Chereads / Putra Langit Kamandaka Jagadita / Chapter 9 - Chapter 9

Chapter 9 - Chapter 9

Putri Darmastuti bermeditasi di dalam rumah kosong untuk memulihkan kondisi tubuhnya, sedangkan kedua kakak kandungnya masih memberikan perlawanan sengit kepada siluman raksasa.

Kondisi pangeran Danu dan pangeran Gama tampak kelelahan menghadapi sisa siluman raksasa.

Tiba-tiba mereka berdua serentak melompat jauh ke belakang dan langsung berbalik badan berlari menjauh meninggalkan para siluman raksasa.

"Kita masih terluka parah, adinda, sebaiknya kita obati luka bekas perang semalam." Ujar pangeran Gama kepada adiknya sambil berlari di atas dedaunan semak belukar yang rimbun.

"Betul kakanda, semua ini kesalahan ayunda Gayatri." Jawab pangeran Danu sembari berlari di samping pangeran Gama.

Mereka berlari dengan cepat menerobos masuk ke dalam hutan.

Putri Gayatri tersenyum melihat kedua adik laki-lakinya kabur.

"Sudah saatnya saya yang akan menghabiskan para siluman raksasa." gumam putri Gayatri sembari memperhatikan siluman di bawah pohon.

"Um…, Saya harus cari raja siluman." Gumam putri Gayatri.

Putri Gayatri memicingkan kedua matanya sambil memperhatikan siluman yang memakai baju zirah.

Siluman yang memakai baju zirah besi sedang tertawa terbahak-bahak melihat kedua pangeran kabur dari mereka. Tubuhnya terguncang hebat sembari mengangkat tangan kirinya ke atas. Memperlihatkan sebuah perisai besi berbentuk prisma, sedangkan tangan kanannya memegang sebilah pedang besar bercabang dua dan terdapat rantai bola besi berduri pada ujung gagang pedang.

"Siluman yang memakai baju zirah dengan pedang bercabang dua. Betul sekali..., pasti dia adalah raja siluman." Gumam putri Gayatri.

Wajah Putri Gayatri mengeram. Dia segera melompat turun sambil menghunus pedang. Tanpa ragu-ragu pedang di ayunkan mengarah langsung ke leher siluman raja siluman raksasa.

"Mati kau!" teriak putri Gayatri di dalam hatinya.

Sekelebat kilauan pedang putri Gayatri memantul di perisai raja siluman raksasa. Secepat kilat raja siluman langsung mengayunkan perisai besi menghalau pedang putri Gayatri.

"Tang!"

Suara pedang putri Gayatri beradu dengan perisai besi milik raja siluman terdengar sangat keras.

Mata putri Gayatri terbelalak melihat pedang yang di pegangnya seketika terpental dan menancap di batang pohon.

Rona merah memudar dari wajah putri Gayatri, dia menatapi wajah raja siluman yang sedang menertawakan dirinya.

"Haha!"

Raja siluman tertawa terbahak-bahak melihat wajah putri Gayatri memucat.

"Kamu belum puas melawan saya. Kedua teman pria kamu telah kabur. Apakah kamu sanggup melawan saya sendirian?" tanya raja siluman

"Sialan! Dia pikir saya adalah Darmastuti." Umpat putri Gayatri di dalam hati.

Raja siluman tidak dapat membedakan putri Darmastuti dengan putri Gayatri, mereka berdua terlihat kembar identik. Wajah putri Darmastuti memang mirip dengan wajah putri Gayatri. Apalagi putri Gayatri telah meningkatkan kesaktian menjadi lebih muda setelah menumbalkan Toni, pemuda pencari kayu bakar yang malang.

Putri Gayatri berdiri sembari memegang telapak tangannya yang masih terasa kebas akibat peraduan pedangnya dengan perisai besi raja siluman raksasa.

Tiba-tiba raja siluman raksasa mengayunkan pedang besarnya ke arah pinggang putri Gayatri.

"Akh!"

