Selama pertarungan berlangsung, kami berdua saling jual beli serangan, terkadang naga itu menyemburkan api dari mulutnya, tapi ku berhasil menghindari itu.
Jika dilihat memang aku bisa mengimbanginya, tapi jika untuk pertarungan jangka lama aku tidak akan bertahan. Aku harus mencari cara untuk mengalahkannya, tapi aku tidak membawa senjata apapun.
Disaat itu aku melihat sebuah pedang tergeletak di tumpukan emas yang berada di belakang nya, aku harus bisa mendapatkan pedang itu jika ingin menang.
"Swosshh"
Sang naga itu kembali melancarkan serangan, kali ini dia menyerangku dari arah kanan. Kalau begitu aku akan menghindari serangan ini lalu berlari mengambil pedang itu.
"Srakkk"
Karena serangan nya yang cukup cepat, walaupun aku berhasil menghindar tapi tangan kanan ku tetap terkena cakaran darinya.
"Ini kesempatan nya.. , " aku berguling ke depan, lalu segera berlari untuk mengambil pedang itu.
"Ohh.. kau berusaha mengambil pedang kesayanganku ya.., Tak akan kubiarkan kau.. "
Naga itu mengejar ku dari belakang, disaat dia hampir menangkap ku, aku bisa menggapai pedang itu lalu menyerang balik.
"Ctingg... "suara pedang dan cakar yang saling beradu berdengung di ruangan itu.
Sang naga yang melihat itu memasang wajah terkejut.
" Tidak mungkin... pedang peninggalan pahlawan bisa kau angkat dengan mudah, sebenarnya siapa kau.. "
"Aku hanyalah seorang pengembara..," aku tidak mau identitas ku sebagai orang yang bereinkarnasi ke dunia terbongkar.
"Begitu ya, menarik juga... tapi pertarungan kita belum selesai. Sebenarnya aku akan menghentikan pertarungan ini jika kau berhasil mengenaiku sekali saja..., tapi karena kau berhasil mengambil pedang itu, aku berubah pikiran... "
Sang naga pun mengeluarkan aura kekuatan yang meluap-luap, menyelimuti seluruh badannya.
"Kali ini aku akan serius, untuk mengalahkan mu.."
Aku memasang kuda-kuda, siap untuk bertarung.
"Majulah....!!!"
"Swooshh"
Lagi lagi dia berlari dengan kecepatan tinggi kearahku, aku bersiap untuk mengayunkan pedang ku.
"Srakk"
Namun saat akan berada dalam jangkauan pedang ku, naga itu berpindah tempat kerarah kanan. Aku yang tidak memperkirakan gerakan itu, hanya terdiam dan terkejut, pedang yang siap ku ayunkan dari arah kanan, tidak bisa mengimbangi kecepatannya.
"Tamat sudah.... kehidupan yang diberikan dewi, Dewi Loa.... maafkan aku. " di benakku sudah terbayang kematian kedua, tapi tiba-tiba ada suara yang menghentikan serangan sang naga itu.
"Ctingg"
"IBU..... SUDAH CUKUP...!! "
Terlihat serangan naga tadi ditahan oleh seorang wanita, parasnya sama seperti sang naga, memiliki tanduk dan ekor hanya saja rambutnya berwarna merah dan lebih tinggi.
"Apa yang kali lakukan Anastasia..., segeralah menyingkir. "
"Apakah ibu sudah lupa dengan janji ibu sendiri..., jika ada orang yang berhasil mengangkat pedang itu, kita sebagai bangsa naga akan sepenuhnya membantu dia. APAKAH IBU SUDAH LUPA JANJI YANG KAU BUAT DENGAN AYAH....!!! "
"Ahh.... "
Naga itu lalu menurunkan cakarnya dan mulai terlihat menyesali perbuatannya. Sang naga yang bernama Anastasia berjalan mendekati ibunya lalu memeluknya, sang naga pun terlihat sedikit menangis.
"Jangan lupakan, janji mu pada ayah.. "
Aku yang tidak tau apa yang sedang terjadi segera menjaga jarak untuk mengantisipasi serangan berikut nya. Tapi aku yang melihat keinginan aura bertarung sang naga sudah mulai memudar, memutuskan untuk menurunkan pedang ku.
Setelah selesai memeluk ibunya, Anastasia berjalan kearah ku lalu meminta maaf atas kejadian ini.
"Maafkan ibu ku atas kejadian ini," katanya sambil membungkukkan badan.
