenal

Nabila : yaudah ga papa, Bila juga kan temennya AA

Temen? jadi selama ini kita hanya sekedar teman? tapi emang dasarnya aku belum pernah menembakmu secara resmi . Yasudah lah, mungkin saat ini kamu belum menganggap aku sebagai orang yang berarti, walaupun sebenarnya aku telah menganggap mu sebagai orang yang spesial di dalam hidupku. Sepertinya aku yang terlalu berharap lebih kepadamu. Dasar aku. Tapi nitip Love?

Aldi : gak mau lebih?

Nabila : lebih deh dikit

Aldi : kalau jadi pacar mau ga?

Nabila : ini a Aldi bukan sih?

Dia marah? yah berarti aku salah ngomong dong. Terus sekarang apa yang harus aku lakukan? aku takut jika aku mengaku itu memang aku, nanti kedepannya kita akan menjadi canggung dan aku tidak mau itu terjadi.

Aldi : eh bukan-bukan, itu yang chat ahy Yana

Nabila : Bila mau marah

Aldi : jangan doong, please...

Nabila : iya iya gak jadi

Aldi : asiiik ❤️

Nabila : ❤️ udah ah lope-lopean terus

Aldi : iya udah

Nabila : Bila udah sama Zafian

Aldi : Hah?

Hancur, Sungguh hancur hatiku seketika. Badanku bergetar hebat, jantungku berdegup kencang, keringatku mulai bercucuran membasahi sekujur tubuhku. Aku tidak paham, apa maksud dari semua ini? kenapa kamu tidak mengatakannya dari awal agar aku tidak terlalu berharap padamu?.

Aldi : pacaran?

Nabila : enggak sih tapi temen-temen Bila suka ngejodohin Bila sama Zafian. Dia baik a orangnya, namanya juga bagus

Kriiing! kriiing! kriiing!-suara handphoneku bergetar.

"Assalamualaikum" ia memberi salam

"wa'alaikum salam" jawabku berusaha tenang

"A!" ia memanggilku

"iya" jawabku

"Bila udah sama Zafian" ucapnya dingin dengan tanpa dosa

"Pacaran?" tanyaku semakin penasaran

"enggak, tapi temen-temen suka ngejodohin Bila sama dia, pembimbing kamar juga taunya Bila sama Zafian. malah kalau dianya lagi lewat suka manggil-manggil Bila. namanya bagus a, baik juga orangnya" terangnya yang membuatku semakin hancur

Aku pun menjauhkan handphoneku dan langsung meminta bantuan Yana "Yan, cariin IG si Zafian"

"siap siap" ia pun langsung membuka Instagram dan mencari akun Zafian dengan teliti "nah! ini ada Di. Tapi akunnya Private"

"yaudah minta pertemanan dulu aja" usulku

"oke" ia memberikan jempol padaku

Aku pun melanjutkan obrolanku dengan Nabila "oh yaudah kalo gitu mah"

"ih kasian tau" ada suara yang terdengar olehku di handphone-nya

"yaudah wassalamu'alaikum" aku pun langsung mematikan daya handphone ku karena sudah tidak ada gunanya lagi aku bermain handphone

"Wa'alaikum salam"

Semakin hancur. Semakin hancur hatiku berkeping-keping setelah mendengar penjelasan darinya. Aku telah terlanjur mencintai dan menyayanginya. Tapi, jika maumu seperti itu, apa boleh buat.

Aku pun keluar dari Yana. Suasana saat ini heniiing sekali. Ingin rasanya aku untuk berteriak sekencang mungkin. Aku ingat, aku sedang berada di kampung orang. Apa yang akan tetangga pikirkan jika aku teriak gak jelas di malam hari. Orang gila?. Aku hanya ingin menatap langit yang indah malam ini. Didukung oleh angin malam dan suara jangkrik yang membuatnya khas setiap waktu.

Setelah merasa cukup tenang, aku kembali masuk ke rumah Yana. karena tidak enak juga jika terlalu lama di luar rumah orang lain pada malam hari. Saat aku memasuki kamar, aku melihat Yana sedang asyik chat-an dengan temannya. teman?. Lagi ngobrolin apa sih-batinku

"Yan! nonton film dong pake HP ente"

"kenapa? emang HP ente kenapa?"

"males buka HP ah. lagian udah di matikan daya juga" jawabku

"yaudah bentar" ia pun melanjutkan chatting-an nya

Sambil menunggu ia mengobrol, aku pun menjatuhkan badanku ke atas kasur. Dan tidak terasa aku pun kehilangan kesadaran ku.