Chereads / Trilogi Langgam Amerta Agni-Widhiwasa Akasa Bhumi / Chapter 24 - Bab 24-Mendekati Keputusan Gunung Merbabu

Chapter 24 - Bab 24-Mendekati Keputusan Gunung Merbabu

Keputusan gunung

atas setiap percikan magma

dari kepundannya

adalah kisah cinta

tentang lava

yang menemui kodratnya

Keputusan laut

atas setiap badai dan buih

di puncak gelombang yang mendidih

adalah kisah cinta

tentang prahara

yang menjumpai takdirnya

Blaaarr!!

Ledakan keras memecah keheningan puncak Merbabu saat susunan bebatuan keras itu hancur berantakan. Ratri Geni mengerahkan tenaga cukup besar karena jengkel ternyata masih ada lagi yang berniat mengganggu ketenangan Gunung Merbabu.

Sesosok bayangan berkelebat sangat cepat sambil kembali mengirimkan pukulan ke arah kaki Ratri Geni. Gadis ini terkesiap. Melihat gerakan dan angin pukulannya, orang ini malah memiliki kepandaian lebih tinggi dari Siluman Ngarai Raung. Gila! Apakah ini siluman lain lagi yang coba mengacau?

Ratri Geni kembali menghindar dengan loncatan tinggi ke samping. Dibarengi dengan mengirimkan Pukulan Busur Bintang ke arah bebatuan lain lagi di mana orang itu lagi-lagi bersembunyi.

Untuk kedua kalinya terdengar ledakan sangat keras. Batu besar itu tidak hanya hancur berantakan, namun pecah dalam bentuk serpihan es yang terpental ke segala arah. Ratri Geni tercekat. Bayangan itu melesat tanpa bisa diikuti mata dan lenyap tepat sebelum Busur Bintang menghajar bebatuan tempatnya bersembunyi.

Sudut mata Ratri Geni melihat gerakan ringan dari semak belukar setinggi orang dewasa tidak jauh dari tempatnya berdiri. Alis Ratri Geni terangkat karena melihat gerakan di semak belukar itu agak berbeda dengan orang yang terus menyerangnya secara culas sedari tadi. Ratri Geni makin marah tapi tetap berhati-hati. Ada dua orang yang sedang mengincar kelengahannya. Dua orang berilmu sangat tinggi. Ratri Geni langsung teringat pada Siluman Kembar Gunung Agung.

Ratri Geni mendadak melentingkan tubuhnya setinggi mungkin sambil membalikkan tubuh dan melepas pukulan Gempa Pralaya saat mendarat ke tanah. Dua gelombang kekuatan dahsyat merambat cepat di tanah mengarah ke dua tempat yang berbeda. Satu ke arah semak belukar lebat dan satu lagi mengincar orang yang lagi-lagi bersembunyi di balik bebatuan raksasa.

Gelombang kekuatan Gempa Pralaya membuat puncak Merbabu bergetar hebat. Ratri Geni menyaksikan akibat pukulannya dengan mata melotot. Bebatuan raksasa itu berguncang dan batu-batunya menggelinding ke bawah jurang tapi penyerangnya telah melompat tinggi ke arah semak belukar dengan kecepatan luar biasa tanpa bisa dilihat dia siapa. Begitu pula penyusup satu lagi. Semak belukar tempatnya bersembunyi porak-poranda diterjang Gempa Pralaya namun sosok itu juga melesat bagai bayangan hantu ke semak belukar lain.

Ratri Geni menjadi gemas. Dia tidak mau menyuruh Sima Braja ikut menyerang karena kepandaian dua penyusup itu luar biasa tinggi. Ratri Geni tidak mau harimau peliharaannya terluka atau tewas. Gadis itu tidak bisa berpikir lebih jauh lagi karena dua bayangan itu tiba-tiba muncul dan menyerangnya secara berbarengan. Kedua bayangan berkelebat-kelebat melepaskan pukulan-pukulan yang membuatnya repot dan sibuk mengelak serta menangkis.

Kedua penyerang itu menyerangnya dengan sungguh-sungguh dan bermaksud melukai. Hawa pukulan yang dilepaskan sangat mengejutkan Ratri Geni. Bukan main saktinya kedua penyerang ini. Hebatnya lagi, keduanya bergerak dengan luar biasa cepat sehingga sama sekali tak nampak perawakan maupun wajahnya.

Dukkkk! Dukkk!

Lengan Ratri Geni bergetar hebat saat beradu pukulan dengan penyerang pertama yang sosoknya lebih kekar. Gadis ini terperanjat. Jarang sekali orang bisa menahan hawa sakti Inti Bumi. Sedangkan penyerangnya ini jelas bisa mengimbangi. Selain penasaran, Ratri Geni diam-diam cemas. Kenapa para siluman ini mengincar Gunung Merbabu? Tempat yang harus dijaganya baik-baik. Tapi benarkah mereka siluman?