"Ahaha... tidak apa-apa, ini pasti cuma salah paham... "
Setelah meminta maaf, Anastasia dan ibunya berjalan menuju singgasana, aku mengikuti mereka dari belakang. Sang naga kembali duduk di singgasana nya, sedangkan anaknya berada disamping.
"Maafkan atas perlakuan buruk ku, perkenalkan nama ku Reedz.. aku adalah pemimpin kerajaan naga ini. "
"Tidak apa.. aku yakin tadi hanya salah paham. "
Karena pertarungan sudah selesai, dan aku merasa mereka bukan orang jahat. Aku berniat mengembalikan pedang yang aku ambil, disaat akan menyerah pedang itu, Reedz menolak dan berkata.
"Tidak... tolong simpan pedang itu, sudah seharusnya itu menjadi milikmu.. "
Aku terlihat kebingungan, melihat wajahku yang bingung, Anastasia menjelaskan dan menceritakan tentang sejarah pedang itu.
"Pedang itu sebenarnya milik ayahku... sang pahlawan, dia meninggalkan pedang dan memberikan pesan pada kami, jika ada yang bisa mengangkat pedang itu... tolong bantulah dia..., dan disaat selesai memberi pesan ayah pun menghilang entah kemana. "
Reedz tiba-tiba menundukkan kepalanya kepada ku.
"Sekali lagi maafkan aku... aku tidak suka karena barang peninggalan suami ku diambil orang lain, dan melupakan pesan yang dia berikan. "
"Ahahah... tidak apa-apa, kalau begitu aku akan menjaga pedang ini, terimakasih. "
Mendengar jawaban dariku mereka berdua tampak senang.
"Pedang pahlawan ya... kenapa aku bisa mengangkat nya, aku kan bukan pahlawan, " gumamku dalam hati. Karena pertarungan tadi aku sampai lupa dengan tujuan ku kemari, aku akan menanyakan tentang wanita yang ditangkap oleh Reedz.
"Anu... bagaimana dengan wanita yang kau tangkap, apakah aku bisa membawanya kembali?. "
"Oh anak wanita itu... kau sedang melihatnya, aku membawanya kembali karena dia keluar dan tidak pernah pulang. Dia lupa bahwa aku juga bisa khawatir, " Kata Reedz sambil menjewer kuping anaknya, aku tertawa melihat kelakuan mereka.
"Jadi siapa sebenarnya yang mencari ku?."
"Temanmu, Yukka sangat menghawatirkan mu. "
"Ahh... aku lupa untuk memberinya kabar... hehe.. "
"Padahal Yukka sampai menangis, dia kira kau ditangkap tapi ternyata hanya dibawa pulang oleh ibumu sendiri. "
"Yahh... begitulah, selama kurang lebih 70 tahun aku hidup bersama Yukka. Jadi wajar saja kalau dia khawatir denganku.. "
Aku tidak percaya dengan apa yang barusan kudengar. Yukka sudah tinggal dengannya selama 70tahun, tapi fisiknya seperti gadis remaja biasa. Melihat wajahku yang terkejut, Anastasia tau apa yang sedang kupikirkan.
"Kau tau.. penyihir bisa membuat ramua awet muda loh... "
Lupakan tentang tadi, aku harus membawa kembali Anastasia kepada Yukka.
"Jadi apakah kamu bisa kembali, Anastasia?. "
Dia terlihat murung mendengar permintaanku.
"Sepertinya aku belum bisa... ibu... belum mengijinkan.. "
Sang ibu yang melihat anaknya sedih, lalu mengatakan kepada nya.
"Kamu boleh kembali tinggal dengan penyihir itu, anggap ini sebagai permintaan maaf ku karena menyerang nya. "
Anastasia pun terlihat sangat bahagia.
"Tapi... dengan satu syarat,kamu jangan lupa memberi kabar kepada ibu.. "
"Baiklah ibu... kali ini aku berjanji.. "
"Bagus.. ngomong-ngomong pengembara, namamu siapa?. "
"Namaku Nian Kyou, panggil saja Nian. "
"Nian ya.. kalau begitu kutitipkan anakku kepadamu, jagalah dengan baik. "
"Baik.. aku akan menjaga Anastasia, dengan jiwa dan ragaku wahai ibunda.. "
Anastasia terlihat tersengum malu mendengar perkataan ku.
"Kau benar-benar mirip dengannya, tidak salah aku memberi kan pedang itu padamu. Sekarang kalian pergilah, sahabat mu sedang menunggu mu pulang."
"Baiklah, kalau begitu kami berangkat, " jawab ku serentak dengan Anastasia, kami pun bergegas kembali untuk menemui Yukka.