Chereads / Melldfy's Academy / Chapter 4 - simulasi melawan golem

Chapter 4 - simulasi melawan golem

Setelah pembagian, Arriena menjadi absen pertama dan tidak bisa langsung melaksanakan tantangan pertama. Oleh karena itu, duel pertama dilaksanakan oleh gadis berambut ikal berponi lurus melawan monster golem dalam simulasi duel yang diciptakan oleh guru Damiel. Arriena hanya bisa menonton dari samping sambil mengamati cara mereka melawan golem.

Ternyata gadis itu memiliki skill yang mumpuni dalam bertarung sihir.

Dengan ancang-ancang, ia mengangkat tongkat sihirnya ke udara, sebelum golem itu menyerang, ia segera menggunakan sebuah mantera sihir elemen api yang menakjubkan.

"Flamma Elementum, Incendere potentiam meam."

Golem terbakar sempurna beserta erangan keras yang keluar dari mulutnya, gadis tersebut tersenyum miring, "Guru, hanya sebatas ini? Ini terlalu mudah." Ucapnya selagi meninggalkan arena.

Arriena terkagum-kagum melihat aksi gadis berponi lurus tersebut dalam melawan golem. Ia sangat terpesona dengan serangan-serangan sihirnya yang sangat memukau dan berhasil mengalahkan golem dengan mudah. Setelah gadis itu menyelesaikan tantangan pertama, Arriena pun menjadi bersemangat dan merasa siap tampil ke depan untuk melaksanakan tugasnya dan membuktikan kemampuannya dalam menghadapi tantangan dari guru Damiel.

Namun sebelum itu, sekarang giliran seorang lelaki kurus dengan sweater rajut yang maju untuk melawan golem dalam simulasi duel yang diciptakan oleh guru Damiel.

"Maju kau golem bernapas nafas bau, aku akan mengalahkan mu dengan satu serangan." Ucapnya pede, namun sebenarnya ia menahan rasa takut melihat golem dengan ukuran yang cukup besar.

Sayangnya, lelaki itu kalah dalam pertarungan tersebut sebelum mengucap mantera, dan golem berhasil mengalahkannya. Namun, guru Damiel tidak segera menghentikan duel tersebut.

Tiba-tiba, golem yang seharusnya tampil lemah dan bergerak lambat akibat serangan yang ia lemparkan kepada laki-laki itu menjadi semakin kuat dan ganas. Lelaki kurus itu sudah kelelahan dan hampir pingsan.

Terlihat golem semakin berbahaya dan Arriena pun terkejut banyak melihat perkembangan yang ada. Ia tidak dapat memahami mengapa guru Damiel tidak segera menghentikan duel tersebut. Kemudian, Arriena pun menghampiri Leah dan bertanya, "Leah, kenapa guru Damiel tidak segera menghentikan duel tersebut? Apa yang sedang terjadi? Lelaki itu sudah kalah".

Leah yang melihat kejadian tersebut juga merasa aneh. Setelah berpikir sejenak, Leah menjawab, "Arriena, kamu pasti akan paham jika sudah mengikuti pembelajaran di akademi ini lebih lama lagi. Guru Damiel ingin melihat sejauh mana batas kemampuan sang murid, itulah mengapa ia tidak menghentikan duel tersebut. Fakta bahwa golem menjadi lebih kuat dari sebelumnya mungkin disebabkan oleh sesuatu yang berkaitan dengan tujuan guru Damiel untuk mengajarkan sesuatu pada murid-muridnya," kata Leah.

"Namun, jangan bayangkan akademi ini dengan sesuatu yang indah seperti di cerita-cerita. Realitanya, akademi ini adalah tempat yang penuh dengan tantangan dan bahkan bisa mengancam nyawa kita. Tapi percayalah, disini kamu akan bertemu dengan banyak teman dan guru yang bisa membantu kamu tumbuh menjadi lebih baik dalam menguasai kemampuanmu," jelas Leah serius sambil menyentuh bahu Arriena.

Namun tetap saja itu mengganggu pikirannya, sekilas ia melihat guru Damiel tersenyum tipis saat lelaki kurus itu hampir pingsan, saat rumit memikirkan nya, ia di kejutkan dengan panggilan bahwa urutan simulasi duel selanjutnya adalah dirinya.

Ia melihat ke arah panggilan itu dan menemukan bahwa itu adalah satu-satunya panggilan yang harus dia lakukan.

Arriena merasa agak gugup, tetapi juga penasaran untuk menghadapi kekuatan golem itu secara langsung dan mempelajari lebih lanjut kemungkinan yang terjadi. Namun, ia juga merasa khawatir tentang apakah ia akan berhasil atau tidak.