Mata Ratri Geni yang awas melihat kemunculan makhluk lain lagi. Makhluk-makhluk mengerikan yang entah darimana berdatangan dari bawah gunung. Ratri Geni tahu ini permainan ilmu gaib. Jadi benar yang menyatroni Gunung Merbabu adalah siluman. Gadis ini menggeretakkan giginya menahan amarah. Berani-beraninya para siluman ini merambah wilayah Gunung Merbabu!

Makhluk-makhluk mengerikan itu menyerang Ratri Geni secara serempak. Gadis ini tidak takut karena sudah sedari kecil diajarkan oleh Ibunya melihat dan berhadapan dengan makhluk-makhluk gaib yang dibangkitkan sendiri oleh Dewi Mulia Ratri.

Aah! Ini bukan pasukan siluman! Ini makhluk gaib yang dibangkitkan! Ratri menjerit senang dalam hatinya.

Gadis ini baru menyadari kalau Ibu dan Ayahnya sedang menguji kemampuannya habis-habisan. Hmm, lihat saja Ayah dan Ibu. Bagaimana kemampuan anakmu sekarang ini.

Ratri Geni meneriakkan lengkingan tinggi dan membagi-bagi pukulan Geni Sewindu yang sudah sempurna berkat hawa sakti Langit Bumi. Makhluk-makhluk gaib itu satu demi satu hancur jadi debu. Pukulan Geni Sewindu tidak sehebat Bayangan Matahari, Busur Bintang, ataupun Gempa Pralaya yang dikuasainya. Namun Geni Sewindu memiliki kemampuan lebih dalam hal menghadapi ilmu hitam maupun sihir.

Saat makhluk gaib yang terakhir luruh menjadi abu, sebuah guncangan keras di tanah yang dipijak Ratri Geni nyaris membuat gadis itu mematung diam. Gempa Pralaya merambat cepat ke tempatnya berdiri. Ratri Geni tidak mau kalah. Dihantamkannya kedua tangan ke tanah. Dia menyambut Pukulan Gempa Pralaya yang dilancarkan Ibunya dengan pukulan yang sama.

Ledakan luar biasa hebat terjadi. Puncak Merbabu lagi-lagi berguncang. Ratri Geni terhuyung-huyung ke belakang namun dengan cepat berdiri dengan sikap siaga kembali. Sesosok bayangan mendarat di hadapan Ratri Geni. Dewi Mulia Ratri nampak pucat dan sedikit terengah-engah. Hawa sakti putrinya telah menyamai bahkan mungkin melampaui dirinya. Dewi Mulia Ratri meraih Ratri Geni dalam pelukan hangat seorang Ibu. Ratri Geni balik memeluk dengan erat. Dia tahu Ibunya sangat merindukan dirinya. Tapi dia juga merindukan Ibu yang sangat menyayanginya ini. Di mana Ayahnya?

Ratri Geni melepaskan pelukan Dewi Mulia Ratri sambil berbisik lirih.

"Ayah sedang mengujiku, Ibu. Aku akan menberi sedikit pelajaran pada Pendekar Arya Dahana yang katanya datuk silat nomor satu itu."

Dewi Mulia Ratri tersenyum geli. Biarlah mereka bermain-main sejenak sebelum Arawinda datang marah-marah ke sini. Dewi Mulia Ratri memang telah menjumpai Arawinda dan membuat perjanjian agar bertemu mereka di Puncak Merbabu hari ini. Dia juga tahu Arya Dahana juga sudah berhasil menemui Ario Langit. Pendekar wanita itu menyadari bahwa Setengah Pertunangan aneh yang dibuat suaminya itu mendekati gagal. Dia tahu sifat putrinya yang keras kepala. Tapi juga paham seperti apa pemarahnya Arawinda. Diam-diam Dewi Mulia Ratri berdoa agar tidak sampai terjadi adu ilmu untuk melampiaskan kemarahan Arawinda. Dia tidak takut. Tapi alangkah menyedihkan harus bertarung dengan seorang sahabat lama hanya untuk menyelesaikan sebuah urusan.

Ratri Geni kini balik hendak menguji Ayahnya. Gadis ini mengeluarkan Seruling Bidadari Bumi. Dia akan menggunakan Kidung Alun untuk membuat Ayah dan Ibunya terkesan hebat. Namun belum juga bibirnya menempel di seruling, sebuah bayangan melesat dan mendorongnya dengan tenaga luar biasa. Ratri Geni mencoba bertahan dari serangan Ayahnya sambil berusaha menyembunyikan kembali Seruling Bidadai Bumi. Terlambat! Seruling itu sudah berpindah tangan. Arya Dahana memandangnya penuh kasih namun disertai omelan pendek.

"Jangan sekali-sekali kau gunakan ilmu mengerikan itu kalau tidak sangat terpaksa, anakku."

Ratri Geni hanya nyengir sambil maju memeluk Ayahnya.

--****