Putri Gayatri berteriak dan langsung melompat salto ke atas dahan pohon seiring dengan ujung rambutnya yang tertebas oleh pedang raja siluman.

Dia masih beruntung dapat menghindari tebasan pedang raja siluman

"Sial! Untung hanya ujung rambut." Umpat putri Gayatri di dalam hatinya sembari melihat raja siluman yang sedang meniup beberapa helai rambut yang menempel di pedangnya.

Putri Gayatri melirik ke arah pedangnya yang masih tertancap di batang pohon.

Sekejap mata tubuh putri Gayatri berkelebat di samping raja siluman dan langsung menyambar gagang pedangnya.

Raja siluman langsung membalikkan badannya ke belakang. Dia melihat putri Gayatri telah berdiri bertolak pinggang sambil memegang pedang kerajaan ular emas.

"Ternyata kamu wanita hebat! Lebih baik kamu bertobat ke jalan yang benar putri cantik!" teriak raja siluman sembari berjalan menghampiri putri Gayatri.

"Haha." putri Gayatri tertawa palsu.

"Kamu lebih pantas menjadi pengawal saya! Bukan menjadi penasihat saya!" Balas putri Gayatri.

"Hei putri cantik! Jangan bermimpi bisa mengalahkan saya! Terlalu dini kamu bersombong diri!" seru raja siluman raksasa.

"Hehe." putri Gayatri terkekeh.

"Puih!" putri Gayatri meludah ke samping.

"Kita buktikan saja!" seru putri Gayatri.

Sepasang kelopak mata putri Gayatri terpejam rapat sembari mengepakkan kedua bibirnya. Asap putih tipis keluar dari ubun-ubun kepalanya dan semakin lama asap putih berbentuk sebuah awan putih yang menutupi tubuhnya.

"Ah!" pekik putri Gayatri.

Awan putih memecah dan terlihat tubuh putri Gayatri telah membesar, menyamai tubuh raja siluman.

"Um..., pantas saja dia berani melawan saya, ternyata dia memiliki kesaktian." Ujar raja siluman di dalam hati sambil memperhatikan perubahan wujud fisik putri Gayatri.

Putri Gayatri telah berubah menjadi seorang gadis raksasa. Senyum menyeringai menampil di wajahnya. Memperlihatkan sepasang gigi taringnya yang tajam. Mata indahnya berwarna biru terang.

"Haha!" tiba-tiba putri Gayatri tertawa terbahak-bahak tanpa ada sebab.

"Kamu pasti bisa saya kalahkan!" seru putri Gayatri.

Raja siluman raksasa hanya tersenyum tipis menanggapi seruan putri Gayatri. Wajahnya sangat tenang, tidak ada rasa takut melihat perubahan fisik putri Gayatri.

Putri Gayatri menyalurkan seluruh energi ke dalam pedangnya dan seketika itu juga, pedang kerajaan siluman ular emas langsung bergetar sembari mengeluarkan cahaya keemasan yang menyilaukan mata.

Secepat kilat, putri Gayatri mengayunkan pedangnya mengarah tepat ke arah kepala raja siluman raksasa.

"Wusss!" Suara angin tebasan pedang Putri Gayatri.

"Tang!" suara dua pedang beradu.

Benturan kedua pedang menimbulkan sebuah getaran yang sangat keras hingga menggetarkan dahan-dahan pohon dan menyebatkan daun-daun berguguran di atas kepala mereka.

Tubuh Putri Gayatri terdorong mundur tiga langkah ke belakang. Wajahnya memucat sembari memegang pedang kerajaan siluman ular emas menggunakan kedua tangannya.

Pupil matanya ikut membesar, melihat pedangnya bergetar sangat keras dan hampir saja terlepas dari genggamannya.

"Silakan di coba lagi." Ucap raja siluman raksasa sembari tersenyum setengah.

Rona merah menutupi kulit wajah putri Gayatri.

"Sialan! Dia bukan lawan tanding saya." Putri Gayatri membatin.

