PROLOG
Pada hari itu, sebuah cahaya datang dari langit. Mereka menyebutnya sebagai cahaya keselamatan, meski kenyataannya adalah kebalikan, karena keselamatan tidak datang pada mereka.
Justru, kehancuran yang datang pada mereka.
...
"Hanya ini yang bisa aku berikan padamu. Apa itu sudah cukup? Jika belum, aku bisa memberikanmu lebih dari ini."
Aku menggeleng. "Tidak, ini sudah lebih dari cukup. Aku tidak mau merepotkanmu lebih dari ini."
"Begitu ya, aku senang mendengarnya. Aku tidak pernah merasa direpotkan olehmu, kok," balasnya. "Aku ingin kamu tetap berada disini... Namun kamu tidak bisa berlama-lama disini."
"Benar."
Aku senyum padanya. Wajahnya terlihat kecewa, namun dia tahu dia tidak bisa menahanku pergi karena sudah waktunya aku pergi.
"Maaf, aku harus melakukan ini."
"Namun aku tahu kamu akan baik-baik saja," dia mengarahkan tangannya padaku. "Kedua mata itu akan membantumu, takdirmu akan membimbingmu."
"Begitu semuanya dimulai, kita akan bersama lagi."
"Aku akan menantikannya, tidak sampai bermilenia, hanya beberapa tahun lagi..."
Dia tersenyum dengan perlahan aku menutup kedua mataku.
"...datanglah padaku, kembalilah ke Eden."
***
"Huh..."
Shiki terbangun saat tidur dibawah pohon. Kepala pemuda berambut hitam itu pusing, memang seperti efek tiba-tiba bangun dari tidur. Namun setelah itu, seketika mimpi tadi menghilang dari kepala, dan Shiki tahu dia bukan pertama kali bermimpi itu.
"Mimpi itu...dan, siapa wanita itu?" Shiki memegang kepalanya, bertanya-tanya.
"Um, kamu sudah bangun, Shiki-san? Tepat sekali, kami baru saja kembali membeli persediaan."
Suara lembut wanita terdengar, seorang wanita cantik berambut hitam panjang datang padanya. Dua gadis dibelakang juga muncul, satu berambut jingga panjang agak bergelombang dan satu berambut coklat dikuncir dua.
"Hmph, kau malah tidur. Apa kau tahu kalau kami bakal lama belanjanya?"
"Biarkan saja Aniki beristirahat, Alicia!" protes gadis rambut coklat.
"Hmph!"
Shiki senyum, dia bangun dan bersiap pergi. "Ya, aku sudah istirahat cukup berkat kalian bertiga."
"Kalian sudah membeli apa yang dibutuhkan, bukan?" tanya Shiki, ketiga heroine-nya mengangguk.
"Baik." Shiki naik ke atas kuda di kuda gerobak mereka san bilang. "Jadi mari kita lanjutkan perjalanan lagi, masih banyak yang perlu dilakukan...!"
""YA!""
Ini adalah kisah petualangan takdir Shiki dan ketiga heroine-nya. Dengan janji untuk kembali ke firdaus, dan teror dari penguasa jurang yang keji, Shiki dan ketiga heroine-nya harus menghentikan takdir dunia yang terus datang berulang kali.
💠💠💠
Di suatu hutan, gerombolan bandit berlari dengan beragam senjata mereka; pedang, tombak, kapak dan panah mereka gunakan. Jumlah mereka sekitar 14 orang dan tujuan mereka adalah mengalahkan satu orang yang menjadi ancaman besar untuk mereka.
"Itu dia! Itu orangnya!"
"Kita harus menghentikan dia!"
"Jangan sampai dia terus berbuat seenaknya pada kita!"
"Pemburu Bandit itu!"
"Cih." Shiki kesal karena dia disebut Pemburu Bandit. Baginya, itu julukan payah dan dia benci itu.
Namun itu salahnya sendiri, apa yang dia lakukan yang membuatnya mendapatkan reputasi itu, terutama pada para bandit. Mereka mengenal Shiki sebagai Pemburu Bandit karena Shiki memang sering memburu mereka untuk "quest" yang dia ambil di Guild.
Mungkin sudah terlalu sering karena setiap Quest memburu bandit pasti Shiki ambil dan membuatnya dikenal oleh para bandit sebagai "Pemburu Bandit".
Apalagi karena Shiki tidak terkalahkan melawan mereka, membuat para bandit gentar tiap mereka tahu bahwa Shiki akan datang pada mereka dengan perbedaan kekuatan yang jelas.
Sekarang pun jelas terlihat, meski belasan bandit bersenjata sekalipun, Shiki mampu mengalahkan mereka. Tanpa kata atau rasa, Shiki langsung berlari ke arah markas mereka.
Tiba di sana, Shiki disambut oleh jumlah bandit yang lebih banyak dengan Senjata mereka masih sama. Ditambah, seorang pria berkepala plontos dan berbadan berotot memimpin mereka.
"Itu orangnya! Jumlah kalian lebih banyak!"
"Jangan sampai kalian mati melawan satu orang, dasar bodoh!" teriak bos bandit itu, Oman.
