Chereads / Mencintai Wanita yang Sama / Chapter 16 - 16. Tuan Putri

Chapter 16 - 16. Tuan Putri

"Pemandangan apa ini? Aku turut senang melihatnya, kawan!" puji lelaki itu.

"Berhentilah berimajinasi, Tristan!" titah Erick.

Tristan malah tertawa. "Kalian berdua sudah seperti suami istri yang sedang berbelanja kebutuhan rumah. Dan aku, sih, yes untuk perempuan cantik ini. Dia sangat cantik dan cocok banget sama kamu."

Nirmala tidak mengerti, haruskah dia merasa senang telah dipuji atau merasa muak karena disandingkan dengan Erick?

"Dia hanya pelayan di kafeku! Jadi berhentilah mengatakan sesuatu yang tidak benar!" Erick menegaskan.

Tristan mendekatkan wajahnya kepada Erick. Kemudian berbisik. "Memangnya kenapa kalau dia pelayan? Semenjak dua tahun lalu, aku tidak pernah melihatmu bersama perempuan mana pun, bahkan pembantu di rumahmu. Kamu menyukainya, kan?" tuduh Tristan.

"Sekarang kamu memfitnahku? Aku bisa saja melaporkanmu atas tuduhan pencemaran nama baik!" elak Erick. Kemudian mendorong kasar Tristan agar menjauh darinya.

Tristan malah tertawa terbahak-bahak.

Nirmala yang tidak mengerti apa yang tengah dua lelaki ini bicarakan, hanya bisa melihat tanpa berani bertanya.

"Kalau begitu, berhentilah dari pekerjaanmu ini sebentar. Ayo temani aku makan!" ajak Tristan.

"Bukankah kamu datang sendirian? Seharusnya kamu juga bisa makan sendirian!" tolak Erick.

"Ayolah, kawan. Kamu, kan, tahu aku enggak suka kesepian," paksa Tristan.

"Dan kamu lebih tahu dari siapapun kalau aku selalu sendirian!" Erick menegaskan.

"Dan aku satu-satunya temanmu. Jadi, kamu harus menurutiku!"

Tristan menang. Erick pasrah ketika Tristan memaksa menarik lengannya. Mereka bertiga pun menuju kasir untuk membayar semua bahan yang dibeli Erick.

"Biar kubawa. Erick tidak akan pernah peka," tawar Tristan yang melihat Nirmala kewalahan membawa belanjaan Erick.

"Enggak usah, Pak. Saya bisa sendiri, kok," tolak Nirmala merasa sungkan.

"Di sini ada banyak orang. Harga diriku akan turun saat mereka melihat kami membiarkan perempuan membawa barang belanjaan sendirian." Tristan merebut barang-barang yang dibawa Nirmala dan hanya menyisakan satu kantong plastik saja.

"Oh, ya. Jangan panggil aku, Pak. Aku masih belum tua. Panggil aja aku Tristan," imbuh Tristan.

"Terima kasih, Tristan." Nirmala pun memberanikan diri.

Tristan tersenyum bangga.

"Terus, aku harus memanggilmu apa?" tanya Tristan.

"Nirmala," jawab Nirmala.

"Baiklah Nirmala. Kita sekarang teman, oke!"

Nirmala mengangguk pelan.

Tristan membawa kedua temannya menuju restoran Jepang yang ada di dalam Transmart. Ia memesan satu menu lalu membiarkan Erick dan Nirmala memilih menu kesukaan masing-masing. Nirmala yang tidak tahu apa pun mengenai masakan Jepang memilih menyamakan dengan pilihan Tristan. Karena pilihan Erick adalah yang paling mahal. Tak lama, pesanan mereka pun datang. Dan mereka mulai menikmati.

"Oh, ya. Kupikir kamu sedang mempersiapkan diri untuk pesta pernikahan Sarah nanti malam." Tristan membuka obrolan.

"Aku enggak akan datang," ujar Erick.

"Kenapa? Bukannya sekarang adalah saat yang tepat untuk membalas dendam?" protes Tristan.

"Justru aku akan terlihat sangat menyedihkan karena datang sendirian," jelas Erick.

"Tidak-tidak. Kamu jangan datang sendirian. Kamu bisa membawanya ke pesta itu." Tristan menunjuk Nirmala dengan telapak tangannya.

"Membawa pelayan ini?" Erick ikut menunjuk Nirmala. Ia sangat terkejut karena Tristan memiliki ide serendah itu. "Aku tidak akan gegabah!"

Nirmala semakin tidak mengerti apa yang sebenarnya dibicarakan kedua lelaki di depannya sembari makan.

"Kamu belum bisa melihat siapa dia sebenarnya, ya?" tanya Tristan.

"Apa?" tanya balik Erick.

"Kamu melihatnya sebagai kerikil. Tapi, aku bisa merubahnya menjadi berlian," ujar Tristan, agak menyombongkan kemampuannya. Tristan berali menoleh ke Nirmala. "Benar, kan, Nir?"