Satu saat kamu akan dihadapkan dengan dua pilihan: mencintai seseorang yang membuat hatimu jatuh amat dalam atau dicintai seseorang dengan penuh ketulusan.
Menurutmu, pilihan manakah yang akan membuat hidupmu diselimuti kebahagiaan?
-ooOoo-
"Sial!" Kata yang mengawali pagi hari Nirmala dan mungkin akan mengacaukan sepanjang harinya.
Tiada kata indah. Karena sepagi ini, Nirmala sudah melalui tatapan dingin Erick, pemilik kafe tempatnya bekerja, kebisuan Erick, hingga membawanya ke ruangan Erick.
Padahal Nirmala hanya telat lima belas menit. Hanya sebentar. Namun, Erick sudah menatapnya seolah tidak akan ada ampunan untuknya.
Ruangan kerja Erick berada di lantai kedua kafe. Berdinding kaca. Menghadap pepohonan tinggi di sekitar kafe. Sayangnya, pemandangan indah itu tidak bisa Nirmala nikmati saat ini. Ia masih ketar-ketir karena ia tidak tahu apakah besok masih bisa menginjakkan kaki di kafe ini atau harus menganggur di kos-an untuk beberapa minggu.
Erick melangkah mendekat. Nirmala semakin menundukkan kepala. Tidak kuat menghadapi tatapan yang terus terasah setajam pisau.
Jemari Erick menyentuh dagu Nirmala. Ia mengangkatnya lembut sehingga tatapan mereka bertemu. Seketika Nirmala memejamkan matanya erat.
"Maaf. Saya terlambat lagi. Saya janji besok enggak akan terlambat lagi," kata Nirmala dengan cepat.
"Bukalah matamu," titah Erick tanpa nada kemarahan sedikit pun.
Nirmala mencoba memberanikan diri membuka mata. Tampak tatapan Erick lain dari tatapan yang ia lihat sebelumnya. Lebih teduh dan menenangkan.
"Aku memanggilmu kemari bukan untuk menegurmu," tambah Erick.
"Lalu, Pak?" tanya Nirmala. Sedikit bisa bernapas lega.
Erick mundur selangkah. Tiba-tiba ia bersimpuh di depan kaki Nirmala. Mengejutkan Nirmala dengan tindakan di luar prediksinya.
Mata Nirmala membulat. "Pak, ngapa ...." Ucapan Nirmala memudar melihat Erick mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong celananya. Sebuah bulatan berbentuk kristal.
Erick membuka benda itu sehingga memancarkan kilauan dari berlian kecil yang menghiasi cincin di dalamnya.
"Menikahlah denganku."
Lagi-lagi Erick bertindak di luar prediksi Nirmala. Tentu saja Nirmala mematung di tempat. Ia amat terkejut. Sejak pertama kali menjejakkan kaki di kafe ini, tidak pernah terbesit di pikirannya akan melalui kejadian sedramatis ini. Karena semenjak pertama bertemu Erick, ia sudah menilai lelaki itu sebagai sosok yang keras kepala, sombong, dan kekanakan. Dan pastinya, sosok yang tidak memiliki rasa belas kasihan. Sosok yang tidak mungkin dicintai oleh seorang Nirmala.
-oOo-