Shiki berhenti, dia bersiap dengan pedang pendek peraknya, kedua bola matanya berubah menjadi warna pelangi.
Teriakan terdengar bersamaan para bandit datang dengan niat membunuh Shiki. Namun dengan kedua mata itu, Shiki mampu melihat semuanya dan bisa menghindari setiap serangan mereka.
Gerakan lincah dan cepat, seakan-akan Shiki tahu semua serangan yang datang padanya. Dia mengelak, dia menebas. Dia menangkis, dia menebas.
Oman melihat itu tidak percaya. (Mustahil! Mana mungkin ada manusia yang bisa secepat dan segesit itu! Dia benar-benar kuat, dia adalah Pemburu Bandit!)
Namun Oman sadar, julukan asli Shiki bukanlah Pemburu Bandit. Itu cuma julukan yang dikenal para bandit karena Shiki adalah ancaman besar mereka.
Karena julukan aslinya, julukan yang membuat Shiki dikenal semua orang adalah...
"...tidak! Julukan dia yang sebenarnya adalah Shiki si Petualang Terkuat!"
CRATZ! Shiki menebas bandit terakhir hingga jatuh dan tersisa Oman, ketua bandit itu.
"Kau Oman, bukan? Kau sesuai deskripsi yang diberikan warga desa padaku untuk Quest ini. Kau adalah ketua bandit, kau terlihat lebih kuat dari mereka."
"Sialan!" Oman berlari ke markasnya.
Shiki siap mengejar lagi. "Aku tidak berekspektasi kau bisa- oh?"
Oman mengambil sebuah bazoka langsung, dan mengarahkannya kepada Shiki.
"!!?" Shiki terkejut, dan senapan laras panjang itu menembak ledakan cukup kuat yang mengenai Shiki.
DHUAR!
Ledakan tadi menghantamnya, namun Shiki menerobos itu dan langsung ada dihadapan Oman. Satu pisau hitam disiapkan, dan kemudian CRATZ!
Oman ditebas dengan tebasan cepat Shiki, dengan satu pisaunya. Shiki menghela nafas panjang, dan bilang;
"Membosankan."
***
Kemudian, sore harinya, di Guildtown.
Shiki sudah kembali ke kota dimana para Petualang bermarkas. Guildtown, kota para Petualang, rumah bagi para Petualang yang tersebar di Kerajaan Asteria.
Kota ini cukup luas dengan dikelilingi tembok yang memang ada di setiap kota besar di Kerajaan Asteria. Kota yang ramai penduduknya karena 30% dari mereka adalah para Petualang yang asyik dan bisa diandalkan.
Sekarang Shiki berada di sebuah ruangan di kantor Serikat Petualang. Menulis laporan setelah menyelesaikan Quest dan memberikannya pada salah satu manajer Guild Petualang.
Seorang wanita berambut merah pendek dengan pakaian kantorannya yang berwarna biru dan putih. Wanita cantik berdada besar yang sangat dekat dengan Shiki.
"Tidak ada celah untuk kesalahan, kamu berhasil melakukannya dengan baik, Shiki-kun. Yah, kamu memang perfeksionis jika urusan pekerjaan."
"Tidak, Anna. Aku tidak mau menjadi orang merepotkan. Aku cuma menjalankan sesuai Quest saja, aku seorang profesional soalnya."
Anna senyum dan bicara lagi. "Tapi jumlah bandit di South Area berkurang drastis karena dirimu, Shiki-kun. Dalam setahun ini, mungkin sudah lebih dari 50x kali kamu mengambil Quest memburu bandit."
"50...huh! Pantas saja para bandit itu mulai memanggilku dengan Pemburu Bandit!" Shiki gak sadar dia sudah mengambil Quest memburu bandit sebanyak itu.
"Pemburu Bandit... Itu julukan yang cukup mengintimidasi." komentar Anna terkejut juga.
"Memang, tapi untuk para bandit saja dan mereka juga lemah! Tidak ada harganya!" Shiki jengkel. "Itu merusak reputasiku sebagai Petualang Terkuat di Guild."
"Haha, aku rasa kamu benar." Anna terkekeh dengar komplain Shiki.
Shiki tersipu melihat tawa Anna tadi. Anna adalah pujaan hati Shiki, namun mereka tidak berpacaran, berarti mereka juga tidak menikah. Hubungan Shiki dan Anna sebatas Resepsionis dan Petualang saja, sebuah hubungan formal sebagai rekan kerja.
Namun Anna adalah orang paling dekat dengan Shiki saat ini. Itulah kenapa Shiki akan memberitahu Anna ini. Sesuatu yang sudah Shiki pikirkan dalam beberapa bulan terakhir.
"Anna, aku memutuskan untuk pensiun sebagai Petualang."
"EH?" Anna sangat terkejut mendengar itu. Bagai petir di siang bolong, sesuatu yang tidak pernah Anna sangka sebelumnya.
"Maafkan aku," Shiki meminta maaf, dia sudah siap dengan reaksi Anna. "Tentu itu sangat mengagetkanmu. Namun aku sudah memikirkan ini sejak beberapa bulan lalu dan aku rasa itu keputusan yang tepat," Shiki menjelaskan alasan dia pensiun pada Anna.
