Chereads / Aku ternyata anak Pungut / Chapter 4 - Bab 3 (Pov Rina)

Chapter 4 - Bab 3 (Pov Rina)

Ku mulai Pekerjaan di hari pertama dengan perasaan semangat dan riang gembira. Hingga tiba jam makan siang pun tiba aku dan Mega pun segera meninggalkan tempat duduk kerja kami menuju kantin yang letak nya di bawah gedung kantor ini, hingga kami harus menggunakan lift untuk sampai ke kantin.

Setiba di kantin mataku langsung tertuju ke salah satu menu di kantin tersebut.

"Mega, kamu makan apa ? " Tanyaku tak sabar karena perut sudah keroncongan.

"Aku soto ayam aja Rin, kayaknya gak terlalu ramai karena aku sudah kelaperan." Aku hanya tersenyum menimpali perkataan Mega dan dia pun beranjak ke tempat penjual soto.

Aku menjatuhkan pilihan ke nasi goreng. Hingga semua pesanan kami sudah terhidang di meja kantin, segera kami pun melahap nya.

Tiba - tiba saat kami sedang menyantap makan siang kita ada yang menyapa kami.

" Hai, kalian anak baru ya boleh gak aku gabung duduk di sini?" Tanya seorang pria yang perawakan kulit nya putih dan matanya sipit. Aku dan Mega hanya menjawab dengan anggukan. Hingga dia pun bertanya lagi,

" Kalau gak keberatan boleh gak kita berkenalan. Nama saya Revan kalian namanya siapa ? " Pria itu mengulurkan tangan nya.

Ku raih uluran tangan nya, " Aku Rina salam kenal." Ku jawab sekedarnya saja.

" Kalau aku Mega, kamu di bagian apa disini ?" Tanya Mega menimpali.

"Aku bagian Kepala HRD, semoga betah ya kerja disini. Dan gak bosen kalau sering ketemu, he...he..he" Kekehnya sambil melirik kearahku. Ku jawab dengan senyuman.

Hingga tak terasa jam istirahat makan siang sudah selesai dan selesai juga perbincangan Mega dan Revan.

" Gak kerasa ya waktu cepet banget kalau lagi seru ngobrol. Oh ya boleh tidak aku minta no handphone kalian supaya kita bisa saling ngobrol." Tanyanya sambil memegang handphonenya.

" Boleh, tapi jangan di sebar ya he...he..he.." Timpal Mega becanda. Ku perhatikan wajah Mega kali ini agak berbeda apa dia merasa tertarik dengan pria ini atau cuma perasaanku saja. Ahhh, biarkan saja toh Mega sudah dewasa.

"Rin, nomor telepon mu berapa?" Tanya Revan membuatku tersentak.

" Ya boleh." Hingga akhirnya ku sebut beberapa digit nomer telepon handphoneku.

" Ya sudah terima kasih ya Meg, Rin. Semoga kamu mau berteman denganku. Ini kayaknya jam makan siang sudah selesai aku masuk kantor duluan ya?" Pamitnya kami hanya menjawab dengan menganggukkan kepala.

**

" Hei Rin, Kayaknya Revan orang nya asik ya? Menurutmu dia gimana?" Bisik Mega ketika kami sampai di pintu lift.

" Kayaknya baik, jangan - jangan kamu naksir ya Meg?" Selidikku karena bisa kulihat dari cara pandang nya ke Revan.

" Jangan ngaco kamu Rin, mau dikemanain si Nico. Aku cuma pengen berteman saja." Ku hanya tersenyum menahan tawa.

"Ya sudah sekarang waktunya kerja, jangan ngomongin Revan melulu. Fokus cari duit."

Kami berbincang hingga kami berdua sampai di tempat meja kerja masing - masing.

Kami pun melanjutkan perkerjaan yang sempat tertunda saat jam makan siang.

Hingga tak terasa jam pulang kantorpun tiba.

Kami pun bersiap untuk merapikan meja kerja dan membereskan peralatan kantor.

Tiba - tiba handphone ku berbunyi

"Triiiinnng..."

( Rin, kamu pulang sama siapa ? Kalau gak ada yang jemput bareng aja yuk.!" Ku baca pesan singkat dengan perasaan bingung siapa yang mengirim pesn karena namanya tidak ada di kontak telepon ku.

