Chereads / T (pahlawan sinar keabadian) / Chapter 13 - Ungkapan Perasaan Cinta Julia Kepada Ethan

Chapter 13 - Ungkapan Perasaan Cinta Julia Kepada Ethan

Julia pulang ke apartemen dengan perasaan yang campur aduk, apakah ia akan benar benar mengambil keuntungan dan memanfaatkan Ethan untuk tujuan egois, yaitu hanya untuk mendapatkan keuntungan yang fantastis dari informasi penelitiannya.

Mengingat Sejak pertama kali mereka bertemu, Julia merasa terpesona oleh kehadiran Ethan dalam hidupnya. Senyumnya yang menawan, keberanian yang memikat, dan kekuatan yang terpancar dari setiap gerakan Ethan, serta kecerdasannya sebagai seorang ilmuwan, membuat hati Julia tak mampu membendung perasaannya. Rasa cinta yang tumbuh semakin kuat dalam relung hatinya membuatnya tak tahan lagi untuk memendamnya

Julia mengingat dengan benar, saat dirinya berada dalam situasi yang menegangkan. ketika mendekati pahlawan sinar keabadian yang misterius, Ethan tanpa diduga membuka penutup wajahnya. menatap Julia dengan tatapan yang menyejukkan, setelah melumpuhkan para perampok bank.

Lalu Julia mengingat kembali bahwa dirinya merasakan ada sesuatu yang berbeda. Pancaran aura luar biasa dari Ethan begitu kuat terasa, menyentuh setiap serat keberadaannya. Dirinya merasakan kehadiran magis yang menyelimuti Ethan, seakan dia adalah sosok yang diberkahi oleh kekuatan rasa empati tinggi.

Dengan hati yang berdebar, Julia mengambil handphone-nya. Jari-jarinya gemetar saat mencari nomor Ethan dalam daftar kontak. Tangan-tangannya hampir tidak bisa menekan tombol panggil, namun tekadnya yang kuat mendorongnya untuk mengungkapkan perasaannya.

Meski sebenarnya ia tau bahwa ada Sofia di hati Ethan, tapi ia merasa masih bisa memiliki Ethan sebelum semuanya terlambat dan meninggalkan luka mendalam.

Setelah beberapa detik yang terasa seperti berabad-abad, telepon akhirnya berdering. Suara yang terdengar di seberang sambungan menggema di telinga Julia. Ia bisa merasakan denyut nadi yang semakin cepat, menandakan betapa dramatis momen ini baginya.

"Ethan," panggil Julia dengan suara yang bergetar. "Aku ingin berbicara denganmu. Tentang perasaanku."

Di seberang sambungan, suara Ethan terdengar hangat dan penuh perhatian. Julia bisa merasakan getaran kehangatan itu merambat ke hatinya, memberinya sedikit keberanian dalam ketidakpastian ini.

"Mari bicara, Julia," jawab Ethan dengan lembut. "Aku ingin mendengarkan apa yang ingin kau sampaikan."

Dalam keheningan yang memenuhi udara, Julia mengumpulkan seluruh keberanian yang ada dalam dirinya. Ia mulai mengungkapkan perasaannya yang selama ini terpendam, mengalirkan kata-kata yang merangkai perasaan yang tak tergambarkan dengan sempurna.

Julia terikat dalam momen itu, dalam ketegangan dan harapan yang menyelimuti jiwanya, Setiap kata yang terucap akan menjadi pilar emosi yang merubah status hubungan mereka.

Dengan hati yang berdebar, Julia berusaha mengungkapkan cintanya pada Ethan.

Julia: ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu. Aku merasa harus mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya. Sejak pertama kali kita bertemu, aku merasa terpesona padamu. Aku mencintaimu, Ethan.

Ethan: Julia, aku terkejut mendengarnya. Namun, aku harus jujur denganmu. Aku menghargai perasaanmu, tetapi hatiku sudah dimiliki oleh orang lain. Jika kau ingin mengetahui lebih jelas, baiklah, Aku mencintai Sofia. Maafkan aku.

Julia: (terhenti sejenak) Itu menyakitkan Ethan, Aku harap kau mengerti betapa besar perasaanku padamu. Aku rasa masih ada waktu Ethan.

Ethan: (dengan suara lembut) Julia, aku minta maaf jika hal ini menyakiti perasaanmu. Aku menghargai persahabatan kita dan aku tidak ingin kehilanganmu. Namun, aku harus mengikuti hati dan perasaanku yang sejati.

Julia: (Dengan suara terguncang) Aku mengerti, Ethan. Aku hanya berharap bahwa ada kesempatan bagi kita, tapi sepertinya takdir mempertemukan kita sebagai sahabat. Terima kasih telah jujur denganku.

Ethan: Aku berharap kita tetap bisa menjaga persahabatan kita, Julia. Kita bisa terus bekerja sama dan mendukung satu sama lain seperti yang selama ini kita lakukan.

Julia: (dengan nada pelan, menahan kekecewaanya)ya, tentu. Aku tidak ingin kehilangan persahabatan kita. Aku akan mencoba menerima kenyataan ini dan berusaha menjaga hubungan kita tetap kuat.

Ethan: Terima kasih, Julia. Aku menghargai sikapmu. Kita masih memiliki banyak hal yang bisa dicapai bersama sebagai tim Sinar Keabadian.

Julia:( dengan suara lembut) Ya, kita akan terus bekerja sebagai tim yang solid. Aku akan mencoba melupakan perasaanku dan tetap fokus pada tujuan kita bersama.

Ethan: Aku menghargai keberanianmu untuk berbagi perasaanmu, Julia. Jangan khawatir, kita akan melalui ini bersama-sama.

Julia: baiklah, sampai jumpa Ethan.

Ethan: kuatkan dirimu Julia, sampai jumpa,

Julia memutus sambungan telepon sambil beberapa saat memandang heningnya malam di balik jendela.

Namun, jawaban dari Ethan membuat hati Julia hancur. Meskipun Ethan menolak dengan tulus, penuh perasaan dan mengakui bahwa hatinya telah tertaut pada Sofia. Rasanya seperti ditusuk pisau, dan Julia merasakan sakit hati yang mendalam. Rasa kekecewaan dan penolakan memenuhi pikirannya, dan dalam keadaan yang tak terkendali, ia membanting handphone-nya dengan keras ke lantai, hingga terbelah menjadi dua. Seperti hatinya yang terbelah saat ini.

Julia merasakan api kemarahan membakar di dalam dirinya. Rasa sakit yang ia rasakan membuatnya ingin membalas dendam kepada Tim Sinar Keabadian. Ia merasa bahwa mereka adalah penyebab atas penolakan Ethan dan penderitaan hatinya. Dengan tekad yang kuat, Julia memutuskan untuk menghancurkan tim tersebut.

Ia memulai rencananya dengan mencari informasi tentang keberadaan dan kelemahan anak buah Baron Umbra, pemimpin organisasi Matahari Hitam. Julia percaya bahwa dengan mengetahui kelemahan mereka, ia dapat menggunakannya sebagai senjata untuk menghancurkan Tim Sinar Keabadian. Dengan kecerdikan dan tekad yang kuat, Julia mengambil langkah-langkah menuju tujuannya yang gelap, tanpa mempedulikan akibat yang mungkin terjadi.