"Aku adalah Petualang Terkuat di Guild, namun sejak dua tahun lalu aku dijuluki itu, tidak ada lawan yang bisa membuatku serius!"
"Melawan rekan-rekanku di Guild adalah hal berbeda, tapi aku tidak pernah merasakan sensasi bertarung yang menyenangkan sejak dua tahun lalu." Shiki menjelaskan alasannya.
"Jadi aku pikir karena terlalu membosankan, aku memutuskan untuk pensiun saja sebagai Petualang."
Anna masih terlihat terkejut. Shiki menjelaskan jelas apa alasannya pensiun. Di usia yang masih muda, 20 tahun, namun sangat mengejutkan tentunya bagi Anna yang sudah dua tahun mengenal Shiki. Dia tahu Shiki adalah penggila bertarung, namun Anna tidak sadar akan kebosanan Shiki.
"Begitu rupanya. Tidak mengejutkan mengingat seperti apa dirimu." balas Anna, dia tidak menatap Shiki karena rasa kecewa juga.
"Dan menuruti kepuasan diri memang tidak ada habisnya."
Shiki diam dengar itu, dan Anna bilang lagi. "Tapi... aku tidak akan menghalangi jika kamu sudah membulatkan tekadmu soal itu. Pada akhirnya hubungan kita sebagas Petualang dan Resepsionis, tidak pernah lebih dari itu."
"..." Shiki diam, Anna mengatakan itu dengan senyum. Sangat disayangkan karena hubungan mereka cuma rekan kerja saja, padahal mereka sudah sangat dekat.
"Anna, sebagai permintaan maaf, apa kau mau kencan denganku?" Shiki mengajak Anna kencan, dan reaksi Anna terkejut lagi mendengar itu.
"Sebagai perpisahan, benar?" Anna terkekeh, dan menolak langsung. "Maaf aku perlu menolaknya, Shiki-kun. Apa kamu lupa? Aku sudah punya suami dan anak soalnya." jawab Anna senyum.
"Ah..." Shiki tidak lupa, meski tahu itu, dia pikir Anna takkan menolaknya. "Aku lupa~"
"Fufu, pembohong." Anna terkekeh, tahu Shiki pura-pura lupa.
"Tapi sebagai perpisahan, aku yakin akan lebih baik jika merayakannya pada sesama anggota Guild, tentu aku termasuk. Karena mereka pasti akan merindukanmu yang selalu bisa mereka andalkan." Anna beritahu itu.
"Benar, mereka akan terkejut dengar ini," Shiki senyum. "Ditambah, Ketua juga belum kembali dari Ibukota, bukan? Masih ada setidaknya seminggu sampai aku benar-benar pensiun, jadi masih ada banyak waktu."
"Yup." Anna mengangguk. "Paling esok atau lusa dia akan kembali."
Shiki berdiri kemudian pamit dari sana. Dia mengirim laporan pada Anna, dan dengan ini, Quest-nya pun usai. "Baiklah, aku akan kembali ke apartemen. Imbalannya akan aku ambil besok, sampai jumpa, Anna."
"Sampai jumpa, Shiki-kun."
Shiki pergi dan Anna masih diam di sana. Anna masih berwajah tidak percaya mendengar keputusan Shiki. "Takdir memang selalu mengejutkan." komentar Anna.
***
Shiki berjalan kembali ke apartemennya yang terletak di tenggara kota dari kantor Guild yang ada di tengah kota. Jalan kaki selama 20 menit Shiki lalui, namun hari ini...
"Uh!"
Seseorang menabrak Shiki dengan sengaja, dan Shiki melihat orang dengan tudung jubah hijau itu dan jika dia adalah copet, maka Shiki akan langsung menangkapnya.
Tapi dugaan Shiki salah.
"Kau adalah Shiki si Petualang Terkuat, bukan? Akhirnya aku menemukanmu!" suara wanita terdengar beberapa detik sebelum dia menarik tangan Shiki
"Hei! Apa yang-"
Cengkraman tangannya kuat, membuat Shiki kaget dan cuma bisa mengikuti kemana dia dibawa oleh wanita ini.
Sampai di sebuah gang, wanita itu membuka kerudung hijaunya. Shiki tentu terkejut, wanita berambut hitam panjang yang cantik, dia memakai pakaian hijau dengan beberapa aksesoris pada tubuhnya seperti selendang yang mengitari perut, dua buah anting di kedua telinganya dan sebuah "kalung kristal" biru di lehernya.
"Siapa kau?" Shiki mengerutkan dahinya bertanya.
"Namaku Reina. Reina Stardust." Wanita itu mengenalkan diri. "Aku ingin meminta bantuanmu, Shiki-san, bantu aku untuk mencari ayahku yang hilang!"
(Stardust, huh.) Pikir Shiki dan dia memberikan jawabannya.
"Aku tolak."
Reina terkejut mendengar jawaban langsung itu. "EH"
Bersambung ke Bab 02: Quest terakhir dimulai