(Ini siapa ya? Maaf aku gak merasa memberikan nomer kepada orang asing )

Ku jawab dengan lugas karena bisa jadi ini perbuatan lelaki iseng yang mengerjainya.

"(Ya ampun Rin, ini aku Revan kamu lupa ya? Tadi kan di kantin kamu memberikan nomermu ke aku) balas Revan cepat.

Ku tepuk jidat lalu ku balas pesan singkatnya

( Oh ya maaf aku lupa, gak usah Van aku pulang sama Mega karena tadi sudah janjian. Terima kasih aku takut merepotkanmu). Jawabku tak enak karena pasti kedua orang tuaku marah kalau aku diantar pulang lelaki asing.

( Gak papa sekalian saya antar kan arah pulang kita searah).

Akhirnya aku pun menyetujui permintaan Revan walaupun agak ragu bagaimana sikap kedua orang tua ku ketika melihat aku diantar dengan laki laki kerumah.

Aku pun segera memberitahukan kepada Mega untuk pulang duluan saja tidak usah menunggu aku di parkiran.

Kutelepon Mega hingga dering ke empat terdengar suara Mega.

"Meg, kamu pulang duluan aja ya. Revan mengajakku pulang bareng karena kan arah pulang kita searah." Jelasku takut Mega berprasangka yang tidak - tidak.

" Cieee...gak apa - apa lagi. Udah ada yang mulai pendekatan nih." Goda Mega membuat wajahku memerah.

"Ngaco kamu, kita gak ada apa - apa. Yaudah sana nanti keburu malam kamu pulang nya. Hati - hati dijalan!" Jelasku.

Setelah menelepon Mega kulangkahkan kakiku menuju basement kantor disana aku agak bingung untuk mencari dimana mobil Revan. Akhirnya sebuah klakson mobil menyadarkan ku.

" Tinnnnn..." Sebuah mobil sedan berwarna merah dan seseorang yang melambaikan tangan.

" Rin, ayo kesini." Ajak nya. Kulangkahkan ke arah mobil itu dan segera masuk ke dalam mobil.

" Kamu mau sekalian pulang apa makan malam dulu ?" Tanya Revan tiba - tiba kepadaku.

" Langsung pulang aja, aku takut orang rumah mencariku kalau pulang terlambat." Jawabku karena agak grogi juga didekat Revan hanya berdua saja.

**

Diperjalanan di dalam mobil Revan tidak ada percakapan diantara kami hanya suara lagu yang mengiringi keheningan kita.

" Rin, kamu punya berapa saudara?" Tanya Revan kemudian.

" Aku punya adik dua laki - laki dan perempuan." Jelasku.

" Kalau aku anak satu - satunya, kayaknya asyik ya punya saudara." Ucap Revan sambil tersenyum aku hanya menjawab tersenyum.

Akhirnya mobil Revan sampai ke depan pagar rumahku.

" Terima kasih Revan, kamu mau mampir dulu gak ?" Tanyaku basa - basi.

" Nanti saja lain kali Rin, soalnya ibuku sudah menungguku." Jawab Revan.

" Ya sudah sekali lagi terima kasih. Hati - hati di jalan." Mobil Revan pun segera meluncur meninggalkan rumahku, akupun segera masuk karena sudah waktunya untuk shalat maghrib.

" Assalamualaikum." Ku jawab salam ketika aku melangkahkan kakiku ke ruang tamu.

" Walaikumsalam Rin, kamu pulang sama siapa? " Tanya mama dengan raut tanda tanya.

" Sama temen mah, dia rumah nya satu arah jadi dia menawarkan tumpangan sama aku." Jawabku.

" Perempuan atau laki - laki ?" Tanya mamah penuh selidik.

" Laki - laki mah, cuma temen biasa kok mah." Jelasku takut mama berpikir macam - macam.

" Ya sudah hati - hati, jangan terlalu dekat dengan laki - laki sebelum tahu latar belakangnya." Tegas mama penuh penekanan.

" Iya mah." Jawabku.

" Ya sudah sana mandi, terus langsung shalat." Perintah mama.

Aku pun menganggukkan kepala dan segera masuk ke kamar untuk membersihkan diri dan bersiap untuk shalat maghrib.