Menoleh ke arah guru Damiel, ia melihat bahwa lelaki itu menatapnya dengan penuh kepercayaan. Meskipun begitu, Arriena masih merasa ragu dan ketakutan.

Ia berjalan menuju arena dan siap untuk memulai simulasi duel. Melihat golem tersebut, Arriena merasa sedikit terkejut karena golem ukuran nya yang lebih besar dan lebih menakutkan dari yang ia bayangkan.

Tanpa prediksi sama sekali, golem tersebut langsung menyerang, namun meski dengan susah payah, Arriena dapat menghindari nya dengan sempurna dan bersembunyi di balik salah satu pohon terdekat, di balik persembunyiannya, Arriena mengeluarkan sebuah mantera yang telah ia pelajari bersama Isaac semasa latihannya.

"Ventus Elementum, Vigorem meum perfundit."

Ucapnya melayangkan sihir dengan sempurna, meski dalam keadaan baik, mantera tersebut tidak terlalu berefek terhadap tubuh musuh.

Di tengah tengah pertarungan tersebut, Arriena merasa sedikit terkejut bahwa golem tidak sepenuhnya tumbang hanya karena mantra tersebut.

Tiba-tiba, ia teringat akan mantra yang pernah ia lihat di buku Archaic pada malam sebelumnya. Meskipun saat itu dia sengaja melewatinya karena merasa tidak tahu cara menggunakannya, namun sekarang rasanya seperti sebuah peluang besar.

"Tunggu, tunggu… aku rasa aku mengingatnya." Seraya terus mengingat.

Mantra itu adalah,

Terus berusaha mengingat, "Benar! Mantera itu adalah,"

"Ignis.."

"Elementum,"

"SIMULATIO FLAMMA!!"

Saat Arriena merapalkan mantera tersebut, golem itu terlihat menjadi terbakar lentur oleh api magis yang tercipta.

Ia merapalkannya dengan bertahap. Mantera itu adalah 'Ignis Elementum, Simulatio Flamma' yang berarti 'Elemen Api, Tirukanlah Dalam Kebakaran'.

Dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa, Arriena melompat ke depan dan menggunakan pedang ajaib miliknya untuk memberikan serangan terakhir pada golem yang terluka parah itu.

"Ini akan menjadi yang terakhir, rasakan serangan ku dasar golem bongsor!"

Dalam sekejap, golem itu runtuh dan hancur, meninggalkan hanya puing-puing yang mengepul dari tanah.

Leah, serta gadis berambut ikal dengan poni lurus itu terkejut melihat Arriena yang mampu mengeluarkan mantera dengan elemen api yang begitu dahsyat.

Setelah keluar dari arena, Arriena mendapatkan tepuk tangan dari berbagai sudut penonton atau siswa lain di sekitarnya yang memujinya atas kemenangannya melawan golem.

Meskipun sempat merasa puas, Arriena tetap merasa rendah hati dan sadar bahwa dia hanya melaksanakan tugasnya sebagai seorang calon siswa di akademi tersebut.

Ia segera menghampiri Leah, menebak apa yang akan terjadi, ia tahu Leah akan bertanya banyak, jadi ia pikir ia harus membual saat menjawab pertanyaannya.

"Hey Arriena! Aku sangat senang melihatmu menang melawan golem itu! Kemenangan yang luar biasa! Bagaimana kau bisa mempelajari sihir semacam itu?" Kata Leah dengan antusias.

Arriena tersenyum, "Terima kasih, Leah. Dan terkait dengan sihirku, sebenarnya aku lahir dengan bakat alami untuk mengendalikan elemen api. Tapi aku juga telah berlatih keras setiap hari untuk memperkuat kemampuan sihirku." Ucapnya berbohong.

"Hahaha, pandai sekali." Batinnya.

Leah terdiam sejenak dan kemudian berkata dengan nada lelucon, "Jadi, apakah kamu punya kemampuan untuk memanggang marshmallow di atas tanganmu tanpa terbakar?" Ucapnya mengundang gelak tawa.

Arriena berpikir sejenak, langsung memainkan kata-kata seperti Leah, "Sayangnya, kemampuan ku hanya sebatas memanggang musuh yang ingin merusak kecantikan kita tanpa terbakar. Aku tidak yakin ada tangan manusia yang kuat untuk menampung api selama proses memanggang marshmallow. Tapi, siapa tahu.. kita bisa mencoba!" Kata-kata Arriena kembali memancing gelak tawa.

Setelah melewati beberapa waktu, ini adalah giliran siswa terakhir yang nampak bersemangat sedari awal, Pemuda blond itu kemudian bergabung dalam duel melawan golem setelah Arriena dan para siswa-siswi lainnya selesai. Leah? Ia tidak sepenuhnya melakukan tes, karena kehadirannya hanya membuat sebuah laporan untuk mendata, hal tersebut pekerjaan OSIS dalam Melldfy's Academy.