Nyali putri Gayatri menciut sambil memegang persendian bahunya. Dia tidak menyangka jika getaran peraduan pedang menyebabkan persendian bahunya bergeser sedikit dari posisi.

"Pantas saja Gama dan Danu tidak sanggup mengalahkannya. Lebih baik saya kabur saja." Gumam putri Gayatri sembari melihat ke prajurit raja siluman raksasa yang mulai merangsek maju mengepung dirinya.

"Tahan!" seru raja siluman kepada prajuritnya.

"Pergilah kalian!" pekik raja siluman sembari mengangkat perisai besi ke atas.

Prajurit raja siluman tampak patuh mendengar seruan raja mereka. Satu persatu para prajurit siluman raksasa menghilang begitu saja dari hadapan putri Gayatri.

"Pergilah putri cantik!" seru raja siluman sembari tersenyum tipis menyindir putri Gayatri.

"Sialan! Saya di kerdilkan olehnya!" seru putri Gayatri di dalam hatinya.

"Silakan kabur putri cantik! Hehe." seru raja raksasa sekali lagi sembari terkekeh.

"Siapa kamu sebenarnya!" seru putri Gayatri dengan antusias.

Raja siluman hanya tersenyum tipis menjawab pertanyaan putri Gayatri kemudian dia memejamkan kelopak matanya, bibirnya mengepak mengeluarkan suara lirih.

Kabut putih menyelimuti dirinya. Beberapa saat kemudian kabut putih perlahan memudar dan tubuh raja siluman berubah menjadi sosok pemuda berparas tampan.

Alis Gayatri tersentak ke atas melihat raja siluman telah berubah menjadi seorang pemuda biasa. Wajahnya melongo sembari memperhatikan senyum menyeringai di wajah pemuda tersebut.

"Nama saya, Bagas. Saya seorang manusia biasa yang di titipkan sedikit ilmu oleh Allah Subhanahu wa ta'ala."

Raja siluman telah kembali menjadi seorang manusia biasa bernama Bagas. Dia melirik sejenak ke batang pohon yang tumbang di sampingnya kemudian dia duduk di atas batang pohon sambil memperhatikan putri Gayatri.

Tubuh Putri Gayatri merasa kaku untuk melanjutkan niatnya.

"Kenapa dengan perasaan saya? Apakah saya jatuh hati dengan pemuda itu?" putri Gayatri membatin.

"Mari kita berbicara baik-baik putri cantik." Ujar Bagas sembari menepuk batang pohon yang di dudukinya.

Putri Gayatri bergeming. Matanya tidak lepas dari wajah Bagas sambil mengubah wujud tubuhnya kembali ke semula. Hati Putri Gayatri menjadi goyah setelah melihat ketampanan wajah Bagas dengan suara lembut yang melandai.

"Suaranya sangat lembut di dengar. Perasaan saya jadi sangat nyaman."

Putri Gayatri membatin dan perlahan berjalan menghampiri Bagas.

Dia tidak menyangka kalau siluman berbadan besar dan sangar telah berubah menjadi sosok pria tampan rupawan.

Pandangan mata putri Gayatri menyapu ke sekeliling memastikan jika sisa prajurit Bagas benar-benar telah menghilang.

Setelah memastikan semua prajurit Bagas telah menghilang dari tempat. Putri Gayatri berani mendekatkan dirinya kepada Bagas yang sedang duduk di batang pohon menunggu kedatangannya.

"Jangan khawatir putri cantik, saya bukanlah orang jahat atau siluman jahat. Mari duduk bersama dengan saya." Ucap Bagas dengan nada suara melandai lembut.

Rona merah muda merayap di wajah putri Gayatri. Dia sedang merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Bagas.

"Baiklah, saya percaya dengan kamu." Ucap putri Gayatri tersipu malu sembari duduk di batang pohon tapi menjaga jarak duduk dengan Bagas.

Bagas tersenyum luas memandangi wajah putri Gayatri.

"Putri cantik, apakah saya boleh tahun namamu?"

Bagas mengulurkan tangannya kepada putri Gayatri sembari bertanya dan putri Gayatri menyambut uluran tangan Bagas sambil memperkenalkan dirinya.

"Nama saya, Gayatri."

Bagas lantas melepaskan tautan tangannya.

"Gayatri tinggal di mana?" tanya Bagas.

Wajah putri Gayatri menumpul, ia kebingungan menjawab pertanyaan Bagas.

"Saya…, Um..., tinggal di hutan sebelah sana sendirian." Jawab putri Gayatri terlihat gugup sambil menunjuk ke arah selatan.

"Kamu gadis cantik rupawan, tidak pantas tinggal sendirian di dalam hutan ini, Apakah Gayatri ingin tinggal bersama dengan saya?" tanya Bagas sembari menatap mata putri Gayatri.

Dengan wajah tersipu malu putri Gayatri menjawab permintaan Bagas sembari menganggukkan kepalanya.

"Mau."

"Alhamdulillah, tapi ada syaratnya." Ujar Bagas menimbulkan tanda tanya besar di wajah putri Gayatri.

"Apa syaratnya?" tanya putri Gayatri dengan antusias.

"Gayatri harus melepaskan seluruh ilmu siluman dan harus memeluk agama Islam." Jawab Bagas sembari tersenyum luas.

Putri Gayatri terdiam sejenak, dahinya mengerut sembari menatap erat wajah Bagas.

"Tidak! Jika ada siluman yang akan membunuh saya, bagaimana saya menghadapinya?, sedangkan seluruh kesaktian saya telah di lenyapkan." Ujar putri Gayatri yang terlihat gusar mendengar syarat dari Bagas.

"Allah Subhanahu wa ta'ala yang akan melindungi Gayatri." Jawab Bagas sembari menunjuk ke atas.

Mata putri Gayatri terpicing.

"Siapa dia? Kenapa saya harus percaya dengannya?" jawab putri Gayatri.

Wajah putri Gayatri terlihat semakin bingung mendengar perkataan Bagas.

"Allah Subhanahu wa ta'ala yang menciptakan seluruh alam semesta ini, termasuk kamu." Jawab Bagas.

"Insyaallah kamu tidak akan di ganggu oleh para siluman. Percayalah pada saya." sambung bagas untuk meyakinkan hati putri Gayatri.

Putri Gayatri mengangkat satu sudut bibirnya.

"Saya tidak akan melepaskan kesaktian saya. Maaf…, Saya harus pergi." Ujar putri Gayatri sembari berdiri dari tempat duduknya.

Akan tetapi tangan Bagas memegang pergelangannya.

"Tunggu Gayatri!" seru Bagas.

Gayatri tidak mau menolehkan wajahnya.

"Apa lagi?" tanya Gayatri dengan singkat.

"Kamu boleh tinggal di rumah saya tanpa harus melepaskan kesaktianmu, biarlah waktu yang akan meyakinkan dirimu kepada Allah Subhanahu wa ta'ala." Ujar Bagas.

"Baiklah. Saya setuju dengan permintaanmu." Jawab putri Gayatri sambil menolehkan wajahnya.

Dia memandangi wajah Bagas. Senyum menyeringai menampil di wajahnya dan Bagas ikut tersenyum luas mendengar jawaban putri Gayatri,

"Saya harus sabar memperkenalkan ajaran agama Islam kepada Gayatri." Ujar Bagas di dalam hatinya.

"Mari kita pulang ke rumah saya." Ajak Bagas sembari melepaskan pergelangan putri Gayatri kemudian Bagas beranjak berdiri dari batang pohon yang di dudukinya.

"Mari." Sahut putri Gayatri.

Mereka jalan bersama-sama menyusuri jalanan berbatuan yang bercampur dengan tanah lembek. Hanya ada satu jalan di dalam hutan tersebut. Sebuah jalan yang di buat oleh para pencari kayu bakar di dalam hutan.

Bersambung...

****************