Duel berlangsung semakin seru dan kejam, namun pemuda itu terlihat sangat berpengalaman dan gesit.

"Jangan bermain-main denganku golem tanpa suara! Kau hanya mengaum aneh sedari tadi." Ucapnya sembari menaiki sapu terbang nya dengan lihai. 

Arriena dan Leah, bersama dengan siswa lainnya, menonton dengan serius di samping arena, pemuda itu mempertaruhkan kekuatannya melawan Golem.

Di detik-detik terakhir dengan golem yang hampir berhasil menang, pemuda itu memberikan serangan terakhir yang membawa golem ke ambang kekalahan.

"Bukankah ini terlalu bertele-tele makhluk besar yang bodoh, kita menghabiskan waktu. Mari segera kita akhiri." Ucapnya sembari menghindari sihir yang di lemparkan oleh golem tersebut.

"Lux In Tenebris!" Seru nya mengagumkan.

Ia menerjunkan kekuatan cahaya ke arah golem sehingga menimbulkan ledakan cahaya yang begitu terang dan kuat.

Para siswa menahan napas mereka ketika pemuda itu menciptakan sebuah mantra yang kuat dan melemparkannya ke arah golem.

Mantra itu melintas dengan kecepatan tinggi, menyerang golem olem ketika golem berusaha untuk menyerang balik. Setelah mantra mencapai golem, golem itu meletus dalam cahaya bercahaya, meninggalkan fragmen batu kecil di tanah.

Pemuda itu kemudian turun ke arena dengan senyum di wajahnya, para siswa berteriak-teriak memberikan semangat dan tepuk tangan meriah untuknya. Arriena dan Leah turut bangkit untuk bergabung dengan para siswa dalam memberikan apresiasi atas aksi yang hebat tadi.

Namun tiba-tiba, arena mendadak gelap dan mencekam. Aura yang kuat dan menakutkan mengisi seluruh arena, seperti itu datang tiba-tiba entah dari mana. Sadar, mereka merasa dingin dan takut melihat tatapan guru Damiel yang tajam dan menusuk. Beberapa siswa bahkan sempat menggigil karena aura yang menakutkan tersebut.

"Kalian sudah lulus dari tes simulasi duel ini, tetapi dalam petualangan hidup kalian yang menantang, kalian masih perlu belajar banyak hal yang lebih dalam dan kompleks lagi! Apakah kalian siap?" tanya guru Damiel tajam dan menantang, membuat siswa-siswa itu semakin ketakutan.

"Jangan langsung merasa bangga dengan tes yang belum seberapa." Ucapnya dingin.

"Tes selanjutnya akan di laksanakan dua hari lagi. Untuk itu, gunakan waktu luang kalian untuk berlatih dan pastikan saat tes itu tiba, jangan ada yang gagal!" Tambahnya dengan sedikit intonasi yang tinggi.

Leah yang duduk di samping Arriena, membalas omongan guru Damiel dengan menggelengkan kepala pelan dan berkata dengan nada lucu kepada Arriena, "Aku tidak sabar menanti ujian besok! Aku harus mengajari kamu mantra yang lebih cepat dari kemampuan ku. Oke tapi saran ku, kita gunakan lengan sinar 'lorem ipsum' untuk mendapatkan nilai yang baik!" Leah kemudian setengah berbisik kepada Arriena, sambil tersenyum.

"Tapi jangan katakan kepada guru Damiel ya, Arriena. Kita tidak ingin mendapatkan sanksi yang lebih berat lagi." Leah lalu kembali memalingkan wajahnya ke arah Damiel yang sedang memberikan instruksi kepada siswa-siswa lainnya.

Meskipun terlihat bersenda gurau, Arriena tetap serius dalam menghadapi tes besok dan siap untuk belajar sebanyak mungkin untuk meraih nilai yang baik.

Guru Damiel membubarkan para calon siswa akademi, Leah dan Arriena bernapas lega.

Saat akan pergi menuju gerbang, Arriena dan Leah di berhentikan oleh seorang gadis tinggi menjulang dengan rambutnya yang panjang.

"Hei gadis elemen api." Ucapnya besedekap dada.

"Maksudmu aku?" Tanya Arriena bingung, seolah tak percaya dipanggil 'gadis elemen api'.

"Sepertinya kau berbakat, selain aku, tidak ada yang mampu menggunakan elemen api sehebat itu, tadi aku sedikit terkejut melihat pertarungan mu." Ia melangkah lebih dekat, menjulurkan tangannya.

"Aku Lilian." Ucapnya singkat membuat Arriena terkejut bukan main, sedangkan Leah terdiam bingung bagaimana merespon Lilian.